Laporan wartawan wartakotalive.com Yolanda Putri Dewanti
WARTAKOTALIVE.COM JAKARTA -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diprediksi menjadi oposisi pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Dosen Ilmu Politik & International Studies Universitas Paramadina yang juga Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengatakan ada keuntungan yang diperoleh Pemerintahan Prabowo-Gibran jika PDIP dan PKS menjadi oposisi.
"Hingga saat ini) setidaknya ada dua partai yang belum terbuka pintu komunikasi untuk bergabung ke pemerintahan, yakni PKS dan PDIP. Jika PKS dan PDIP menjadi kekuatan oposisi, maka hal itu akan menguntungkan pemerintahan Prabowo-Gibran. Karena PDIP dan PKS ibarat air dan minyak, basis ideologinya sangat berbeda bahkan bertolak belakang," kata Khoirul dalam keterangannya, dikutip Jumat (26/4/2024).
Baca juga: Nasdem dan PKB Merapat ke Kubu Prabowo-Gibran, PBB: Yang Kerja Keras Jangan Sampai Terlupakan
Menurutnya, PKS dan PDIP adalah dua partai politik besar yang paling berpeluang untuk menjadi oposisi bagi Pemerintahan Prabowo-Gibran lima tahun ke depan.
"Kedua partai itu memang berpeluang bisa memainkan peran kritis dalam konteks kebijakan publik, namun akan kesulitan untuk membangun gerakan politik oposisional yang solid dan memadai karena ada akar faksinalisme akut akibat perbedaan ideologi," jelas dia.
Dia menyebut, untuk mempertebal kekuatan, Prabowo-Gibran perlu menggandeng partai-partai yang bisa diajak kerjasama, seperti PKB dan Partai Nasdem.
Khoirul menilai kehadiran PKB dan Partai Nasdem akan memberikan kekuatan politik di parlemen. Menurutnya, pendekatan Prabowo dengan Nasdem dan PKB akan mengembangkan kekuatan politik pemerintahan Prabowo-Gibran menjadi sekitar 70 persen kekuatan parlemen.
Baca juga: PDIP Ngeyel, Gugat Hasil Pilpres 2024 ke PTUN, Silfester Matutina: Kalau Jantan Tarik aja Menterinya
Jumlah itu dinilai sudah lebih dari cukup untuk sebuah pemerintahan dengan sistem presidensial yang berada di tengah sistem multipartai.
Di samping adanya perkoalisian, Khoirul pun menyebut perlunya partai politik yang berada di posisi oposisi.
"Pemerintahan Prabowo-Gibran hendaknya tetap membuka ruang bagi hadirnya kekuatan oposisi yang memadai, untuk menjaga cheking and balancing system dalam mekanisme demokrasi dan tata kelola pemerintahan," tutupnya.
PBB Ingatkan Prabowo jangan Lupakan Partai Pendukung
Ketua Majelis Syura Partai Bulan Bintang (PBB) Masrur Anhar merespon bergabungnya sejumlah partai ke kubu pasangan Prabowo-Gibran.
Diketahui, PBB menjadi salah satu partai pengusung Prabowo-Gibran yang masuk dalam Koalisi Indonesia Maju.
Apalagi, kini kubu dari lawan sudah mempunyai sikap untuk berkerja sama yakni Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).