Pendidikan

Raih Beasiswa Unhan, Muhammad Yusuf Al Habsy: Kuncinya Tak Pedulikan Omongan Orang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhammad Yusuf Al Habsy, mahasiswa Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan) saat ditemui di kampus Unhan, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Laporan wartawan wartakotalive.com Yolanda Putri Dewanti


WARTAKOTALIVE.COM JAKARTA --  Tak hancur dihantam gelombang. Demikian kira-kira Muhammad Yusuf Al Habsy, mahasiswa Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan). Sejak umur 17 tahun, Habsy yatim piatu. 

Orangtuanya meninggal dunia ketika ia masih duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Atas.

Kehidupan Habsy setelah itu pun tak sama.

Meski kebutuhan sehari-hari ditopang pakde dan budenya, ia memilih untuk tidak berlama-lama menjadi beban.

Habsy tekun belajar. Ia mengincar beasiswa penuh demi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Habsy pun berhasil.

Ia sukses mendapatkan beasiswa penuh S1 di Unhan RI.

Baca juga: Kisah Felix, Mutiara Hitam dari Papua Tinggalkan Kampung dan Keluarga Demi Kuliah di Unhan RI

Kini ia sudah mencapai semester 5 jurusan Fakultas MIPA Militer.

Pangkatnya Sersan Mayor Dua Kadet. 

Baca juga: Hadiri Wisuda 573 Mahasiswa Unhan, Menhan Prabowo: Indonesia Harus Kejar Penguasaan STEM

Berikut kisah lengkap Habsy saat diwawancarai eksklusif jurnalis Warta Kota Yolanda Putri Dewanti. Wawancara berlangsung di kampus Unhan, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (31/1) lalu:

Bisa diceritakan perjalanan Anda sebelum mendapat beasiswa di Unhan?

Saya mendapatkan pelajaran bahwa jika ingin mencapai tujuan, pasti dibutuhkan pengorbanan.

Saya mengalaminya pas kelas 3 SMA.

Saat itu kedua orangtua saya meninggal dunia. Hati saya hancur, rasanya sedih sekali. Namun saya tak berlarut-larut. Saya sadar ada teman-teman yang mendukung.

Saya memilih berjuang dalam keadaan apa pun. Kemudian waktu mendaftar ke Unhan, itu bukan hal yang mudah apalagi keadaan ekonomi juga masih sulit. Tapi saya percaya setiap orang punya jalannya masing-masing.

Kuncinya tidak memedulikan omongan orang lain. Alhamdulillah ketika pendaftaran, saya didukung saudara-saudara, pakde, bude dan adik.

Apa pesan yang ditanamkan orangtua sejak kecil?

Sebenarnya pesan dari kedua orangtua yang paling mengena di saya adalah tetap berbuat baik kepada semua orang.

Karena dengan berbuat baik, saya akan menemukan esensi kenapa harus berbuat baik.

Saya merasa karena doa-doa dari orang-orang itu yang membuat kita selalu mendapatkan jalan sukses.

Jadi misalnya hal kecil saat lewat di depan orang, kita menyapa, itu juga hal yang baik dan akan kembali doa-doa baik juga ke kita.

Bagaimana Anda mengelola waktu dan mengatur prioritas untuk tetap sukses dari sisi akademik maupun sosial?

Di sini sangat dituntut disiplin. Nah saya terbiasa menyelesaikan terlebih dahulu tugas utama baru dilanjutkan aktivitas yang lain.

Makanya saya susun skala prioritas, mana kegiatan yang mesti didahulukan.

Terkait metode belajar, saya dengar terlebih dahulu ketika dosen atau tenaga pendidikan mengajar, lalu saya catat. Selain itu, dengan saya mencatat saya juga bertanya kepada teman apabila kurang paham.

Kalau belum paham, tanya lagi ke dosen. Itu sering saya lakukan sebelum ujian atau ketika mendekati ujian. Saya juga mengulas kembali di pagi harinya dan saya lebih cocok dengan metode seperti itu.


Apa hambatan yang muncul selama proses Anda menuntut ilmu dan bagaimana mengatasinya?

Tantangan akademik di Unhan itu kami semua dituntut mempertahankan indeks prestasi, minimal 3,2. Kami bertanggung jawab terhadap beasiswa yang diberikan. Jadi kami wajib menjaga nilai akademik, nilai fisik, maupun sikap.

Kalau boleh saran ke teman-teman lain, lakukan yang terbaik dan jangan meremehkan hal-hal kecil. Karakter kami di sini dididik agar ketika lulus nanti bermanfaat untuk masyarakat.


Adakah mentor atau tokoh di Unhan yang menginspirasi Anda?

Tokoh inspiratif di Unhan menurut saya itu bapak rektor, Letnan Jenderal (Letjen) TNI Jonni Mahroza, Ph.D.

Beliau mendapatkan gelar yang tinggi dan itu menjadi contoh buat kami semua. Menurut saya beliau mengemban tugas yang sangat berat, tetap amanah dan selalu berupaya menjadi contoh yang sangat bagus untuk kami.


Apa penelitian yang paling membanggakan bagi Anda selama masa kuliah?

Untuk saat ini saya Alhamdulillah sedang melakukan penelitian dengan dosen.


Apakah Anda terlibat kegiatan ekstrakurikuler?

Di sini saya mengikuti kegiatan genderang suling atau drum band. Saya memegang alat belira.

Selain itu, saya ikut karate dan bisa mengikuti kejuaraan. Pertama saya meraih medali perak karate kata beregu putra Dies Natalis ke-59 UNJ Tingkat Perguruan Tinggi se-Indonesia.

Lalu medali perak karate kata beregu putra kejuaraan tingkat nasional Inkai Terbuka Piala Gubernur Bali 2023.

Saya pernah juga menjadi Komandan Kompi B Batalyon 2 Resimen Korps Kadet Mahasiswa Universitas Pertahanan dan Komandan Kelompok Komando Bellyra Batalyon GSCPW.

Bagaimana Anda mengelola keuangan sebagai mahasiswa penerima beasiswa dan pesan kepada teman-teman yang berharap memperoleh beasiswa?

Soal uang, saya gunakan sebaik-baiknya untuk kebutuhan pribadi. Saya tidak terlalu berfoya-foya, mana yang menjadi kebutuhan, itu yang saya beli.

Karena mendapatkan uang saku, saya membagi untuk adik saya di rumah.

Untuk pesan, berjuang lakukan yang terbaik, persiapkan yang terbaik dan jangan meremehkan hal-hal kecil. Mulai dari fisik, akademik, bahkan sampai religi. Karena itu sangat berpengaruh antara ketiga hal tersebut. Jadi yang menjadi poin kunci jangan meremehkan hal-hal kecil. (m27)

Berita Terkini