Salah satu caranya adalah mengadopsi Solo Technopark dalam skala nasional untuk meningkatkan keterampilan angkatan kerja Indonesia.
Emil mencontohkan, Solo Technopark termasuk yang terbaik di Indonesia sebagai inkubatornya.
Para pemuda akan dibekali dengan skill masa depan, seperti programming, web designer, dan e-commerce.
“Visi technopark adalah meningkatkan keterampilan yang bukan sekadar mempersiapkan mereka menjadi pencari kerja, tapi justru jadi pencipta lapangan kerja,” kata Emil pada Minggu (4/2/2024).
Emil berujar bahwa saat ini Indonesia sudah berada di era gig economy.
Baca juga: Tak Hanya Kesehatan, Program Makan Siang Prabowo-Gibran juga Atasi Masalah Sosial-Ekonomi
Orang bekerja tidak lagi menjadi karyawan dari pukul 09.00 sampai jam 17.00 di kantor.
“Mereka bisa jadi freelance atau pekerja mandiri, yang tidak tergantung pada slip gaji bulanan. Nah, para gig workers inilah yang akan kaki cetak,” jelas Wakil Gubernur Jawa Timur ini.
Sebagai informasi, gig economy merupakan istilah yang merujuk pada sistem ekonomi di mana orang dapat bekerja dengan bebas, independen, dan fleksibel tanpa terikat waktu dan tempat.
Pelaku gig economy bisa menerima pekerjaan dari banyak perusahaan atau klien, dari dalam dan luar negeri, tanpa harus menjadi pegawai di satu kantor.
Dengan keterampilan yang memadai, Emil mengungkap peluang para pemuda untuk bekerja berdasarkan output oriented bukan input oriented.
Artinya, mereka berpotensi mendapatkan bayaran besar berdasarkan hasil pekerjaannya bukan durasi pengerjaannya.
Baca juga: Jelang Debat Capres: Ganjar Punya Modal Blusukan, Prabowo Siap Tangkis Nilai yang Diberikan Anies
“Seperti pencipta lagu yang membuat lagu kurang dari 1 jam. Kita nggak bisa bayar mereka kecil karena cepat menulis musiknya. Itu kan akumulasi dari kreativitas dia berkarya selama ini,” tuturnya.
“Jadi yang kami siapkan adalah produktivitas bahwa format bekerjanya tidak lagi berapa lama mantengin layar komputer, tapi seberapa bagus produktivitasnya,” terangnya.
Emil menyampaikan, pasangan Prabowo-Gibran akan berupaya mensinergikan antara dunia industri dengan pendidikan vokasi.
Sebab, salah satu tantangan saat ini adalah banyak tenaga kerja yang tidak terserap karena kemampuan mereka ternyata tidak dibutuhkan di dunia industri.