Harga jual asli bensin jenis ini seharusnya mencapai harga Rp 14.450 per liter.
Namun di Indonesia, Pertalite dapat dibanderol pada harga Rp 7.650 per liter.
Lalu kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menanggung hampir setengah harga bensin Pertalite di Indonesia?
Tentunya, subsidi BBM berperan tekan 47,1 persen dari harga penjualan asli bensin berjenis Pertalite ini yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau APBN.
Itu baru satu dari sekian jenis subsidi yang dibebankan kepada APBN.
Bisa dibayangkan betapa beratnya APBN Indonesia menanggung berbagai subsidi dari berbagai sektor demi menjaga kemashalatan masyarakat.
Sayangnya, beban APBN yang makin lama semakin berat ini mulai mempengaruhi perekonomian di Indonesia.
APBN Indonesia pada tahun 2022 alami peningkatan hampir 3 kali lipat, dari Rp 152 triliun jadi Rp 502 triliun dari subsidi dan kompensasi energi, termasuk BBM.
Menanggung beban sebanyak itu, tak ayal lagi, APBN nampaknya akan ‘jebol’ dan tentu saja bisa berpotensi mempengaruhi perekonomian nasional.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah dengan berat hati mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM demi menyelamatkan APBN.
Tentu saja, keputusan yang tidak populis ini menuai pro dan kontra diberbagai kalangan.
Kemudian memicu munculnya berbagai demonstrasi dari berbagai kalangan.
Mulai dari kalangan serikat pekerja hingga mahasiswa.
Gejolak sosial ini tak lagi dapat dihindarkan.
Mengingat BBM merupakan hajat hidup seluruh masyarakat Indonesia.