WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, sedikitnya ada lima indikator untuk memprediksi akhir pandemi Covid-19.
Pertama, surveilans. Apakah Covid-19 masih mendominasi di wilayah atau negara, dibandingkan penyakit infeksi saluran napas lainnya.
Kalau tren dominasinya semakin berkurang, berarti hal itu menandakan sesuatu yang baik.
Baca juga: Kadiv Propam Polri Pastikan AKBP Brotoseno Tak Pernah Dipecat, Cuma Disanksi Minta Maaf dan Demosi
Kedua, dilihat dari lanskap imunitas, bagaimana cakupan vaksinasi.
"Khususnya di era Omicron ini seharusnya tidak hanya dua dosis dilihat, tapi tiga dosis atau booster."
"Karena kecenderungan definisi vaksinasi untuk Covid adalah tiga dosis," ujar Dicky kepada Tribunnews, Selasa (31/5/2022).
Baca juga: Mahasiswa di Malang yang Diciduk Densus 88 Galang Dana untuk ISIS Lewat Grup Medsos Sejak 2019
Menurut analisis Dicky, idealnya proporsi vaksin Covid-19 untuk dua dosis di atas 80 persen dari total populasi. Sedangkan untuk booster, total populasi setidaknya 50 persen sebelum akhir tahun ini.
Kemudian untuk populasi risiko, tiga dosis berada di atas 70 persen. Hal ini menurut Dicky setidaknya memadai dan relatif ideal sebelum akhir tahun ini.
Ketiga adalah bagaimana tren dari gelombang subvarian yang muncul dari Omicron, serta potensi lain ke depannya.
Baca juga: Polri Tak Pecat AKBP Raden Brotoseno karena Dinilai Alasannya Berprestasi
Menurut Dicky, harus dilihat pula apakah di Juni ini ada potensi gelombang.
"Ini yang tentu kaitannya dengan surveilans, deteksi dini, dan tracingnya. Ketiganya menjadi sangat penting," ulas Dicky.
Indikator keempat adalah tren kemunculan varian atau subvarian yang berpotensi mengubah situasi. Ini tentu harus didukung dengan survailans genomic yang memadai.
Baca juga: Mahasiswa di Malang yang Dibekuk Densus 88 Anggap Serang Kantor Polisi dan Fasilitas Umum Amaliyah
"Saat ini secara global kita melihat trennya meningkat. Kecenderungannya virus ini tidak melemah, tapi meningkat."
"Dan beruntungnya kita adalah lanskap imunitas tadi, yang indikator sebelumnya semakin baik," ucap Dicky.
Terutama, katanya, jika dilihat dari vaksinasi Covid-19 serta infeksi, walaupun di sisi lain varian ini semakin efektif bersirkulasi. Namun, umumnya masih bisa diredam jika tiga dosis cukup memadai.
Baca juga: Dua Kali Ditunda, Pembahasan Persiapan Pemilu 2024 di Komisi DPR Bakal Digelar Selasa Pekan Depan
Indikator kelima adalah masalah ketersediaan obat atau perawatan menyeluruh.
Dicky mengingatkan, hal ini masih menjadi masalah di negara berkembang atau miskin.
Kesimpulannya, menurut Dicky, situasi dunia saat ini sedang mengalami perbaikan.
Baca juga: KPU Mulai Tahapan Pemilu 2024 pada 14 Juni 2022, Jokowi Bakal Hadiri Peluncuran
Tapi, masing-masing indikator belum seimbang atau menunjukkan progres yang sama.
Dan dalam konteks Indonesia, berita baiknya adalah pemerintah masih on track dalam kebijakan.
Namun, pelonggaran yang terlalu berlebihan, pengangkatan intervensi, dan menganggap situasi membaik, bisa memberikan efek reborn, yang pada akhirnya terjadi lonjakan meski kecil di beberapa daerah. Hal ini bisa mengundang masalah outbreak pada penyakit lama.
Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 RI 31 Mei 2022: Dosis I: 200.267.408, II: 167.420.810, III: 45.672.972
"Tapi secara prediksi, saya tidak berubah dari prinsip sebelumnya."
"Setidaknya paling cepat, situasi optimis dan semua progres, akhir tahun ini bisa dicabut status pandemi."
"Tapi itu paling cepat, atau di kuartal pertama tahun depan," paparnya. (Aisyah Nursyamsi)