"Kami ingin meningkatkan kesadaran bahwa kendaraan listrik bisa mengurangi emisi yang turut membantu meningkatkan kualitas udara," ucap dia.
Terpisah, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin juga mengakui bahwa Formula E di Ancol, Jakarta atau Jakarta EPrix menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran tentang sustainability, mengingat ini merupakan ajang balapan mobil
listrik kendaraan yang bisa mengontrol gas buang emisi.
Kendaraan listrik merupakan langkah konkret untuk mengurangi beban emisi, kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang kontribusi terbesar untuk emisi gas buang yang tidak ramah lingkungan di kota-kota besar.
Kemudian dampak lainnya kendaraan bermotor ini juga turut menyerap energi bahan bakar fosil yang sangat besar, dampaknya neraca perdagangan pemerintah pun akan terbebani.
Baca juga: Della Dartyan Akting Bareng Lagi dengan Adipati Dolken di Film Kambodja, Sulit atau Lebih Mudah?
Karena angka importasi minyak bumi yang tinggi yakni sekitar 68 juta kiloliter per tahunnya. Jika tidak melakukan transformasi yang yang konkret salah satunya dengan peralihan menuju kendaraan listrik, angka ini angka terus membesar.
Sehingga diprediksi pada 2030 Indonesia membutuhkan minimal 100 juta kiloliter bahan bakar fosil per tahunnya.
Selain menghemat keuangan negara, penggunaan mobil listrik bisa mencegah kenaikan emisi karbon yang diprediksi mencapai 470
juta ton C02 pada tahun 2030.
Pada 2019 emisi karbonnya telah mencapai 255 juta ton CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Baca juga: Mobil Honda HRV Terbakar Saat Melintas di Tol Dalam Kota Arah Kuningan Jakarta Selatan
Oleh karena itu, kehadiran kendaraan listrik bisa menjadi moementum untuk kita melakukan langkah-langkah percepatan untuk pencegahan kenaikan emisi karbon yang telah mengkhawatirkan.
"Selain itu, EPrix ke-8 di Jakarta ini sebaiknya digunakan sebagai momentum untuk merebut pasar agar green technology dan green economic betul-betul bisa masuk dan diadopsi, sehingga pertumbuhannya tak lagi terhambat sekaligus lebih aman bagi lingkungan," ungkap dia.
Selain itu ajang ini juga menjadi moementum pemerintah untuk mereformasi regulasi terkait insentif fiskal bagi kendaraan bermotor yang rendah karbon.
Sehingga daya saing industri kendaraan bermotor berbasis listrik akan meningkat dan menarik.
Lebih lanjut, Safrudin mengatakan bahwa jika konsisten menerapkan low carbon emission vehicle seperti kendaraan listrik, maka di 2030 bisa me-reduce Gas Rumah Kaca (GRK) gas dari road transportation sampai dengan 59 persen.
"Juga bisa menghemat sekitar 59 juta kilo liter bensin dan 56 juta kilo liter solar. Atau sekitar Rp 677 triliun rupiah. Low emission ini ending-nya tetap economic," tambahnya.
Ia melanjutkan bahwa penggunaan kendaraan listrik juga kan amembawa tiga keuntungan bagi Indonesia.