Perlunya Inisiatif Bangun Startup Tanpa Praktik Bakar Uang

Editor: Ichwan Chasani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana acara tatap muka nasional Influencer Linked-In di Bogor, Rabu (2/2/2022).

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA — Tiga tahun masa pandemi Covid-19 berjalan, telah memaksa lahirnya budaya bekerja dari rumah atau work from home (WFH) yang diiringi peningkatan pemanfaatan teknologi.

Sejumlah teknologi dan inovasi dikabarkan bakal menjadi tren pada 2022. Sebut saja Metaverse, NFT, dan kali ini ada Web 3.0.

Konsep yang diusung pada web 3.0 adalah intelektualitas buatan (artificial intelligence). Bukan hanya manusia yang dapat berinteraksi, tetapi satu aplikasi dengan yang lain juga dapat berinteraksi.

Perkembangan web 3.0 ternyata berdampak pada ketersediaan lapangan pekerjaan. Sebab ketersediaan sumber daya manusia (SDM) telah digantikan oleh teknologi digital.

Dampak negative lain dari web 3.0. yakni semakin berkurangnya interaksi manusia secara emosional di dunia nyata. Hal ini mengurangi fitrah manusia sebagai mahluk sosial.

Deputy CEO Mili, Erik Yoachim. (Istimewa)

Berkurangnya lapangan pekerjaan juga berimbas pada pencari kerja. Sulitnya mendapatkan pekerjaan membuat para pencari kerja ini banting stir membuka usaha.

Pada akhirnya bermunculan startup-startup baru yang mencoba untuk membuat usaha dengan menitikberatkan pada  pendanaan ataupun investasi.

Baca juga: Kumpulkan 4,8 Juta Lebih Pengguna, StartUp Ini Dapat Kucuran Dana 17 Juta Dolar AS

Hanya saja, tidak mudah membuat usaha tersebut, ada beberapa perusahaan startup yang bangkrut atau tutup.

Penyebab banyaknya perusahaan startup yang bangkrut adalah karena kehabisan modal di tengah jalannya usaha. Salah satunya karena praktik usaha yang dinamakan ‘Bakar Uang’.

Fenomena ini seperti diungkapkan motivator Syamsul Safin, dimana para pengusaha startup sudah keluar modal, usaha sudah berjalan, karyawan mulai tidak dibayar, namun bisnis masih ngap-ngapan.

Belum lagi jika perusahaan startup tersebut mempunyai kewajiban membayar hutang.

“Jadi bisa dikatakan tinggal menunggu waktu bangkrutnya saja,” ujar Syamsul Safin, dalam acara tatap muka nasional Influencer linked-In di Bogor, Rabu (2/2/2022).

Baca juga: Startup Haus! Catatkan Pendapatan Rp 250 Miliar Sepanjang 2021

Karenanya, kata Syamsul Safin, perlu adanya inisiatif membangun startup tanpa perlu adanya praktik ‘bakar uang’.

Selain Syamsul Safin, hadir dalam acara tersebut beberapa pembicara yang sudah berpengalaman di bidangnya diantaranya Dr. Harry Patria (CEO & Chief Data Strategist at Patria & Co), Aukaria (Oka) Rahman (Head of Human Resources at Unicharm), M.N. Ikrar (Founder of Bicara Itu Muda), serta Ang Harry Tjahjono (General Manager, Human Capital & Corporate Affairs at PT Salam Pacific Indonesia Lines).

Acara tatap muka nasional Influencer linked-In yang berlangsung selama 6 jam itu dihadiri sekitar 100 orang secara offline dan 200 orang secara online dari berbagai latarbelakang profesi.

Halaman
12

Berita Terkini