WARTAKOTALIVE.COM, DEPOK - Universitas Indonesia (UI) telah meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) pada 1 Desember 2021 lalu.
PLTSa tersebut berada di Laboratorium Parangtopo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Adapun perangkat PLTSa tersebut terdiri dari mesin pencacah sampah, 8 unit biodegester, 4 buah kolam penampung, 2 tabung penampungan gas, 1 unit generator yang mengubah gas menjadi listrik, dan sejumlah aki sebagai tempat penyimpanan energi listrik. Diperkirakan, PLTSa ini mampu menghasilkan listrik sebesar 234 KWh.
Menurut Direktur Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI, Agung Waluyo, bahan dasar yang digunakan untuk menghasilkan gas adalah sampah rumah tangga, sampah daun dan ranting, serta kotoran sapi atau biasa disebut kotoran hewan (kohe).
Sebelum dimasukkan di biodigester, sampah berupa daun dan ranting akan dicacah terlebih dahulu menjadi serbuk kayu.
"Tiap jenis sampah takarannya sepertiga. Setelah semua sudah dicacah dalam bentuk halus, maka dia akan dicampur dengan air dan dimasukkan dalam tabung biodegester dan dalam tabung biodegester itulah komposisi kekentalan dari sampah yang sudah dicampur tadi sehingga dia terus menerus terjaga sehingga tidak mengeras dan tidak mengendap," jelas Agung di Laboratorium Parangtopo UI pada Senin (03/1/2022).
Selanjutnya, untuk meningkatkan kualitas gas, sampah-sampah itu diberikan semacam enzim yang dikembangkan oleh Tim Peneliti departemen Biologi FMIPA.
Setelah terjadi proses pembusukan yang dibantu dengan pencampuran enzim bakteri, maka gas yang dihasilkan akan langsung dialirkan ke tempat penampungan gas.
Setelahnya, gas akan dialirkan ke generator untuk diubah menjadi listrik yang untuk selanjutnya disimpan di dalam aki. Daya listrik yang tersimpan di dalam aki akan digunakan untuk menghidupkan generator pengubah gas ke listrik.
"Sebenarnya generator itu menggunakan solar, tetapi dengan adanya produksi gas, maka penggunaan solarnya itu dikurangi dan kerja dari generatornya itu menjadi lebih bagus karena memang menggunakan energi yang lebih ramah lingkungan. Ini membuat penggunaan bahan bakar fosilnya menjadi lebih sedikit karena dicampur dengan gas metan tadi," sambung Agung.
Agung mengatakan, daya listrik yang dihasilkan juga digunakan untuk mengisi kebutuhan listrik di Laboratorium Parangtopo.
Selain memproduksi listrik, PLTSa UI juga menghasilkan pupuk kompos dan pupuk cair. Dua jenis pupuk itu dihasilkan dari hasil proses pengolahan sampah rumah tangga, sampah daun dan ranting, serta kotoran sapi.
"Nantinya pupuk tersebut akan kami distribusikan kepada petani di seputaran kampus UI Depok. Seperti kita ketahui Depok terkenal dengan blimbingnya. Mangkanya salah satu ikon Kota Depok adalah blimbing, dan itu kita sudah memiliki mitra penerima manfaat yang akan menerima pupuk kompos tersebut," jelasnya.
Rencananya, proyek PLTSa akan terus dikembangkan untuk pengolahan lingkungan kampus. "Mungkin ini bisa dianggarkan dan kita akan bisa memiliki generator yang lebih besar yang bisa merubah listrik dengan kwh yang lebih tinggi lagi," pungkas Agung. (M29)