Pilpres 2024

Pendiri Cyrus Network: Elite Politik Tentukan Capres di Menit Akhir karena Harga Nego Makin Tinggi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hasan Nasbi, pendiri lembaga survei dan konsultan politik Cyrus Network mengungkapkan, ada dua hal yang bisa mengubah peta dukungan publik terhadap figur calon presiden (capres) 2024.

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Hasan Nasbi, pendiri lembaga survei dan konsultan politik Cyrus Network mengungkapkan, ada dua hal yang bisa mengubah peta dukungan publik terhadap figur calon presiden (capres) 2024.

Yakni, habisnya masa jabatan beberapa kepala daerah, dan koalisi partai yang dilakukan lebih awal, yang juga dapat memunculkan calon lebih awal.

Hal itu disampaikan Hasan Nasbi dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (5/12/2021).

Baca juga: Jika Setuju, 57 Mantan Pegawai KPK Bakal Diminta Teken Surat Pernyataan Bersedia Jadi ASN Polri

Hasil survei dari lembaga-lembaga yang kredibel selalu menempatkan tiga nama teratas, yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.

Tiga nama tersebut sudah muncul dalam berbagai survei pasca-Pilpres 2019.

Bedanya adalah posisi nomor dua yang sempat ditempati Anies Baswedan, kini diambil Ganjar Pranowo.

Baca juga: Gunung Semeru Erupsi, Khofifah Indar Parawansa Minta Warga Terdekat Segera Evakuasi Mandiri

Menurut Hasan, tiga nama tersebut adalah pewaris dukungan Prabowo dan Jokowi di 2019.

"Prabowo itu old soldier, veteran pilpres yang enggak ngapa-ngapain saja punya pendukung tetap sekitar 25 persen," ujar Hasan.

Ganjar Pranowo dianggap mewarisi sebagian pemilih Jokowi. Golongan yang 'anti kadrun' dan sering menggunakan narasi kebhinekaan dan Pancasila harga mati.

Baca juga: Survei IPO: Elektabilitas Anies Baswedan Nomor Satu, Zulkifli Hasan Dekati Ridwan Kamil

Sedangkan Anies Baswedan dianggap mewarisi mantan pendukung Prabowo, yang banyak menggunakan narasi agama, dan dulu mendukung Prabowo karena anti dengan Jokowi.

"Mereka ini melihat Anies Baswedan sebagai cantelan baru."
"Jumlahnya bisa mencapai sekitar 15 persen."

"Sisanya ada yang kebagian warisan sedikit-sedikit itu AHY, Sandiaga Uno," papar Hasan.

Baca juga: Terima Tawaran Jadi ASN Polri Atau Tidak, Novel Baswedan Cs Bakal Tentukan Sikap Setelah Sosialisasi

Dukungan pada tiga nama teratas itu menurutnya lebih karena keyakinan, dan bukan persepsi rasional.

Dua hal yang menurut Hasan dapat mengubah itu adalah tokoh-tokoh yang habis masa jabatannya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan habis masa jabatannya pada 2022, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada 2023.

Baca juga: Senin Pekan Depan Polri Undang 57 Mantan Pegawai KPK Sosialisasi Pengangkatan Jadi ASN

"Itu efeknya bisa luas. Karena enggak punya jabatan itu, jangankan dengan partai, dengan teman sendiri aja susah," ulas Hasan.

Hasan mencontohkan Gatot Nurmantyo yang sempat tinggi angka surveinya, namun kini makin meredup.

Konteks kedua yang dapat mengubahnya adalah koalisi lebih awal antar-partai politik dan penentuan calon lebih awal.

Baca juga: BREAKING NEWS: Gunung Semeru Meletus, Warga Panik Hindari Awan Panas

Hari ini masyarakat tidak tahu siapa yang benar-benar punya tiket untuk maju atau tidak.

Masalahnya saat ini masih ada anggapan mendeklarasikan diri jauh-jauh hari itu buruk.

Dari perolehan suara partai, ada tiga Partai yang potensial untuk memajukan calon.

Baca juga: Nilai Pemerintah Belum Mampu Atasi Pandemi Covid-19, Nasir Djamil: Start Bermasalah

PDIP yang bisa memajukan calon sendiri, atau Gerindra dan Golkar yang hanya membutuhkan satu partai tambahan.

"Ini dua hal yang bisa mengubah peta survei."

" Kalau sudah dibungkus, saya yakin orang akan melihat, 'oh ini yang sudah punya tiket'," ucap Hasan

Baca juga: Andre Rosiade Kembali Minta Erick Thohir Turunkan Harga Tes PCR di Bawah Rp 200 Ribu

Namun, elite politik kerap menginginkan calon ditentukan di akhir-akhir.

"Karena di akhir makin tinggi harga negonya. Padahal publik menginginkan jauh-jauh hari," bebernya. (Chaerul Umam)

Berita Terkini