WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, penghapusan indikator angka kematian dalam asesmen level PPKM, hanya bersifat sementara.
Nantinya jika evaluasi dan perbaikan telah rampung, maka data terkait kematian segera kembali masuk dalam sistem pelaporan nasional.
"Tidak dilibatkannya perhitungan indikator kematian hanya sementara saja, paralel dengan upaya perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan nasional," ujar Wiku saat dikonfirmasi, Kamis (12/8/2021).
Baca juga: Satgas Covid-19: Masih Ada 5 Persen Masyarakat di Daerah Benar-benar Tolak Jalankan Prokes
Menurutnya, kebijakan ini diharapkan dapat menghasilkan data yang valid dengan kondisi riil di lapangan.
"Hal ini demi kebijakan yang tepat melalui data yang valid," imbuhnya.
Dimasukkan Lagi Setelah Dirapikan
Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Jodi Mahardi menjelaskan alasan tak dimasukkannya angka kematian, dalam asesmen level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
“Bukan dihapus, hanya tidak dipakai sementara waktu, karena ditemukan adanya input data yang merupakan akumulasi angka kematian selama beberapa minggu ke belakang."
"Sehingga menimbulkan distorsi atau bias dalam penilaian,” katanya di Jakarta, Rabu (11/8/2021).
Baca juga: Warga Jakarta yang Belum Divaksin Covid-19 Sisa 311.122 Orang
Pemerintah, lanjut Jodi, menemukan banyak angka kematian yang ditumpuk-tumpuk, atau dicicil pelaporannya, sehingga dilaporkan terlambat.
Hal itu menyebabkan analisis kondisi suatu daerah menjadi bias.
“Jadi terjadi distorsi atau bias pada analisis, sehingga sulit menilai perkembangan situasi satu daerah,” terangnya.
Baca juga: Satgas Madago Raya Pajang Baliho Sisa Anggota Teroris MIT Poso, Tiga Wajah Disilang Hitam
Data yang bias tersebut, menurutnya menyebabkan penilaian yang kurang akurat terhadap level PPKM di suatu daerah.
Namun demikian, Jodi menambahkan data yang kurang update tersebut juga terjadi karena banyak kasus aktif yang tidak terupdate lebih 21 hari.
“Banyak kasus sembuh dan angka kematian akhirnya yang belum terupdate,” ucapnya.
Baca juga: Keberadaan Harun Masiku Masih Misterius Meski Beberapa Negara Sudah Merespons Red Notice