WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan izin darurat alias emergency use authorization (EUA) untuk vaksin Covid-19 Moderna.
Vaksin berplatform mRNA pertama yang mendapatkan izin BPOM ini, memiliki efikasi 94,1 persen pada kelompok usia 18-65 tahun, dan efikasi 86,4 persen pada usia di atas 65 tahun.
Ketua BPOM Penny Lukito mengatakan, berdasarkan hasil pengkajian bersama tim ahli komite nasional penilaian vaksin Covid-19, secara umum keamanan vaksin Moderna dapat ditoleransi, baik reaksi lokal maupun sistemik, dengan tingkat keparahan grade satu dan grade dua.
Baca juga: Hari Pertama Vaksinasi Covid-19 untuk Remaja di Tanjung Priok, Semangat Demi Kuatkan Imun
“Kejadian yang paling sering adalah nyeri di tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi."
"Kejadian ini umumnya didapatkan setelah penyuntikkan kedua,” ungkap Penny saat konferensi pers virtual penerbitan EUA untuk vaksin Covid-19 Moderna, Jumat (2/7/2021).
Vaksin Moderna memiliki indikasi penggunaan untuk imunisasi Covid-19 bagi orang berusia 18 tahun ke atas, yang diberikan secara injeksi intramuskular, dosis 0,5 mili, dengan dua kali penyuntikan dengan rentang waktu satu bulan.
Baca juga: Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Positif Covid-19 Tanpa Gejala, Kini Isolasi Mandiri di Rumah
Vaksin ini juga memberikan profil keamanan dan efikasi yang serupa pada kelompok populasi yang komorbid.
Artinya, bisa juga diberikan kepada populasi dengan komorbid berdasarakan uji klinis fase tiga, yaitu individu dengan penyakit kronis seperti paru kronis, jantung, obesitas berat, diabetes, penyakit liver hati, dan HIV.
Platform mRNA merupakan metode rekayasa genetika yang membuat tubuh bisa mendeteksi sebuah virus yang masuk.
Baca juga: Darurat Covid-19, Asimilasi Narapidana di Rumah Diperpanjang Hingga 31 Desember 2021
Ini berbeda dari metode inactivated vaccine, di mana virus dilemahkan atau dimatikan, kemudian disuntikkan dalam tubuh agar tubuh mengenali virus dan bisa bekerja mengalahkannya.
Vaksin Moderna membutuhkan lemari pendingin khusus dengan temperatur minimal minus 20 derajat celcius.
Ini berbeda dari Sinovac dan AstraZeneca, yang bisa disimpan dalam lemari pendingin bersuhu 2-8 derajat celcius.
Vaksin Moderna ini didapatkan melalui COVAX Facility, yaitu jalur multilateral dan diproduksi oleh Moderna TX Incorporated USA.
Update Vaksinasi
Sejak program vaksinasi Covid-19 dimulai pada 13 Januari 2021, pemerintah sudah menyuntikkan dosis pertama kepada 30.483.730 (75,55%) penduduk hingga Kamis (1/7/2021).
Sedangkan dosis kedua sudah diberikan kepada 13.677.230 (33,90%) orang.
Dikutip dari laman kemkes.go.id, rencana sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia adalah 181.554.465 penduduk yang berumur di atas 18 tahun.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia 30 Juni 2021: Pecah Rekor Lagi! Pasien Baru Tambah 21.807 Orang
Hal ini untuk mencapai tujuan timbulnya kekebalan kelompok (herd immunity).
Karena ketersediaan jumlah vaksin Covid-19 bertahap, maka dilakukan penahapan sasaran vaksinasi.
Untuk tahap pertama, vaksinasi Covid-19 dilakukan terhadap Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK).
Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Melesat Jadi 60, Jateng, Jabar, dan Jakarta Membara
Yang meliputi tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Berdasarkan pendataan yang dilakukan sampai saat ini, jumlah SDM Kesehatan yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 adalah 1.468.764 orang, sedangkan populasi vaksinasi sebanyak 12.552.001 orang.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 1 Juli 2021, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 551.009 (23.4%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 387.634 (17.2%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 256.563 (11.3%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 174.430 (8.3%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 77.831 (3.8%)
RIAU
Jumlah Kasus: 70.936 (3.4%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 64.485 (3.3%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 61.354 (2.6%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 57.424 (2.7%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 51.735 (2.5%)
BALI
Jumlah Kasus: 50.528 (2.5%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 36.445 (1.7%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 36.200 (1.8%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 28.992 (1.4%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 26.321 (1.1%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 25.997 (1.2%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 21.878 (1.0%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 21.440 (1.0%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 21.026 (1.1%)
ACEH
Jumlah Kasus: 19.338 (0.9%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 18.765 (0.9%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 16.303 (0.8%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 14.860 (0.6%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 13.723 (0.7%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 13.246 (0.7%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 13.138 (0.7%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 12.962 (0.6%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 11.474 (0.6%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 10.890 (0.5%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 10.309 (0.5%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 8.710 (0.4%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 5.933 (0.3%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 5.874 (0.3%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 5.355 (0.2%). (*)