Aksi Terorisme

Protes Rizieq Shihab Ditangkap, Terduga Teroris Ini Bikin Rencana Ledakkan SPBU Pertamina

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Nabil Aljufri, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri, terlibat dalam pembuatan bom aseton peroksida (TATP).

Pencegahan tersebut, kata Ahmad, dalam rangka memberi 'vaksin' berupa pembangunan karakter dan mengajarkan budi pekerti.

Hal itu karena menurutnya puncak dari keagamaan bukan pada tindakan jihad, sebagaimana yang dipahami oleh penganut paham radikal.

Baca juga: 85 Persen Negara Asia Pasifik Sudah Kembali Sekolah Tatap Muka, Nadiem Makarim: Kita Ketinggalan

Untuk itu, ia mengajak generasi milenial untuk tidak mengikuti akun media sosial maupun ajaran ustaz-ustaz intoleran dan radikal.

"Kedua, anak-anak kita jangan boleh mem-follow ustaz-ustaz yang intoleran, ustaz-ustaz yang radikal."

"Karena ustaz ini adalah pintu masuk radikalisasi tadi, pintu masuk radikalisme," tutur Ahmad.

Baca juga: Polisi Bakal Teliti Alasan Zakiah Aini Dropout dari Kampus pada Semester V

Ia pun menjelaskan indikator ustaz-ustaz yang berpaham radikal di antaranya mengajarkan intoleransi terutama yang menganut Salafi Wahabi Jihadis.

"Saya mengatakan semua teroris yang kami tahan baik itu di Polri, lapas, BNPT itu semua berpaham Salafi Wahabi (Jihadis)."

"Tetapi tidak semua wahabi salafi otomatis adalah teroris," jelas Ahmad.

Baca juga: Aksi Teror di Mabes Polri, Pendiri NII Center: Polisi Dianggap Padamkan Cahaya Allah

Juga, lanjutnya, waspadai ustaz-ustaz yang membentur-benturkan antara agama dengan budaya, agama dengan negara, atau agama dengan nasionalisme.

"Ini sudah selesai. Jadi kalau ada ustaz yang melakukan dikotomi seperti itu, hati-hati, waspada, dan jangan diikuti, karena itu sudah ustaz yang akan meradikalisasi," beber Ahmad.

Menurutnya, jika ajaran tersebut diterima mentah-mentah oleh generasi milenial, maka mereka akan mudah mengafirkan orang-orang yang tidak sepaham, apalagi yang seagama.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia 1 April 2021: 7.248 Pasien Sembuh, 6.142 Orang Positif, 196 Meninggal

Selain itu mereka juga akan merasa terzalimi atau diperlakukan tidak adil, menghalalkan segala cara atas nama agama, hingga akhirnya melakukan aksi teror.

"Artinya ini yang harus kita waspadai tentang klaim kebenaran, tentang manipulasi," cetus Ahmad. (Igman Ibrahim)

Berita Terkini