"Namun kemungkinan ada kenaikan di pasar usai aksi mogok ini selesai, karena mau bagaimana lagi harga kedelai juga melonjak," terang pengrajin tempe dari Johar Baru, Jakarta Pusat itu dihubungi Sabtu (2/1/2021).
Kenaikan diprediksi mencapai Rp 500 per balok tempe ataupun tahu.
Kenaikan harga itupun kata Khairun tidak menutup pengeluaran produksi.
Baca juga: Bareskrim Polri Beberkan Kronologis Penangkapan Pembuat Parodi Lagu Indonesia Raya di Cianjur
Para pengrajin tempe dan tahu tidak tega menaikan harga berkali-kali lipat di pasaran mengikuti persis harga kedelai.
Sebab kata Khairun pembeli tempe dan tahu mayoritas adalah warga menengah ke bawah sehingga pihaknya tidak mau membebani rakyat kecil.
Maka dari itu ia berharap Presiden dan DPR RI segera memanggil Menteri Perdagangan RI dan Menteri Pertanian.
Dengan begitu, para cukong-cukong kedelai yang diduga membuat harga kedelai melonjak dapat diberantas.
Saat ini harga kedelai di pasaran dapat mencapai Rp 9.500 per kilogram.
Padahal umumnya harga kedelai hanya Rp7.000 perkg.
Kenaikan harga mencapai 40 persen itu sudah terjadi sejak sebulan lalu.
Menurut Khairun, kenaikan drastis itu baru terjadi selama tujuh tahun terakhir..
Baca juga: Serius Pacaran dan Berencana Menikah, Ini Cerita Adit Jayusman Saat Pertama Kali Kenal Ayu Ting Ting
"Terakhir kami aksi mogok seperti ini tujuh tahun lalu saat era SBY. Setelah mogok harga kedelai langsung Rp 6.800 per kilogram," tutur Khairun.
Para pengrajin tempe berharap, dengan aksi mogok ini, pemerintah khususnya Presiden Jokowi dapat mencari solusi dalam menekan harga kedelai.
Sebab apabila hal ini dibiarkan, maka satu persatu pengrajin tempe dan tahu akan gulung tikar karena tidak sanggup mengongkosi biaya produksi.
"Jadi supaya cukong-cukong importir itu dipanggil sama bapak menteri. Apa kenaikan kedelai ini sandiwara di tengah Pandemi Covid-19," harap Khairun.
Sampai saat ini kata Khairun belum ada pihak dari pemerintah atau DPR RI yang memanggil mereka untuk berdiskusi. (m24/jhs)