Guru Honorer
Tak berpikir dengan gajinya yang kecil saat menjadi guru honorer, H Samuslim tetap berbuat untuk sesama.
Keyakinannya yang tinggi akan pertolongan Allah SWT, membuat Samulslim fokus merawat dan mendidik yatim piatu dan anak-anak terlantar di Kota Depok.
Begini awal kisahnya Samuslim merawat anak-anak yatim
Samuslim yang kini berusia 51 tahun berasal dari Madiun, Jawa Timur. Saat itu orangtuanya mempunyai penghasilan pas-pasan.
Kondisi perekonomian yang sulit membuat Samuslim kesulitan biaya sekolah.
Pada tahun 80-an, dia nekat merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Kala itu pria yang memiliki suara lembut itu terdampar di Senen, Jakarta Pusat.
Saat di Senen itulah Samuslim mulai tersentuh hatinya dengan anak-anak yatim. Dia kerap membantu anak yatim meski penghasilannya tak menentu.
Meski sering membantu, Samuslim pun pernah diperdaya oleh mereka. Namun, hal itu tak membuatnya jera.
"Di Senen saya kerap bertemu dengan anak-anak yatim yang mendapatkan perlakuan tak baik. Makanya saya mencoba membantu. Saya juga pernah ditipu mereka. Tapi, saya pasrahkan semuanya," katanya.
Nasib Baik
Singkat cerita Samuslim bertemu dengan orang baik. Dia ajak tinggal di Perumnas Depok 1. Samuslim kala itu tinggal bersama anak menteri.
Dia juga telah menikah. Samuslim bekerja sebagai guru honorer di sekolah swasta di Depok Utara pada tahun 1992. Sedangkan istrinya mengajar di sekolah Islam.
Pada saat itu Samuslim sebagai guru agama dengan gaji Rp 150.000. Lantaran kurang dia mencari tambahan sebagai guru privat mengaji.
Dalam kondisi keterbatasan perekonomian, Samuslim dan istrinya tetap mengasuh anak yatim piatu dan anak terlantar.