Ahli teknologi lab medik: 10 orang
Apoteker: 6 orang
Rekam radiologi: 4 orang
Terapis gigi: 2 orang
Sopir ambulans: 2 orang
Tenaga farmasi: 1 orang
Elektromedik: 1 orang
Sanitarian: 1 orang
Tenaga kesehatan lainnya: 4 orang
Data dari organisasi profesi dan masyarakat
Ahmad Arif, salah satu inisiator LaporCOVID-19, mengatakan, data kematian tersebut diperoleh berkat kolaborasi dengan organisasi profesi kesehatan, seperti IDI, PPNI, dan IBI.
"Untuk pendataan kami berkolaborasi dengan organisasi profesi seperti IDI, PPNI, IBI, dan lain-lain. Selain juga ada yang laporan masyarakat. Data diverifikasi oleh tim," kata Ahmad saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/12/2020).
Ahmad mengatakan, LaporCOVID-19 juga membuka testimoni publik sehingga data kematian nakes yang dipublikasikan bisa terkoreksi dan terupdate.
Selain itu, tim LaporCOVID-19 juga membuka laman Pusara Digital, yang berisi daftar nama, profesi, dan biografi para nakes yang telah gugur.
"Nakes yg meningggal juga ada biografi, tempat kerja, di mana meninggal, dan lain-lain," ujar Ahmad.
Untuk mengunjungi Pusara Digital tenaga kesehatan, bisa mengunjungi tautan berikut ini:
Pusara Digital: Terima Kasih Pahlawan Kesehatan Indonesia
Kematian karena Covid-19 itu nyata
Mengutip Kompas.com, Sabtu (5/12/2020) Ketua Umum Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, angka kematian tenaga kesehatan naik hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu seminggu pertama pada Desember 2020.
"PD IDI mengimbau, agar meski ada masyarakat yang tidak percaya adanya Covid-19, namun mohon agar tetap menjalankan protokol kesehatan agar tidak membahayakan orang lain," ujar Adib.
IDI juga mengimbau masyarakat agar menghindari kegiatan berkerumun dan atau yang melibatkan orang banyak, serta tetap menjalankan protokol kesehatan.
Adib mengatakan, tingginya angka kematian tenaga kesehatan dan bertambahnya angka kasus harian di Indonesia, menjadi pengingat para tenaga medis untuk tetap waspada dan selalu menggunakan APD dalam menjalankan tugas.
Kerugian Besar
Pada akhir Agustus lalu, PB IDI mengonfirmasi bahwa jumlah dokter yang meninggal dunia akibat pandemi Covid-19 pada saat itu sudah mencapai 100 orang.
Seperti diberitakan, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan terus bertambahnya dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19 adalah kerugian besar bagi Indonesia.
Dicky mengungkapkan, berdasarkan data Bank Dunia, jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk.
"Artinya, Indonesia hanya memiliki 4 dokter yang melayani 10.000 penduduknya. Sehingga, kehilangan 100 dokter sama dengan 250.000 penduduk tidak punya dokter," kata Dicky.
Selain itu, kehilangan ini juga merugikan Indonesia dalam hal investasi sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan.
"Padahal kita sedang berperang maraton melawan Covid-19. Kehilangan tenaga medis adalah salah satu sinyal serius, yakni betapa masih lemahnya kita dalam program pengendalian pandemi," ungkap Dicky.
Sebagian berita telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sudah 507 Nakes Meninggal karena Covid-19, Terbanyak di Bulan Desember" Penulis : Jawahir Gustav Rizal