Kabar Duka

HOTMAN Paris Menangis, 1 Hari Jelang Tahun Baru 2021 Kabar Duka Datang Sepulang Dia dari Bali

Editor: Suprapto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hotman Paris Hutapea menangis mendengar kabar duka sepulang jalan-jalan di Bali.

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea menangis.

Kabar duka menghampiri Hotman Paris setelah ia tiba dari liburan di Pulau Dewata Bali.

Hotman Paris sangat sedih.

Seorang guru besar yang juga dokter ahli paru-paru yang telah merawatnya berpuluh-puluh tahun, hari ini, Kamis (31/12/2020) meninggal dunia.

Prof Dr Hadiarto Mangunnegoro SpP (K), FCCP, meninggal dunia hari ini atau satu hari menjelang Tahun Baru 2021.

 "Hotman menangis baca berita ini! Beliau dokternya Hotman selama puluhan tahun! Kenapa harus karen Virus Corona?" ujar Hotman Paris Hutapea melalui akun media sosialnya, siang ini.

Baca juga: Ditanya Hotman Paris Penyebab Cerai dengan Gading Marten, Gisella Anastasia: Ada Ketidakcocokan

Baca juga: Hotman Paris Protes Antrean Cek Surat Kesehatan di Bandara Soetta, Pimpinan Masih Tidur Lu Ya?

Hotman Paris mengaku sering bertanya seputar Virus Corona atau Covid-19 kepada dokter ahli paru, guru para dokter ahli tersebut.

Sejak pandemi Virus Corona terjadi, Hotman Paris mengaku sering bertanya kepada  Prof Dr Hadiarto Mangunnegoro SpP (K). 

"Selama 10 bulan ini beliau selalu menjawab wa wa saya tanya tentang corona jahanam ini!" ujar Hotman Paris.

Seperti diketahui, Hotman Paris termasuk tokoh publik yang rajin mengampanyekan protokol kesehatan.

Prof Dr Hadiarto Mangunnegoro SpP (K), FCCP, dokter ahlir paru-paru, meninggal dunia Kamis (31/12/2020) ini atau satu hari menjelang Tahun Baru 2021. Hadiarto Mangunnegoro meninggal dunia karena Covid-19. (@hotmanparisofficial)

Baca juga: Satpol PP Bakal Beri Sanksi ke Pelaku Usaha Melanggar Pembatasan Jam Operasional di Malam Tahun Baru

Dalam pengamatan Warta Kota, dia termasuk pengacara yang sering mencontohkan perilaku sehat era pandemi, seperti memakai masker dan mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer.

Bahkan pagi hari ini, Hotman Paris Hutapea memilih kembali ke Jakarta dan batal merayakan pergantian Tahun Baru 2021 di Bali karena protokol kesehatan di pulau dewata itu dinilai lemah.

Sejumlah turis asing di Bali banyak yang tidak memakai masker.

"Hotman tgl 31 des subuh kabur terbang dari bali pulang ke Jakarta krn banyak bangat bule di bali yg tdk mau pakai masker!" ujar Hotman.

@hotmanparisofficial:  Hotman menangis baca berita ini! Beliai Dokternya hotman selama puluhan tahun! Knp harus krn corona?

Anehnya almarhum adalah guru dari para Dokter Paru!! Selama 10 bulan ini Beliau selalu menjawab wa wa saya tanya ttg corona jahanam ini!!

Hotman tgl 31 des subuh kabur terbang dari bali pulang ke Jakarta krn banyak bangat bule di bali yg tdk mau pakai masker!

Wartakota telah mengirim pertanyaan melalui aplikasi Whatsapp kepada Hotman Paris Hutapea terkait statusnya tersebut dan apa yang akan dia lakukan.

Tetapi hingga berita ini diturunkan, belum dijawab.

Hotman Paris Minta Turis Bule Dideportasi

Hotman Paris memilih untuk pulang ke Jakarta lebih cepat dari rencana karena tidak tahan melihat kehidupan turis asing di Bali.

Dalam pandangan Hotman Paris, para turis asing atau bule tidak mau memakai masker meski berinteraksi dengan orang lain di pulau wisata tersebut.

Bahkan ada sebuah restoran yang pemiliknya juga melarang karyawan di tempat tersebut memakai masker.

Pemilik restoran tersebut juga orang asing (bule).

"Hampir semua Bule tdk mau pakai pasker di bali? Dimana Aparat??? Deportasi bule yg melawan! Ayok semua rakyat bali teriakin bule yg tdk mau pakai masker!" ujar Hotman Paris Hutapea melalui medsos.  

Hotman Paris mengajak semua pihak untuk menyelamatkan Bali dan selamatkan Indonesia dari pandemi Virus Corona.

Hotman Paris mengaku sering ribut dengan sejumlah turis bule di Bali karena mereka tidak memakai masker.

"Aduh Hotman sering ribut ama bule di Bali, bahkan mau berkelahi, karena Hotman tegor bule yang tidak suka ditegor karena tidak pakai masker di Bali!" ujar Hotman.

Dia mempertanyakan keberadaan aparat hukum yang tidak terlihat dan tidak menerbitkan pelanggar protokol kesehatan tersebut.

"Dimana aparat?? Aku cinta Bali tapi aku pamit pulaanggggg!" katanya.

Simak keluh keah Hotman Paris terkait masker di Bali ini.

@hotmanparisofficial: Hampir semua Bule tdk mau pakai pasker di bali? Dimana Aparat??? Deportasi bule yg melawan!

Ayok semua rakyat bali teriakin bule yg tdk mau pakai masker! Bahkan ada pegawai restoran tdk pakai masker karena bos bulenya larang pakai masker! Ayok selamatkan Bali!

Selamatkan Indonesia! Aduh hotman sering ribut ama bule di bali bahkan mau berkelahi krn hotman tegor bule yg tdk suka di tegor krn tdk pakai masker di bali! Dimana Aparat??

Aku cinta bali tapi aku pamit pulaanggggg!

(yg dansa sahabat hotman yg juga pengusaha namanya Icha/ baju kuning Ketua Umum CEO dgn bule tdk dikenal) ha ha icha dari teman olah raga ancol pindah dansa di bali...! Ada juga yg dansa ibu Hajah R.... tapi ngak boleh posting vidio yg ada dia! Ya deh demi nama ...

502 Tenaga Kesehatan Meninggal karena Covid-19

Jumlah tenaga kesehatan yang meninggal karena pandemi Covid-19 di Indonesia terus bertambah.

Menurut catatan LaporCOVID-19 hingga 28 Desember 2020, total ada 507 nakes dari 29 provinsi di Indonesia yang telah gugur karena Covid-19.

Sebanyak 96 di antaranya meninggal dunia pada Desember 2020, dan merupakan angka kematian nakes tertinggi dalam sebulan selama pandemi berlangsung di Tanah Air.

Mengenai rincian 507 tenaga kesehatan yang meninggal adalah sebagai berikut: 

Dokter: 228 orang

Perawat: 167 orang

Bidan: 68 orang

Dokter gigi: 13 orang

Ahli teknologi lab medik: 10 orang

Apoteker: 6 orang

Rekam radiologi: 4 orang

Terapis gigi: 2 orang

Sopir ambulans: 2 orang

Tenaga farmasi: 1 orang

Elektromedik: 1 orang

Sanitarian: 1 orang

Tenaga kesehatan lainnya: 4 orang

Data dari organisasi profesi dan masyarakat

Ahmad Arif, salah satu inisiator LaporCOVID-19, mengatakan, data kematian tersebut diperoleh berkat kolaborasi dengan organisasi profesi kesehatan, seperti IDI, PPNI, dan IBI.

"Untuk pendataan kami berkolaborasi dengan organisasi profesi seperti IDI, PPNI, IBI, dan lain-lain. Selain juga ada yang laporan masyarakat. Data diverifikasi oleh tim," kata Ahmad saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/12/2020).

Ahmad mengatakan, LaporCOVID-19 juga membuka testimoni publik sehingga data kematian nakes yang dipublikasikan bisa terkoreksi dan terupdate.

Selain itu, tim LaporCOVID-19 juga membuka laman Pusara Digital, yang berisi daftar nama, profesi, dan biografi para nakes yang telah gugur.

"Nakes yg meningggal juga ada biografi, tempat kerja, di mana meninggal, dan lain-lain," ujar Ahmad.

Untuk mengunjungi Pusara Digital tenaga kesehatan, bisa mengunjungi tautan berikut ini:

Pusara Digital: Terima Kasih Pahlawan Kesehatan Indonesia

Kematian karena Covid-19 itu nyata

Mengutip Kompas.com, Sabtu (5/12/2020) Ketua Umum Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, angka kematian tenaga kesehatan naik hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu seminggu pertama pada Desember 2020.

"PD IDI mengimbau, agar meski ada masyarakat yang tidak percaya adanya Covid-19, namun mohon agar tetap menjalankan protokol kesehatan agar tidak membahayakan orang lain," ujar Adib.

IDI juga mengimbau masyarakat agar menghindari kegiatan berkerumun dan atau yang melibatkan orang banyak, serta tetap menjalankan protokol kesehatan.

Adib mengatakan, tingginya angka kematian tenaga kesehatan dan bertambahnya angka kasus harian di Indonesia, menjadi pengingat para tenaga medis untuk tetap waspada dan selalu menggunakan APD dalam menjalankan tugas.

Kerugian Besar

Pada akhir Agustus lalu, PB IDI mengonfirmasi bahwa jumlah dokter yang meninggal dunia akibat pandemi Covid-19 pada saat itu sudah mencapai 100 orang.

Seperti diberitakan, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan terus bertambahnya dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19 adalah kerugian besar bagi Indonesia.

Dicky mengungkapkan, berdasarkan data Bank Dunia, jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk.

"Artinya, Indonesia hanya memiliki 4 dokter yang melayani 10.000 penduduknya. Sehingga, kehilangan 100 dokter sama dengan 250.000 penduduk tidak punya dokter," kata Dicky.

Selain itu, kehilangan ini juga merugikan Indonesia dalam hal investasi sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan.

"Padahal kita sedang berperang maraton melawan Covid-19. Kehilangan tenaga medis adalah salah satu sinyal serius, yakni betapa masih lemahnya kita dalam program pengendalian pandemi," ungkap Dicky.

Sebagian berita telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sudah 507 Nakes Meninggal karena Covid-19, Terbanyak di Bulan Desember" Penulis : Jawahir Gustav Rizal
 

Berita Terkini