Wartakotalive, Jakarta - Nahas benar nasib sekitar 300 orang pengungsi Rohingya, karena ditolak Malaysia sedangkan Bangladesh ogah menjemput mereka.
Para pengungsi tersebut berada di sebuah kapal kayu yang ditemukan oleh patroli pantai Malaysia di dekat Pulau Langkawi, Senin, 8 Juni 2020.
Kapal mereka ditarik ke pantai karena dalam kondisi rusak.
Namun, pemerintah tak mau menerima para pengungsi itu untuk tinggal sementara di Malaysia.
Menteri Pertahanan Malaysia Ismail Sabri Yaakob menyarankan agar para pengungsi yang diselamatkan dikirim kembali ke Bangladesh.
"Orang Rohingya seharusnya tahu, jika mereka datang ke sini, mereka tidak bisa tinggal di sini," kata menteri itu kepada wartawan di Kuala Lumpur, sebagaimana dikutip aljazeera.com, Rabu, 10 Juni 2020.
Sabri mengatakan kementerian luar negeri Malaysia akan meminta Bangladesh untuk mengambil kembali para pengungsi yang ditahan jika mereka diketahui telah meninggalkan kamp-kamp pengungsian.
Pemerintah juga akan meminta badan PBB urusan pengungsi, UNHCR, untuk memukimkan kembali kelompok itu di negara ketiga.
Namun, niat Malaysia itu ditampik Bangladesh.
Menteri Luar Negeri Bangladesh AK Abdul Momen mengatakan negaranya "tidak berkewajiban atau dalam posisi untuk mengambil kembali orang Rohingya".
Ia malah mendesak komunitas global untuk membantu merelokasi lebih dari satu juta Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh setelah penumpasan brutal di negara asal Rohingya, Myanmar, pada 2017.
Malaysia tidak mengakui status pengungsi tetapi sering menjadi tujuan etnis Rohingya, bahkan sebelum penumpasan tahun 2017.
Pada Februari 2020, UNHCR mencatat ada sekitar 180.000 pengungsi di Malaysia, sekitar setengahnya adalah Rohingya.
Badan tersebut diizinkan beroperasi di negara itu oleh pemerintah untuk mengurusi para pengungsi tersebut.
Kapal yang mengangkut orang Rohingya itu, menurut pihak berwenang Malaysia, sengaja dirusak untuk mencegahnya dikembalikan ke pelabuhan asalnya.