Beramai2 membeli baju lebaran di mall lebih prioritas bagi kalian.
Kami hanya perlu tetap bekerja dengan beban yg semakin berat, pasien yg semakin banyak, dan personel yg semakin sedikit.
Semoga pandemi ini segera berakhir
#dr. Emilia Nissa Khaira
• Gubernur Sulawesi Selatan Beri Beasiswa dan Motor untuk Bocah Penjual Jalangkote
Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat jumlah penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 hingga Selasa (19/5/2020) pukul 12.00 WIB bertambah 486 orang.
Sehingga totalnya menjadi 18.496 Sedangkan pasien sembuh menjadi 4.467 setelah ada penambahan 143 orang dan kasus meninggal menjadi 1.221 dengan penambahan 30 orang.
“Pasien Konfirmasi Covid-19 ada kenaikan sebanyak 486 orang sehingga menjadi 18.496 orang. Sembuh meningkat 143 orang sehingga menjadi 4.467 orang. Kasus meninggal naik 30 orang sehingga menjadi 1.221 orang," ungkap Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto dalam siaran tertulis pada Selasa (19/5/2020).
Dokter Vika: Itu Sikap Ngenes Kami Lihat Warga yang Mulai Abai
Para dokter ngenes dengan sikap masyarakat Indonesia yang terlihat semakin abai dengan pandemi Covid-19.
Padahal selama berbulan-bulan para petugas medis tetap berjuang di tengah bencana virus corona tersebut, menyelamatkan ribuan warga.
Satu di antara dokter yang kecewa dengan sikap mayoritas masyarakat Indonesia belakangan ini ialah Vika Hapsari Pratiwi.
• Perawat RS Royal Surabaya Meninggal Dunia, Dokter Tirta Usul Bendera Setengah Tiang Kelak
• Begini Cara Meningkatkan Imun Anak di Tengah Pandemi Virus Corona
Seorang dokter gigi di Kota Bogor itu memaklumi tagar Indonesia Terserah yang akhirnya viral dan didukung oleh para tenaga medis Indonesia.
Hal itu lantaran perjuangan mereka yang sudah mati-matian dalam menghadapi Covid-19.
"Kami setiap hari was-was saat berangkat kerja. Namun nyatanya masyarakat malah terlihat mengabaikan pencegahan Covid-19. Jadi bisa dibilang kami ngenes lah dengan kondisi sekarang," kata Vika dihubungi Senin (18/5/2020).
Padahal kata Vika, sejak Pandemi Covid-19 masuk Indonesia, ia harus berpanas-panasan ketika mengobati pasiennya.
• Lima Tips Belanja Aman Menurut WHO Selama Pandemi, Baik di Pasar Tradisional maupun Pasar Modern
Hal itu lantaran Alat Pelindung Diri (APD) yang selalu melekat di tubuhnya saat praktik.
Selama tiga jam penuh, Vika mengaku tidak dapat melepaskan baju hazmat dan seluruh APD yang menempel di badannya.
Hal itu lantaran risiko penularan Covid-19 yang tinggi jika bersentuhan dengan area mulut pasien.
• Rumahkan 800 Karyawan, Dirut Garuda Indonesia: Untuk Memastikan Keberlangsungan Perusahaan
"Karena dokter gigi itu sebenarnya yang paling risiko tinggi terkena penularan Covid-19. Tapi walau seperti itu kami tetap berkerja untuk masyarakat," jelas Vika.
Selain itu kondisi psikis para tenaga medis juga banyak yang mulai terganggu karena hubungan kerja yang semakin mencekam.
Setiap tenaga medis kerap curiga dengan tenaga medis lainnya.
• Masa Pandemi Corona, Pisa Kafe Menyediakan Makanan Gratis Bagi Tenaga Medis di Lima Rumah Sakit
Meski begitu, mereka tetap harus profesional dan membantu masyarakat dalam memberikan pelayanan medis.
Namun nyatanya semua perjuangan mereka selama ini semakin dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semakin diabaikan dan berisiko membuat penularan Covid-19 terus melonjak.
"Banyak yang kami korbankan. Misalnya saja sudah dua bulan ini kami harus jaga jarak dengan keluarga. Saya saja sudah dua bulan ini tidak sentuh anak-anak saya karena risih menularkan penyakit," paparnya.
• Pesan Mendalam Kartika Putri Kepada Calon Pemudik di Masa Pandemi Covid-19
Oleh karenanya dia berharap masyarakat dapat sedikit bersimpati dengan perjuangan tenaga medis.
Khususnya para tenaga medis yang bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19.
Hal itu lantaran sudah banyak yang mereka korbankan agar risiko kematian warga dapat ditekan.
"Jadi seharusnya kita saling bantu dan empati saja. Karena pandemi ini tidak akan berakhir jika semua saling ego dan mementingkan diri sendiri," pesan wanita yang sudah 17 tahun menjadi dokter itu.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita Dokter tentang Minimnya Tenaga Medis di Jakarta, Kerja Tanpa Libur demi Pasien
Penulis : Kevin Rizky Pratama