Salah satu lukisan fenomenal karya pelukis Leonardo da Vanci, The Last Supper di lokasi aslinya di tembok kastil Santa Maria delle Grazia, Milan Italia harus rela antri bahkan berbulan-bulan.
Pasalnya pihak pengelola lukisan mural yang selamat dari gempuran saat Perang Dunia I ini hanya boleh dikunjungi 1000 pengunjung perhari saja.
Padahal yang ingin menyaksikan lukisan yang dibuat Leonardo pada 1498 ini dari penjuru dunia.
Diperlukan waktu sekitar 7 bulan untuk menyaksikan langsung.
Pembatasan ini untuk menghindari warna-warna di lukisan mengenai perjamuan terakhir itu memudar akibat suhu manusia yang berada di sekitar lukisan.
Selain The Last Supper, lukisan wanita paling terkenal, Monalisa juga punya antrean yang panjang untuk melihat langsung di Louvre, Paris.
Nah, bagi masyarakat yang ingin menyaksikan lukisan Leonardo da Vinci, bisa mengunjungi dulu pameran ‘Leonardo Opera Omnia’ di Museum Mandiri, Jakarta.
Pameran ini dibuka untuk umum mulai tanggal 6 Februari hingga 3 Maret 2020 dan menampilkan tujuh belas reproduksi maha karya Leonardo da Vinci termasuk lukisan Mona Lisa dan The Last Supper yang dihadirkan dengan format high-definition digital imaging dan skala sesuai ukuran aslinya.
Untuk menikmati pameran ini gratis, hanya membayar uang masuk Museum Mandiri Rp 5.000.
• VIDEO : Main Film Lagi, Onadio Leonardo Kembali Berperan Jadi Banci'
• VIDEO : AHM Perkenalkan Tim Repsol Honda yang Berlaga di MotoGP 2020
Walaupun hanya duplikat, namun ukurannya dibuat sama seperti lukisan aslinya.
Seperti lukisan The L Last Supper yang memiliki 460cmx880cm.
Pameran tersebut dibuka oleh Vittorio Sandalli, Duta Besar Italia untuk Indonesia, Rabu (5/2/2020).
Sandalli mengatakan, Leonardo da Vinci merupakan salah satu seniman paling berpengaruh dan dihormati dalam sejarah yang juga memiliki minat di bidang sains, musik, matematika, sastra serta gambar, lukisan, patung, dan arsitektur.
Pameran Leonardo Opera Omnia dalam rangka memperingati dan memperkuat hubungan diplomatik bilateral antara Republik Italia dan Republik Indonesia selama lebih dari 70 tahun.
Sekaligus memperingati 500 tahun meninggaknya sang maestro.