Berita Daerah

MENDADAK Makam Kuno Muncul ke Permukaan, Diduga Makam Syekh Abdul Rahman Murid Sunan Gunung Jati

Editor: PanjiBaskhara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lokasi penemuan makam kuno yang diduga makam Syekh Abdul Rahman yang meninggi secara sendirinya di kawasan tempat pemakaman umum di Blok Langgen, Desa Kiajaran Wetan, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Rabu (19/11/2019).

Diduga perahu baja di Bengawan Solo peninggalan Belanda

Warga Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, Lamongan, dikejutkan dengan penemuan perahu besi baja di dasar Sungai Bengawan Solo.

Tiga unit perahu berbahan besi baja itu ditemukan saat kondisi air Sungai Bengawan Solo sedang surut.

Orang pertama yang menemukan perahu baja ini adalah Mohammad Amam warga Mertani.

Tim dari BPCB Jawa Timur saat meninjau lokasi penemuan tiga perahu peninggalan zaman Belanda di aliran Bengawan Solo di Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, Lamongan, Jumat (11/10/2019). (Dok. tim BPCB Jawa Timur)

"Saat itu saya sedang berada di pinggir sungai, saya kaget karena ada benda yang menyembul (centiknya) ke permukaan," kata Mohammad Amam, pada wartawan Surya.co.id Selasa (8/10/2019).

Penasaran, Amam kemudian berusaha mencari tahu dengan berenang menuju barang aneh itu.

Amam mengaku terkejut karena setelah didekati, barang yang memancing rasa penasarannya itu ternyata perahu yang terbuat dari besi baja.

"Saat menyelam, ada sekitar 3 unit perahu yang terpendam di dasar sungai," ungkap Amam.

Menurut Amam, dari hasil pemeriksaannya saat menyelam, diperkirakan perahu tersebut berukuran, panjang 4-5 meter dan lebar sekitar 1,5 meter hingga 2 meter.

Bahan dasar perahu tersebut terbuat dari baja dan tidak ada yang berkarat.

Amam menuturkan, bentuknya seperti setrika, yaitu depan lancip sementara di bagian buritan tumpul. Salah satu bagian perahu ada yang rusak diduga seperti bekas tembakan peluru.

Amam kemudian menginformasikan temuannya kepada warga dan sudah mencoba mengangkat perahu tersebut tapi tidak berhasil.

"Berat, bahannya baja dan sepertiga badannya terbenam dalam dasar lumpur yang berpasir," kata Amam.

Sejarahnya Penting untuk Digali

Penemuan perahu baja di Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, dianalisa Pemerhati Budaya Lamongan, Supriyo.

Bahwa, temuan perahu baja ini juga membuka sejarah baru teknologi yang dipakai ketika perahu itu dibuat.

Dia mendapat informasi yang sama seputar lokasi penemuan perahu berbahan baja di dasar Sungai Bengawan Solo tersebut.

Dari cerita, kata Supriyo, diketahui kalau lokasi tempat penemuan perahu baja ini dulu pernah terjadi pertempuran ketika masa kolonial.

Peristiwanya adalah ketika tentara Belanda menembaki perahu di Sungai Bengawan Solo agar tidak dipakai oleh Jepang.

"Ini adalah cerita tutur dari warga yang memang bukti sejarahnya belum didapatkan," kata Supriyo saat dikonfirmasi Surya.co.id, Selasa (8/10/2019).

Sebagai pemerhati budaya, ia telah melihat secara langsung penampakan perahu baja tersebut, meski hanya sekilas karena masih terpendam lumpur.

Dari pengamatannya sekilas, ujar Supriyo, perahu yang terbenam tidak adanya las di antara sambungan perahu. Namun, perahu baja yang ditemukan di Desa Mertani ini menggunakan sistem keling.

"Dari ciri-ciri yang ada ini hampir dimungkinkan perahu baja ini adalah perahu Belanda yang ada pada masa kolonial," ungkap Priyo.

Ia meminta agar pihak-pihak terkait mengangkat perahu baja temuan warga ini agar bisa diketahui lebih jauh tentang sejarah dan teknologi yang dipakai di perahu ini.

"Selain dievakuasi, yang lebih penting adalah mengamankan perahu agar lebih terawat," katanya.

Ada banyak hal yang perlu digali terkait temuan perahu baja ini.

"Sejarahnya penting untuk digali," katanya.

Temuan perahu baja ini juga mendapat perhatian dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan.

Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan, Miftah Alamuddin mengaku sudah ke lokasi.

Berita Terkini