Ismail menjelaskan, para influencer yang fokus dengan tagar #DiperkosaNegara lebih fokus terhadap subtansi isu ketimbang pro atau kontra dengan seorang sosok.
“Kpop concert, mahasiswa, protes, RUU, dan tagar #DiperkosaNegara,” jelas Ismail.
Ia pun membandingkannya dengan aktivitas unjuk rasa yang digagas oleh mahasiswa tahun 1998.
“Sungguh sebuah nuansa aksi mahasiswa yang sangat baru, jauh berbeda dengan 1998. Sama-sama peduli, tanpa meninggalkan minat mrk pada Kpop. @awkarin cerdas, Jangan sampai kita #DiperkosaNegara di negeri sendiri,” puji Ismail.
Oleh karenanya kata Ismail, lewat aksi ini masyarakat tidak bisa lagi menyepelekan GenZ dan K-popers.
“Mereka juga sangat concern dengan masalah bangsa. Dengan cara mereka sendiri. Dengan balutan kreativitas dan minat mereka akan Kpop,” jelas Ismail.
Sebab kata Ismail, generasi GenZ bisa berfokus kepada subtansi isu dan tidak terpancing dengan kritikan dan dukungan kepada satu sosok saja.
“Dalam hal ini GenZ dan Kpoppers, memilih isu besar, terkait negara,” jelas Ismail.
“Sekarang dari aksi demo yang dimotori mahasiswa ini, GenZ & Kpoppers belajar tentang sebagian masalah bangsa: hukum, keadilan, dan korupsi. Jalan pun bisa jadi ruang kelas,” terang Ismail.
Lewat akun twitternya Awkarin yang juga berstatus sebagai mahasiswa itu memang keras mengkritik rancangan kitab undang-undang hukum pidana (RKUHP) yang akan disahkan pemerintah.
Bahkan Awkarin turun langsung ke jalanan dan membagikan kotak nasi untuk para demonstran.
“Perjuangan banget mau nganterin 3000 nasi kotak buat kakak2 yg lg demo :”) Hari ini sepertinya semua kerjaanku harus dipost pone demi mengantarkan makanan untuk mereka yang sudah hebat dan lelah seharian dijalan. Doakan kami!” cuit Awkarin.
Cuitan Awkarin itu mendapatkan 13 ribu retweet dan disukai 48 ribu pengguna twitter.
Bagi-bagi Kotak Makanan
Selebgram Karin Novilda atau Awkarin menjadi perbincangan di media sosial.