"Saya kos karena ingin belajar mandiri," tandasnya.
Farrel mengaku tidak ada persiapan khusus untuk ujian nasional. Ia tetap belajar seperti hari-hari biasanya dan ditambah mengikuti les di luar sekolah.
Sepulang sekolah, setiap hari Farrel menyediakan waktu khusus belajar setidaknya selama dua jam. Ia akan menambah waktu belajar ketika ada beberapa bab yang belum bisa dipahaminya.
"Dengan kondisi ini, maka saya harus belajar lebih giat dari pada yang lain. Jadi kalau ada waktu luang, saya habiskan untuk belajar," urainya.
Farrel saat ini telah diterima di Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia pun tak sabar untuk bisa segera masuk kuliah di hukum.
"Cita-cita saya dari dulu memang ingin di Hukum," tandasnya.
Terserang kanker mata
Farrel menceritakan, ia kehilangan penglihatannya sejak usia 5 tahun. Ia tidak bisa melihat setelah matanya terserang kanker.
Awalnya kanker menyerang mata kirinya dan lambat laun merembet ke mata kanan. Sehingga, Farrel harus kehilangan kedua indera penglihatannya.
Farrel kena retinoblastoma bilateral Namun, kondisi tersebut tak membuat Farrel patah arang dan merasa berkecil hati.
"Mama selalu memberi support. Saya dari kecil sudah tabah dan menerima. Justru saya ingin buktikan, keterbatasan tak bisa menghalangi seseorang berprestasi, selama ada niat," ujarnya.
Penghargaan MURI dan Juara OSN
Pada usia 7 tahun, Farrel mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri).
Ia mendapat penghargaan tuna netra termuda yang mampu mengoperasikan 14 program komputer.
Saat duduk di Sekolah Dasar (SD) Farrel meraih juara pertama Olimpiade Sains Nasional (OSN), MIPA.
Tak berhenti di situ, saat SMP Farrel kembali menorehkan prestasi mentereng.
Remaja kelahiran Yogyakarta 23 Januari 2001 ini menjadi juara Olimpiade Sains Nasional (OSN) Matematika.