@hotmanparisofficial: Tebu Ireng & Hotman Paris di Kopi joni.
Sejarah Singkat Universitas Hasyim Ashari Ponpes Tebu Ireng Jombang
Universitas Hasyim Ashari atau Unhasy merupakan perguruan tinggi yang didirikan oleh pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang, KH. Muhammad Yusuf Hasyim.
Sebelum menjadi universitas, kampus yang berada di komplek pondok pesantren Tebuireng ini bernama Institut Keislaman Hasyim Asy'ari.
Diberitakan di website resmi kampus itu, http://www.unhasy.ac.id, Unhasy sebenarnya bukan nama perguruan tinggi baru di jajaran pendidikan tinggi di Indonesia.
Sebagai perguruan tinggi berbasis pesantren, Unhasy secara resmi menyelenggarakan pendidikan bagi para calon sarjana sejak 22 Juni 1967.
Pada 1 September 1988, perguruan tinggi yang didirikan oleh KH. Yusuf Hasyim, pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, berubah menjadi Institut Keislaman Hasyim Asy'ari (IKAHA).
Perubahan dari UNHASY menjadi IKAHA dilatar belakangi oleh Surat Keputusan Menteri Agama RI, Nomor 3 Tahun 1987, tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS).
Berdasarkan Keputusan Mendikbud RI Nomor: 278/E/O/2013, Unhasy resmi terlahir kembali.
Perubahan dari Ikaha menjadi Unhasy seiring dengan turunnya Surat Keputuan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tentang berdirinya Unhasy dengan 15 program studi.
Kelahiran kembali UNHASY disambut dengan sejumlah langkah, salah satunya, integrasi kurikulum agama dengan kurikulum non-agama di Program Studi (Prodi) agama, serta melakukan integrasi kurikulum non-agama dengan kurikulum agama di prodi non-agama.
Integrasi kurikulum tersebut, menurut Rektor Unhasy, Dr. H.C. Ir. KH Salahudin Wahid (Gus Sholah), dilakukan untuk peningkatan kualitas mahasiswa sehingga nantinya tidak canggung saat terjun di masyarakat.
Cita-cita besar yang diusung Perguruan Tinggi dibawah naungan Pesantren Tebuireng ini adalah mencetak agamawan yang ilmuwan, dan ilmuwan yang agamawan.
Resmi menyandang status Universitas sejak Juli 2013, UNHASY membuka 15 Program Studi pada 7 Fakultas mulai tahun akademik 2013-2014.
Pada Fakultas dan Prodi Agama terdiri atas Fakultas Syari'ah dengan Prodi Hukum Perdata Islam dan Hukum Ekonomi Syari'ah; Fakultas Dakwah dengan Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; serta Fakultas Tarbiyah dengan Prodi Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Guru MI.
Fakultas dan Prodi non-agama yang telah dibuka adalah Fakultas Teknik, dengan Prodi Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Sipil,dan Teknik Industri; Fakultas Teknologi Informasi, dengan Prodi Teknik Informatika, Sistem Informasi, dan Manajemen Informatika; Fakultas Ekonomi dengan Prodi Manajemen, Akutansi, dan Ekonomi Islam; Fakultas Ilmu Pendidikan, dengan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Ingris, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Matematika, dan Pendidkan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pendiri Ponpes Tebu Ireng Jombang Jawa Timur
Ponpes Tebu Ireng Jombang Jawa Timur didirikan oleh KH Hasyim Ashari.
KH Hasyim Ashari adalah pendiri Nahdlatul Ulama atau NU sekaligus kakek dari Presiden Ke-4 RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Wikipedia menulis, Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh Kyai Haji Hasyim Asy’ari pada tahun 1899 M.
Pesantren ini didirikan setelah ia pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren terkemuka dan di tanah Mekkah, untuk mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya.
Tebuireng dahulunya merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Letaknya delapan kilometer di selatan kota Jombang, tepat berada di tepi jalan raya Jombang – Kediri.
Menurut cerita masyarakat setempat, nama Tebuireng berasal dari “kebo ireng” (kerbau hitam).
Versi lain menuturkan bahwa nama Tebuireng diambil dari nama punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.
Dusun Tebuireng sempat dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian, pelacuran dan perilaku negatif lainnya.
Namun sejak kedatangan K.H. Hasyim Asy’ari dan santri-santrinya, secara bertahap pola kehidupan masyarakat dusun tersebut berubah semakin baik dan perilaku negatif masyarakat di Tebuireng pun terkikis habis.
Awal mula kegiatan dakwah K.H. Hasyim Asy’ari dipusatkan di sebuah bangunan yang terdiri dari dua buah ruangan kecil dari anyam-anyaman bambu (Jawa: gedek), bekas sebuah warung yang luasnya kurang lebih 6 x 8 meter, yang dibelinya dari seorang dalang.
Satu ruang digunakan untuk kegiatan pengajian, sementara yang lain sebagai tempat tinggal bersama istrinya, Nyai Khodijah.
Organisasi NU tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dengan lebih dari 400 cabang, tetapi pengurus-pengurus wilayah NU yang kegiatan usahanya cukup nyata antara lain adalah yang berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Saat ini, keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng telah berkembang dengan baik dan semakin mendapat perhatian dari masyarakat luas.