WARTA KOTA, BEKASI - Warga Kelurahan Jatiranggon, Kecamatan Jatisampurna, Bekasi, gempar. Empat warganya meninggal lantaran dibakar massa setelah kepergok mencuri sepeda motor. Selain keluarga sibuk mengurus jenazah, Ustaz Aang Muhammad (70) bakal punya kerjaan berat hari itu.
Maklum saja, dia merupakan orang yang dipercaya di wilayah itu untuk memandikan jenazah. Tidak ingin mengecewakan keluarga yang ditinggalkan, Ustaz Aang secara bergantian memandikan empat jasad itu. Ia meminta bantuan kepada beberapa orang.
“Kejadian itu pada tahun 1999, bulannya saya lupa. Tapi kejadian itu menjadi contoh, saya tidak pernah membeda-bedakan jenazah orang. Baik orang meninggal secara normal atau dibakar massa sekalipun mereka harus diperlakukan dengan baik setelah meninggal,” kata Ustaz Aang kepada Warta Kota, baru-baru ini.
Profesi memandikan jenazah memang bukan perkara mudah. Apalagi, kata Aang, di wilayah pedesaan, tidak sembarangan orang bisa dipercaya memandikan jenazah.
“Dulu saat saya masih tinggal di kampung, di daerah Indihiyang, Tasikmalaya, profesi ini seolah sakral. Tidak sembarangan orang bisa memandikan jenazah. Hanya orang-orang yang dipercaya oleh masyarakat saja yang bisa melakukannya,” katanya.
Aang telah berprofesi memandikan jenazah sejak tahun 1970 saat masih tinggal di Tasikmalaya. Tahun 1978, ketika ia pindah dan menetap di RT 02/RW 05 Jatiranggon, ia juga dipercaya sebagai satu-satunya orang pemandi jenazah laki-laki di kawasan itu, sampai sekarang.
Dengan ilmu
Menurutnya, memandikan jenazah tidak bisa dilakukan asal-asalan. Termasuk ilmu bagaimana memperlakukan jenazah yang matanya belum terpejam atau tubuhnya sudah kaku, harus menggunakan ilmu dan tata cara yang benar.
“Kalau dipaksakan nanti akan merusak tubuhnya. Untuk jenazah yang kaku, harus dibacakan doa-doa. Harus dipasrahkan kepada Allah. Buktinya, setelah saya doakan tiba-tiba badan jenazah jadi lemas. Itu kuasa Allah,” jelasnya.
Saat ini, selain terkenal menjadi penceramah agama, Ustaz Aang termasuk pemandi jenazah tersohor di kawasan tempatnya tinggal. Sebulan, kata dia, sekitar 20 jenazah ia tangani.
Soal tarif, Aang tidak pernah mematoknya. “Saya kan niatnya ibadah, jadi nggak pernah mematok tarif. Tapi umumnya keluarganya ngasih antara Rp 200.000-Rp 300.000,” jelasnya.