Polemik Ijazah Jokowi

Eks Ketua Dewan Guru Besar UGM Prof Koentjoro: Meski Jokowi Pembombong, Saya Yakini Ijazahnya Asli

Dalam program ROSI di KompasTV, Koentjoro dengan tegas menyatakan sikapnya yang sejak dulu konsisten tidak suka dengan kebijakan Jokowi.

Editor: Feryanto Hadi
Surya Malang
POLEMIK IJAZAH JOKOWI - Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi-KANAN) ketika hadir ke Polda Metro Jaya atas kasus ijazah palsu dalam tayangan KompasTV Selasa, (28/7/2025). Ketua Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) 2018-2021, Prof Koentjoro (KIRI) saat tampil dalam program ROSI di KompasTV Kamis (31/8/2025) malam. Koentjoro blak-blakan menyebut Jokowi pembohong bahas kebenaran ijazah. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA- Ketua Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) 2018-2021, Prof Koentjoro membuat pernyataan mengejutkan

Dia menyampaikan hal krusial saat tampil di acara ROSI Kompas.tv.

Saat itu, dia diundang sebagai narasumber untuk berkomentar soal polemik ijazah Jokowi

Prof Koentjoro menyebut, bahwa Jokowi sudah lama terkenal sebagai pembohong. 

Meski demikian, pada dasarnya setuju bahwa Jokowi memang pernah kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM).

Ia pun meminta semua pihak tak mempersoalkan lagi soal ijazah Jokowi.

Prof Koentjoro juga menyinggung perihal ijazah Jokowi yang kebenarannya masih dipersoalkan oleh alumni UGM seperti pakar telematika Roy Suryo dan ahli digital forensik, Rismon Sianipar.

Baca juga: Disebut Tipu Rakyat Soal Ijazah Jokowi, Roy Suryo Serang Penasehat Ahli Kapolri, Ungkap LHKPN Bohong

Dalam program ROSI di KompasTV, Koentjoro dengan tegas menyatakan sikapnya yang sejak dulu konsisten tidak suka dengan kebijakan Jokowi.

Koentjoro menyebut, Jokowi berbohong dalam beberapa hal.

“Tahun 2024 saya membaca petisi, ketika saya mau membaca petisi kemudian dikutip dimana-mana, saya (menyatakan) sangat tidak suka dengan kebijakan Jokowi" ucap Prof Koentjoro, Kamis (31/8/2025) malam 

"Jokowi itu pembohong, dalam banyak hal dia pembohong,” ucap Prof Koentjoro melansir Youtube KOMPASTV. 

Koentjoro kemudian membeberkan, satu di antara kebohongan Jokowi setelah tidak lagi menjabat presiden. 

 Saat itu menurut Koentjoro, Jokowi berkata akan kembali ke rumah di Solo dan tidak menjadi politisi.

“Dulu pada waktu dia mau lengser jadi presiden, dia mengatakan di mau tinggal di rumah, tidak mau jadi politisi,” ucapnya.

“Tapi sekarang dia masih bicara di situ, semakin tidak konsisten” imbuhnya. 

Kendati terang-terangan tidak suka dengan sikap dan kebijakan Jokowi, namun Koentjoro tidak akan berbohong perihal ijazah.   

Menurut Koentjoro, ijazah Jokowi yang kini kisruh dapat dipastikan olehnya asli.

“Bahwa saya seorang guru besar, saya harus memegang teguh kebenaran, professor boleh salah tetapi tidak boleh bohong,” tegas Prof Koentjoro.

“Saya melihat itu asli dan sekali lagi, karena itu bukan hanya dari data, saya punya sejarahnya, datanya, dari dosen-dosennya, pernyataannya dia kuliah di sana, dari teman-temannya ada yang menyatakan seperti itu, kurang apalagi,” tegas Prof Koentjoro.

Oleh karena itu, Prof Koentjoro menekankan kepada Rismon Sianipar untuk setop mengulik atau pun mempersoalkan ijazah Jokowi jika memang mencintai UGM.

“Sekali lagi, kalau memang Bang Rismon mengulik itu untuk tujuan apa,” tanya Koentjoro.

Menurut Koentjoro, jika memang Rismon Cs melakukan atas dasar kecintaan terhadap almamater, maka seharusnya, memberikan masukan dengan cara yang benar kepada UGM.

“Kalau misal seperti itu yang terjadi ada yang tidak benar, itu boleh mereka memberikan masukan,” ujar Prof Koentjoro.

Namun yang terjadi, sambung Koentjoro, kisruh ijazah Jokowi yang dipersoalkan sejumlah pihak justru memberikan dampak buruk bagi UGM.

Menurut Koentjoro, reputasi UGM menjadi pihak yang paling besar dirugikan dalam kisruh ijazah Jokowi.

“UGM-lah (yang paling dirugikan -red),” ucap Prof Koentjoro.

Prof Koentjoro menambahkan, pihak yang paling diuntungkan dari kisruh ini adalah orang-orang yang mencari nama.

“Saya tidak tahu, apa Jokowi bisa juga di balik itu ada di sana,” tandas Prof Koentjoro.

Koentjoro khawatir justru Rismon, Roy Suryo dkk dimanfaatkan sebagai panggung politik pihak-pihak tertentu.  

“Saya susah khawatir Bang Rismon itu kalau dimanfaatkan" ucapnya. 

"Bahwa politik itu butuh panggung, gitu loh dan kondisi yang seperti ini kok kelihatannya semakin mengulik, betul" lanjutnya. 

"Anda telah menciptakan post-truth di Indonesia seperti ini, karena banyak dukungan" imbuh Koentjoro. 

"Drone Emprit mengatakan bahwa Anda menang dalam hal data, dalam percakapan di media sosial maksudnya" terang Koentjoro. 

"Jangan-jangan nanti dimanfaatkan malah oleh kepentingan mereka karena ada panggung-panggung politik,” tegasnya. 

“Anda merasa bahwa Bang Rismon ini justru bisa dimanfaatkan oleh orang untuk apa?” tanya Rosi. 

"Ya tadi untuk agar bisa duduk di panggung politik tertentu, biar dia masih tetap dikenal,” lanjut Koentjoro.  

Sedangkan penuding ijazah palsu Jokowi, Rismon Sianipar yang juga hadir dalam acara tersebut masih mempertahankan keyakinannya.   

Rismon mengutip apa yang disampaikan oleh mantan rektor UGM, Profesor Sofian Effendi. 

Menurut Rismon, Sofian juga mewawancarai sejumlah profesor dan mantan dekan Fakultas Kehutanan, dan mengatakan, Jokowi itu tidak pernah lulus sarjana.  

“Temuan saya sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Profesor Sofian Effendi" tegas Rismon. 

"Maret 2015, saya memegang sendiri, saya memegang sendiri skripsi atas nama Jokowi Daudo, dan tidak ada lembar pengesahan penguji" ujarnya. 

"Nama penguji tidak ada, apalagi tanda tangannya. Berkesesuaian dengan keterangan Profesor Sofiane Fendi ketika saya wawancarai" lanjut Rismon. 

"Yaitu, ketika Profesor Sofiane Fendi menanyakan ke pihak Fakultas Kehutanan, Fakultas Kehutanan UGM, di situ dikatakan, didapatkan pernyataan bahwa memang skripsi itu, belum diuji atau tidak diuji,” pungkasnya. 

Roy Suryo pastikan tak ada back-up

Sebelumnya, Pakar telematika Roy Suryo membantah aksinya yang menuding ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dimainkan oleh tokoh besar. 

Menurut Roy Suryo, tak ada unsur politik maupun tokoh besar di belakangnya dalam kasus tuduhan ijazah palsu Jokowi.

Apa yang dilakukan dirinya, bersama pegiat media sosial Tifauzia Tyassuma alias dokter Tifa, dan ahli digital forensik Rismon Sianipar sebagai gerakan independen.

"Saya, dr. Tifa, Dr. Rismon itu tidak ada politik atau orang-orang besar di belakang. Kami semua independen, kami semua berjalan sendiri," ucap Roy dalam acara Kompas Petang di Kompas TV, Rabu (30/7/2025).

Menurutnya tak ada tokoh besar yang menggerakannya untuk memainkan isu ijazah palsu Jokowi.

Roy Suryo lantas mempersilakan rekeningnya untuk diperiksa dan menurutnya orang yang menuduh adanya unsur politik dalam isu ini sudah pernah ia tantang.

"Orang-orang yang pernah nuduh itu kan pernah saya tantang semua ya sampai ke (Ali Mochtar) Ngabalin, sampai ke Silfester (Matutina) sumpah di bawah kitab, semuanya lari aja gitu."

"Jadi sama sekali enggak ada (orang besar). Dan ini adalah murni ilmiah, murni ilmu pengetahuan. Apalagi gak ada politik-politiknya," tutur Roy.

Baca juga: Kecam Keputusan Kaesang Angkat J sebagai Pembina PSI, dr Tifa : Biarkan Jokowi Fokus sama Kesehatan

Tokoh Besar
 
Sebelumnya, Jokowi merasa ada tokoh besar di balik isu pemakzulan putranya Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan dugaan ijazah palsu dirinya.

“Kan saya sudah sampaikan feeling saya mengatakan ada agenda besar politik dalam tuduhan ijazah palsu maupun pemakzulan." 

"Artinya memang ada orang besar ada yang mem-back up. Semua udah tahu lah,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Solo, Jawa Tengah, Jumat (25/7/2025).

Sementara itu, Ketua Umum Solidaritas Merah Putih, Silfester Matutina yang juga merupakan pelapor Roy Suryo dalam kasus ijazah palsu Jokowi ini menyebut kalau dalang dari persoalan ini adalah kekuatan besar.

"Saudara Roy Suryo cs ini kan hanya pion-pion saja, di belakangnya kan pasti ada tokoh-tokoh yang menginginkan agar Prabowo-Gibran ini berpisah gak sukses hingga 2029," kata Silfester dalam tayangan YouTube Kompas TV, dilihat Senin (28/7/2025).

"Mereka ingin menggantikan dengan anaknya atau orangnya, ini mantan-mantan petinggi di republik ini, ya mereka-mereka inilah penuduh ijazah palsu dan pemakzulan, karena apa, dasar-dasarnya tidak ada sama sekali," sambung Silfester.

Sementara itu, Sekjen Peradi Bersatu, Ade Darmawan memberi kode kalau tokoh politik tersebut berbaju biru.

"Bahwa siapa sih dalangnya, saat ini saat berbaju apa? Itu mungkin salah satu clue yang bisa saya sampaikan," kata Ade dalam tayangan YouTube yang sama saat mengenakan kemeja berwarna biru.

Menyikapi hal ini, DPP Partai Demokrat sebagai partai berwarna biru membantah soal adanya pelabelan "Partai Biru" yang diduga menjadi dalang dari kasus tudingan ijazah palsu Jokowi.

Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menyatakan, apabila julukan 'Partai Biru' itu mengarah kepada Demokrat, maka dirinya memastikan kalau hal tersebut menyesatkan.

"Tuduhan tersebut adalah fitnah yang tidak berdasar. Istilah 'Partai Biru' yang diarahkan kepada Partai Demokrat merupakan upaya insinuatif yang menyesatkan dan mencemarkan nama baik kami," kata Herzaky kepada Tribunnews.com, Senin.

Herzaky juga menyatakan, hubungan antara keluarga Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan keluarga Jokowi sangat baik dan penuh saling hormat.

Bahkan, sambungnya, kedua putra Jokowi, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep yang merupakan Ketua Umum PSI turut menghadiri Kongres V Partai Demokrat yang dipimpin oleh Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Mas AHY yang kebetulan sedang merawat ayahnya, telah mengutus Sekjen Herman Khaeron dan Waketum Teuku Riefky Harsya untuk menghadiri Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dipimpin oleh Kaesang Pangarep."

"Wakil Presiden Gibran bahkan menjenguk langsung Bapak SBY di RSPAD saat beliau kemarin dirawat," lanjutnya.

Menurut Herzaky, hubungan antarkeluarga tersebut mencerminkan keharmonisan yang kuat dan tidak pantas dijadikan sasaran provokasi.

Ia beranggapan, tindakan yang diduga dilakukan oleh segelintir pihak ini sangat tidak etis dan hanya untuk mengadu domba.

Bahkan ia menilai hal tersebut berpotensi merusak ruang publik dan tidak mencerminkan semangat demokrasi yang sehat.

"Kami mencermati adanya pihak-pihak yang mencoba mengail di air keruh, dengan memanfaatkan isu ini untuk mengadu domba antara Bapak SBY dan Bapak Jokowi," tandasnya.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved