Tak Mampu Bayar Uang Seragam Rp 1,1 Juta, IRT di Tangsel Terancam Tidak Bisa Sekolahkan Anaknya

Seorang ibu rumah tangga di Kota Tangsel terancam tak bisa sekolahkan anaknya di SD Negeri, karena tak mampu bayar seragam sekolah.

|
Editor: Sigit Nugroho
zoom-inlihat foto Tak Mampu Bayar Uang Seragam Rp 1,1 Juta, IRT di Tangsel Terancam Tidak Bisa Sekolahkan Anaknya
istimewa
UANG SERAGAM SEKOLAH - Ilustrasi seorang ibu rumah tangga di Kota Tangerang Selatan, Banten, bernama Nur Febri Susanti (38) mengaku diminta uang pembayaran seragam sekolah anaknya sebesar Rp 1,1 juta.

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Seorang ibu rumah tangga (IRT) di Kota Tangerang Selatan, Banten, terancam tidak bisa menyekolahkan anaknya di SD Negeri Ciledug Barat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Ibu rumah tangga itu bernama Nur Febri Susanti (38).

Dia terancam tidak bisa menyekolahkan buah hatinya, karena tidak memiliki uang Rp 1,1 juta untuk membayar seragam sekolah.

Biaya seragam Rp 1,1 juta meliputi pakaian muslim, baju batik, rompi, topi, atribut, serta buku paket pelajaran.

Padahal, anak Nur Febri Susanti sudah diterima di SD Negeri Ciledug Barat.

Bahkan, kata Nur Febri Susanti, Kepala SD Negeri Ciledug Barat memintanya mencari sekolah lain jika tak dapat melunasi uang seragam.

"Kepala sekolahnya bilang, kalau saya tidak sanggup, lebih baik cari sekolah lain saja," kata Nur Febri Susanti dikutip dari TribunTangerang.com, Kamis (17/7/2025).

Baca juga: Viral, DJ Seksi Tampil Pakai Seragam Sekolah Tidak Sesuai Aturan di Pesta Kelulusan Siswa di Bali

Nur Febri Susanti menilai, uang seragam itu sangat besar, padahal anaknya diterima di sekolah negeri.

Oleh karena itu, Nur Febri Susanti mencurigai rekening pribadi kepala sekolah yang dicantumkan dalam tagihan seragam.

"Anak saya sudah diterima, tapi saat daftar ulang disodori daftar biaya seragam Rp 1,1 juta. Itu harus lunas dan ditransfer ke rekening pribadi kepala sekolah," jelas Nur Febri Susanti.

Nur Febri Susanti tidak sanggup melunasi uang seragam sekolah anaknya, karena hanya berjualan pempek di rumahnya secara online.

Sedangkan, suami Nur Febri Susanti hanya bekerja sebagai tukang parkir.

"Penghasilan suami saya pas-pasan. Saya juga jualan seadanya. Kalau bisa dicicil, mungkin kami masih bisa usahakan. Tapi ini diminta langsung, tanpa opsi," tutur Nur Febri Susanti.

Baca juga: Jelang Tahun Ajaran Baru, Penjualan Seragam Sekolah di Pasar Cibinong Kabupaten Bogor Melonjak

SPMB Jadi Sorotan

Selain itu, Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025 di tingkat SMA juga mendapat sorotan.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved