Berita Internasional

Dari Hasil Autopsi Brasil: Juliana Marins Meninggal dalam 15 Menit Setelah Jatuh

Dari Hasil Autopsi Brasil: Juliana Marins Meninggal dalam 15 Menit Setelah Jatuh

Editor: Joanita Ary
Instagram resgatejulianamarins/TRIBUNLOMBOK.COM/ ROBBY FIRMANSYAH
PENDAKI JULIANA MARINS - Pendaki asal Brasil Juliana Marins (27), yang tewas di Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Selasa (24/6/2025). Jenazah Juliana tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, Rabu (25/6/2025) dan akan dilaksanakan autopsi pada esok pagi. 

WARTAKOTALIVECOM -- Institut Kedokteran Forensik Rio de Janeiro pada Kamis, 10 Juli 2025 mempublikasikan hasil autopsi jenazah Juliana Marins (26), pendaki Brasil yang meninggal di Gunung Rinjani, Lombok, Indonesia.

Laporan ini menegaskan bahwa Juliana meninggal karena pendarahan internal hebat dan trauma parah akibat terjatuh dari ketinggian.

Menurut hasil pemeriksaan forensik, Juliana mengalami fraktur pada panggul, dada, tengkorak, dan beberapa bagian tubuh lainnya cedera yang membuatnya tidak mampu bergerak atau meminta pertolongan.

Tim forensik Brasil memperkirakan bahwa setelah cedera fatal tersebut, korban masih hidup selama 10 hingga 15 menit sebelum akhirnya kehabisan napas.

Rentang waktu ini jauh lebih singkat dibandingkan dugaan awal yang menyebut kelangsungan beberapa jam pasca-insiden.

Autopsi ulang dilakukan pada 2 Juli 2025 oleh dua ahli forensik dari Kepolisian Rio, disaksikan seorang perwakilan dari Kepolisian Federal dan bantuan teknis dari pihak keluarga.

Sebelumnya, otopsi pertama telah dilakukan di Bali Mandara Hospital sesaat setelah penemuan jenazah, dan kesimpulannya juga serupa yakni penyebab kematian karena trauma tumpul dan pendarahan internal, tanpa adanya tanda-tanda hipotermia.

Meski demikian, proses pengawetan jenazah di Bali sempat menghambat evaluasi lebih jauh terhadap waktu kematian secara presisi .

Tubuh korban sudah diawetkan sebelum tiba di Brasil, menyebabkan sulitnya penentuan lebih akurat melalui indikasi rigor mortis atau livor mortis.

Analisis forensik menyebutkan bahwa dampak fisik dari benturan, terutama pada organ vital seperti paru–paru, jantung, hati, dan pembuluh darah besar, menyebabkan hilangnya kesadaran cepat dan kematian fatal dalam waktu singkat diperkirakan 10–15 menit setelah jatuh

Namun tim IML Africânio Peixoto juga mencatat kemungkinan adanya penderitaan fisik dan psikologis korban sebelum kehilangan kesadaran sepenuhnya.

Peristiwa tragis itu bermula ketika Juliana jatuh dari tebing Gunung Rinjani pada 21 Juni 2025, sekira pukul 06.30 pagi waktu setempat.

Video drone memperlihatkannya masih hidup beberapa saat setelah jatuh, namun tantangan medan, cuaca, dan kabut tebal menghambat evakuasi segera.

Jenazahnya ditemukan pada 24 Juni di kedalaman sekitar 600 meter, empat hari pasca-kejadian

Keluarga korban sempat menyuarakan keberatan terhadap kecepatan dan efektivitas proses evakuasi serta hasil autopsi pertama, sehingga mereka meminta dilakukan otopsi ulang di Brasil

Halaman
12
Sumber: KOMPAS
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved