Kesehatan

Kebocoran Ginjal Sering Tak Disadari, Orang Tua Perlu Rutin Cek Urine Anak Setiap Tahun

Belum diketahui penyebab pasti dan kerap tidak menimbulkan gejala, skrining urine diperlukan untuk deteksi dini penyakit sindrom nefrotik.

dok. Freepik.com
Ilustrasi organ ginjal - Belum diketahui penyebab pasti dan kerap tidak menimbulkan gejala, skrining urine diperlukan untuk deteksi dini penyakit sindrom nefrotik. 

Berkurangnya tekanan onkotik atau tekanan di dalam tubuh yang fungsinya menahan cairan dalam darah agar tidak keluar jaringan.

Membuat cairan dalam pembuluh darah berpindah ke rongga-rongga lain, seperti ke rongga perut, rongga paru, rongga jantung, hingga ke bawah kulit.  "Pembuluh darah yang sedikit cairannya itu menyebabkan suatu keadaan yang namanya volume depletion," kata dr. Ahmedz.

Dia juga mengatakan jika terus terjadi volume depletion atau keadaan di mana cairan di dalam pembuluh darah berkurang secara signifikan ini akan menyebabkan darah yang bergerak ke seluruh tubuh berkurang. 

Risiko jangka pendek dan panjang

Dr. Ahmedz menjelaskan, bahaya jangka pendek dari sindrom nefrotik mencakup risiko syok, gangguan ginjal akut, hingga gangguan pernapasan.

Sedangkan dalam jangka panjang, anak berisiko mengalami penyakit ginjal kronik bahkan hingga stadium akhir yang memerlukan cuci darah seumur hidup.

“Kalau protein terus-menerus bocor, maka struktur ginjal akan berubah secara mikroskopis dan menjadi kaku. Ini membuat ginjal kehilangan fungsinya secara permanen,” paparnya.

Skrining urine rutin

Untuk mendeteksi dini sindrom nefrotik, Dr. Ahmedz menyarankan agar anak-anak melakukan skrining urin setidaknya satu kali setiap tahun sejak usia tiga tahun.

Meski sebagian besar kasus sindrom nefrotik pada anak tergolong idiopatik, beberapa peneliti kini masih menelusuri kemungkinan kaitan dengan faktor epigenetik, seperti perubahan ekspresi gen akibat lingkungan, paparan virus, atau bahkan pola makan. Namun, belum ada kesimpulan ilmiah pasti.

“Masyarakat sering bertanya makanan apa yang menyebabkan kebocoran ginjal, tapi sejauh ini belum ada bukti kuat. Penelitian masih berlangsung,” tutur Dr. Ahmedz.

Batuk pilek, diare dan gigi berlubang picu kekambuhan sindrom nefrotik

Sindrom nefrotik kerap menimbulkan kekambuhan berulang yang bisa memperburuk kondisi pasien. Ironisnya, pemicu utama kekambuhan sering kali berasal dari infeksi ringan seperti batuk pilek, diare, hingga masalah gigi berlubang yang dianggap sepele oleh banyak orang tua.

Dr. Ahmedz menekankan bahwa kekambuhan sindrom nefrotik pada anak tidak selalu terjadi, namun bila muncul berulang, bisa berdampak serius pada fungsi ginjal anak.

“Sebagian besar kasus sindrom nefrotik hanya mengalami kekambuhan jarang. Namun, ada juga yang sering kambuh. Dan yang sering kambuh ini umumnya dipicu oleh infeksi saluran pernapasan akut seperti batuk pilek, infeksi virus seperti diare, serta gigi berlubang,” jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved