Kesehatan
Kebocoran Ginjal Sering Tak Disadari, Orang Tua Perlu Rutin Cek Urine Anak Setiap Tahun
Belum diketahui penyebab pasti dan kerap tidak menimbulkan gejala, skrining urine diperlukan untuk deteksi dini penyakit sindrom nefrotik.
Penulis: Mochamad Dipa Anggara | Editor: Mochamad Dipa Anggara
Berkurangnya tekanan onkotik atau tekanan di dalam tubuh yang fungsinya menahan cairan dalam darah agar tidak keluar jaringan.
Membuat cairan dalam pembuluh darah berpindah ke rongga-rongga lain, seperti ke rongga perut, rongga paru, rongga jantung, hingga ke bawah kulit. "Pembuluh darah yang sedikit cairannya itu menyebabkan suatu keadaan yang namanya volume depletion," kata dr. Ahmedz.
Dia juga mengatakan jika terus terjadi volume depletion atau keadaan di mana cairan di dalam pembuluh darah berkurang secara signifikan ini akan menyebabkan darah yang bergerak ke seluruh tubuh berkurang.
Risiko jangka pendek dan panjang
Dr. Ahmedz menjelaskan, bahaya jangka pendek dari sindrom nefrotik mencakup risiko syok, gangguan ginjal akut, hingga gangguan pernapasan.
Sedangkan dalam jangka panjang, anak berisiko mengalami penyakit ginjal kronik bahkan hingga stadium akhir yang memerlukan cuci darah seumur hidup.
“Kalau protein terus-menerus bocor, maka struktur ginjal akan berubah secara mikroskopis dan menjadi kaku. Ini membuat ginjal kehilangan fungsinya secara permanen,” paparnya.
Skrining urine rutin
Untuk mendeteksi dini sindrom nefrotik, Dr. Ahmedz menyarankan agar anak-anak melakukan skrining urin setidaknya satu kali setiap tahun sejak usia tiga tahun.
Meski sebagian besar kasus sindrom nefrotik pada anak tergolong idiopatik, beberapa peneliti kini masih menelusuri kemungkinan kaitan dengan faktor epigenetik, seperti perubahan ekspresi gen akibat lingkungan, paparan virus, atau bahkan pola makan. Namun, belum ada kesimpulan ilmiah pasti.
“Masyarakat sering bertanya makanan apa yang menyebabkan kebocoran ginjal, tapi sejauh ini belum ada bukti kuat. Penelitian masih berlangsung,” tutur Dr. Ahmedz.
Batuk pilek, diare dan gigi berlubang picu kekambuhan sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik kerap menimbulkan kekambuhan berulang yang bisa memperburuk kondisi pasien. Ironisnya, pemicu utama kekambuhan sering kali berasal dari infeksi ringan seperti batuk pilek, diare, hingga masalah gigi berlubang yang dianggap sepele oleh banyak orang tua.
Dr. Ahmedz menekankan bahwa kekambuhan sindrom nefrotik pada anak tidak selalu terjadi, namun bila muncul berulang, bisa berdampak serius pada fungsi ginjal anak.
“Sebagian besar kasus sindrom nefrotik hanya mengalami kekambuhan jarang. Namun, ada juga yang sering kambuh. Dan yang sering kambuh ini umumnya dipicu oleh infeksi saluran pernapasan akut seperti batuk pilek, infeksi virus seperti diare, serta gigi berlubang,” jelasnya.
Kenali Beberapa Gejala Penyakit Radang Usus: Diare, Sariawan hingga Kelainan Kulit |
![]() |
---|
RS Abdi Waluyo Jakarta Resmikan IBD Center, Tangani Pasien Radang Usus oleh Tim Dokter Multidisiplin |
![]() |
---|
Kasus Campak Meningkat Dinkes DKI Lakukan Imunisasi Massal, Simak Gejalanya |
![]() |
---|
Mengenal Tes DNA, Begini Peruntukkan Sebenarnya di Dunia Kesehatan |
![]() |
---|
Tanggung Jawab Ganda Jadi Tantangan Perempuan di Asia Pasifik Jaga Kesejahteraan Mental dan Fisik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.