Berita Jakarta

PSI Kritik Job Fair yang Digelar Dinas Nakertransgi Jakarta: Tak Banyak Warga yang Tahu

William menilai terdapat program-program yang menyisakan beberapa catatan, sehingga harus dikritisi untuk diperbaiki lagi pelaksanaannya di kemudian h

|
Penulis: Alfian Firmansyah | Editor: Feryanto Hadi
Wartakotalive/Miftahul Munir
JOB FAIR - Pencari kerja di GOR Ciracas Jaktim, Senin (19/5/2025). Ada 25 perusahaan mencari pegawai di lokasi. ( MIFTAHUL MUNIR) 

"Namun ini yang perlu kami akan detailkan kembali dengan portalnya Kementerian Ketenagakerjaan RI, di mana di sana ada portal siap kerja," kata Hari saat ditemui di Mal Season City, Tambora, Jakarta Barat, Selasa (18/3/2025).

"Nanti akan kami sinkronikan apakah betul sebanyak itu. Nantinya kami akan mengetahui," imbuhnya.

Sementara dalam job fair kali ini, Hari mengungkap jika pihaknya melibatkan 40 perusahaan yang menawarkan sekitar 1.945 lowongan kerja.

Baca juga: Wagub DKI Jakarta Rano Karno Sebut Ada 11.000 Lowongan untuk PPSU dan Damkar di Job Fair Jakarta

"Mudah-mudahan dari angka itu, 50 persen bisa terserap yang hadir di sini," jelas Hari.

Sementara itu, Staf Ahli Bidang Ekonomi Ketenagakerjaan, Aris Wahyudi menyebut jika salah satu alasan banyaknya pengangguran di Indonesia adalah karena pekerja industri yang tergantikan oleh mesin.

"Jadi investasi itu masih banyak yang padat modal high-tech gitu, sehingga tidak ramah dengan perluasan kesempatan kerja," kata Aris di lokasi, Selasa.

Menurutnya, 10 tahun yang lalu, investasi Rp 1 triliun di Indonesia bisa menciptakan 4.500 lapangan kerja.

Akan tetapi pada tahun 2024 lalu, lapangan kerja yang tercipta hanya 1.200 saja.

Baca juga: Solusi Masalah Pengangguran, Sandiaga Uno Luncurkan Desa Emas, Apa itu?

"Tantangan kami adalah agility (kemampuan bergera dari warga juga. Di samping keperbihakan dari para pengusaha kan untuk menurunkan derajat teknologinya sehingga lebih ramah dengan penyerapan tenaga kerja," jelas Aris.

Karena itu, Aris memandang jika anak-anak muda yang merupakan pencari kerja, perlu terus belajar, sembari meningkatkan skil atau kemampuannya

"Entah itu up-skilling, entah itu re-skilling, entah itu apapun namanya. Untuk bukan hanya sekedar teknikal, tapi juga sekaligus soft skill-nya. Untuk gigih, untuk one-tech, untuk tahan banting dan lain sebagainya," katanya.

Terlebih saat ini pencari kerja di Indonesia kebanyakan merupakan generasi Z (Gen Z) yang memiliki karakter kerja berbeda dengan pekerja sebelumnya.

"Kami menyadari itu karena memang Gen Z kan berbeda karakternya. Kami lah yang harus menyesuaikan dengan mereka," kata Aris.

"Jadi tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Gen Z," pungkas dia. 

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved