Berita Jakarta
PSI Kritik Job Fair yang Digelar Dinas Nakertransgi Jakarta: Tak Banyak Warga yang Tahu
William menilai terdapat program-program yang menyisakan beberapa catatan, sehingga harus dikritisi untuk diperbaiki lagi pelaksanaannya di kemudian h
Penulis: Alfian Firmansyah | Editor: Feryanto Hadi
"Namun ini yang perlu kami akan detailkan kembali dengan portalnya Kementerian Ketenagakerjaan RI, di mana di sana ada portal siap kerja," kata Hari saat ditemui di Mal Season City, Tambora, Jakarta Barat, Selasa (18/3/2025).
"Nanti akan kami sinkronikan apakah betul sebanyak itu. Nantinya kami akan mengetahui," imbuhnya.
Sementara dalam job fair kali ini, Hari mengungkap jika pihaknya melibatkan 40 perusahaan yang menawarkan sekitar 1.945 lowongan kerja.
Baca juga: Wagub DKI Jakarta Rano Karno Sebut Ada 11.000 Lowongan untuk PPSU dan Damkar di Job Fair Jakarta
"Mudah-mudahan dari angka itu, 50 persen bisa terserap yang hadir di sini," jelas Hari.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Ekonomi Ketenagakerjaan, Aris Wahyudi menyebut jika salah satu alasan banyaknya pengangguran di Indonesia adalah karena pekerja industri yang tergantikan oleh mesin.
"Jadi investasi itu masih banyak yang padat modal high-tech gitu, sehingga tidak ramah dengan perluasan kesempatan kerja," kata Aris di lokasi, Selasa.
Menurutnya, 10 tahun yang lalu, investasi Rp 1 triliun di Indonesia bisa menciptakan 4.500 lapangan kerja.
Akan tetapi pada tahun 2024 lalu, lapangan kerja yang tercipta hanya 1.200 saja.
Baca juga: Solusi Masalah Pengangguran, Sandiaga Uno Luncurkan Desa Emas, Apa itu?
"Tantangan kami adalah agility (kemampuan bergera dari warga juga. Di samping keperbihakan dari para pengusaha kan untuk menurunkan derajat teknologinya sehingga lebih ramah dengan penyerapan tenaga kerja," jelas Aris.
Karena itu, Aris memandang jika anak-anak muda yang merupakan pencari kerja, perlu terus belajar, sembari meningkatkan skil atau kemampuannya
"Entah itu up-skilling, entah itu re-skilling, entah itu apapun namanya. Untuk bukan hanya sekedar teknikal, tapi juga sekaligus soft skill-nya. Untuk gigih, untuk one-tech, untuk tahan banting dan lain sebagainya," katanya.
Terlebih saat ini pencari kerja di Indonesia kebanyakan merupakan generasi Z (Gen Z) yang memiliki karakter kerja berbeda dengan pekerja sebelumnya.
"Kami menyadari itu karena memang Gen Z kan berbeda karakternya. Kami lah yang harus menyesuaikan dengan mereka," kata Aris.
"Jadi tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Gen Z," pungkas dia.
Demo Ojol di DPR Sepi Peminat, Komunitas Terpecah Belah Soal Unjuk Rasa |
![]() |
---|
Belasan Warga Kalibaru Jakut Ikut Pelatihan, Buka Peluang Kerja Baru jadi Konten Kreator |
![]() |
---|
Kali Mookevart Digenangi Busa Putih Berbau Tak Sedap, Dinas Ini Dugaan Penyebabnya |
![]() |
---|
Keluarga Kepala Cabang Bank BUMN yang Diculik dan Dibunuh Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK |
![]() |
---|
Jenguk Delpedro Marhaen di Rutan Polda Metro, Sang Kakak Prihatin Adiknya Makin Kurus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.