10 Tahun Pestarama, PBSI UIN Jakarta Gelar Panggung Istimewa untuk Sastrawan Mohammad Diponegoro

Pestarama satu dekade menghadirkan seminar nasional dan Tribute untuk sastrawan Mohammad Diponegoro.

Editor: Eko Priyono
Warta Kota/HO/PBSI UIN Jakarta
PENGHARGAAN SASTRAWAN - Penyelenggara Pestarama 2025 memperlihatkan lukisan berwajah sastrawan Mohammad Diponegoro dalam acara seminar nasional bertema "Peran Lembaga Kebudayaan Islam dalam Membentuk Sastra dan Drama Bernapas Islam di Indonesia #2" yang berlangsung di UIN Jakarta, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Rabu (13/5/2025). Acara ini digelar mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Muhammad Diponegoro disebut tak hanya sosok religius dan aktivis namun penulis yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap bahasa dan estetika serta menulis puitisasi Alquran jauh sebelum H.B. Jassin. 

Menurutnya Islam memiliki lima keunggulan, salah satunya adalah mengandung nilai-nilai
kebenaran dan keagungan termasuk sastra Islan. Walaupun tanpa sesuatu atau "embel-embel" kearab-araban.

Sedangkan Bambang Prihadi, yang memulai karier keseniannya di lingkungan pondok pesantren Assalam, Sukabumi, menyatakan lembaga pendidikan, khususnya pesantren dan IAIN (kini UIN), memberikan ruang besar bagi tumbuhnya kesadaran estetik dan intelektual dalam kesenian.

Namun, pendiri Lembaga Teater Kampus (LTC) serta sebagai inisiator Pestarama di PBSI UIN Jakarta tahun 2014 itu juga menyoroti secara pengalaman pribadi, keterhubungan langsung antara lembaga keislaman dan kesenian belum terlalu signifikan.

Keislaman dalam seni menurutnya kerap hanya bersifat formalitas, sebagaimana
organisasi-organisasi Islam yang secara struktural memang menaungi umat Islam, namun
belum tentu memaknai kesenian sebagai bagian dari misi spiritual.

Ia mengkritik kecenderungan untuk menyempitkan makna “sastra Islam” hanya pada
karya-karya yang memuat simbol-simbol eksplisit seperti ayat-ayat Al-Qur’an atau kisah
tokoh religius. Menurutnya, hal ini justru dapat membatasi ekspresi kreatif yang berakar dari
nilai-nilai Islam.

"Perdebatan tentang sastrawan Islam adalah benar, tapi menyempitkan. Jangan anggap
berhijab itu simbol Islamik, tapi saat bicara tentang keislaman, itu berbeda lagi," katanya.

Rahmat Hidayatullah, dosen dan seniman dengan latar pendidikan S3 Sosiologi Agama dari UIN Jakarta, menambahkan istilah sastra bernapas Islam tidak bisa dipahami secara sempit sebagai
karya yang hanya menampilkan simbol atau teks suci.

Sastra Islam harus dipahami dari nilai-nilai etika, spiritualitas, dan pandangan hidup yang diusung dalam karya. Islam menurutnya hadir sebagai sumber nilai, bukan semata atribut formal.
Ia menggarisbawahi sebelum Islam hadir, sastra telah eksis sebagai medium ekspresi
budaya.

Ketika Islam datang, sastra berkembang menjadi sarana dakwah, kemudian menjadi
media estetik dan spiritual. Ia menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam hal
ini karena kedalaman tradisi keagamaannya.

Sementara Mahwi Air Tawar, sastrawan dan penggerak seni teater Islam di Yogyakarta secara khusus menyoroti sosok Muhammad Diponegoro.

Menurut Mahwi, Muhammad Diponegoro bukan hanya sosok religius dan aktivis, namun juga penulis yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap bahasa dan estetika. Ia menulis puitisasi Al-Quran jauh sebelum H.B. Jassin melakukan hal serupa.

Ia juga mengembangkan Teater Muslim yang lahir dari keresahan atas dominasi estetika teater kontemporer Jakarta seperti Bengkel Teater dan Rendra.

"Muhammad Diponegoro tidak hanya mengajari anak-anak menulis, tetapi juga mendorong
lahirnya teater sekolah di Muhammadiyah. Ia adalah penyair dan penggerak yang pantas
untuk terus ditulis dan dikaji," ujarnya.

Mahwi juga menekankan sejarah sastra Islam tidak seharusnya melulu berpusat di Jakarta. Banyak daerah memiliki tokoh dan jejak yang tak kalah penting, dan itu perlu digali dan dirayakan lebih luas.

Baca Wartakotalive.com berita lainnya di Google News

Dapatkan informasi lain dari Wartakotalive.com lewat WhatsApp di sini

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved