Berita Jakarta

Cerita Dedi Manusia Humanoid di Kota Tua Jakbar, 6 Tahun Tak Mudik ke Surabaya saat Libur Lebaran

Di tengah ramainya kawasan Kota Tua, Jakarta Barat pada libur lebaran 2025, terselip satu kisah pilu dari seorang pencari nafkah bernama Dedi (45).

Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
TIDAK MUDIK - Dedi (45) manusia humanoid di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat yang berlakon menjadi nelayan. Ia sudah enam tahun terakhir tidak mudik ke Surabaya, Jawa Timur saat libur Lebaran. 

"Kalau saya memang basic-nya (dasarnya) dari seni, entertainment kan. Waktu pencarian karakter, saya kan biasa ikut shooting-shooting, dari situ saya dapat perannya nelayan," kata Dedi.

"Akhirnya dari situlah kebentuk (nelayan). Saya kan Jakarta Utara perwakilan, perwakilan Sunda Kelapa kan. Itu kan daerah air, di belakang kan juga ada Kali Besar, jadi ini kayak pribuminya lah," imbuh dia.

Menurutnya, ia belum berganti peran dari awal melakoni profesi ini.

Pasalnya bagi Dedi, berganti peran adalah hal yang sulit sebab harus kembali beradaptasi.

Di samping itu, Dedi juga sudah merasa nyaman dan menyatu dengan lakon yang ia mainkan saat ini.

"Kalau tentara gitu kan posturnya kayak gagah, kalau saya lebih ke konyol, lebih ke sedih, lebih ke tua. Makanan sehari-hari," ungkapnya.

Dedi berujar, ada banyak suka duka yang ia rasakan selama menjadi manusia humanoid di Kota Tua.

Apabila sedang hujan, mau tidak mau ia harus buru-buru melarikan diri dan berteduh di tempat aman. 

Otomatis, ia akan sulit mendapatkan uang.

"Kalau Rp 0 enggak pernah, tapi kalau sepi iyah. Kalau ramai gini di atas Rp 1 juta bisa. Kadang-kadang ada kejutan misal ada youtuber minta jadi model foto atau anak-anak wawancara," kata Dedi.

"Itu kadang bisa dikasih lebih, Rp 300.000, Rp 500.000, jadi banyak yang tak terduganya," imbuhnya.

Baca juga: Pendatang Baru di Jakarta Bisa Dapat Bansos Setelah Tinggal Selama 10 Tahun

Dedi berharap, ke depan pemerintah bisa membina seniman-seniman sepertinya untuk dikolabrasikan dengan panggung-panggung besar atau agensi.

Meskipun hanya sebagai latar, namun Dedi memandang hal itu akan sangat membantu pecinta seni dihargai keberadaannya.

"Kayak Surabaya itu kan untuk kenal festival culture gitu, di sana kan sering kolaborasi kayak misalnya, yang dari Reog atau apa dibawa ke fesyival, jadi nanti ada tenda-tenda dia bisa menghibur gitu kan," kata Dedi.

"Terus nanti ada humanoidnya, ada penyanyinya segala macam iringin, mau (dibina seperti itu)," pungkas Dedi.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved