Ramadan 2025
Menapaki Jejak Sejarah di Masjid Jami Matraman Jakpus, Pernah Jadi Markas Pasukan Mataram
Abizar Muslim Faqih mengatakan cerita diawali pada saat itu kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang akrab dipanggil Syekh Kur
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Feryanto Hadi
Laporan wartawan wartakotalive.com Yolanda Putri Dewanti
WARTAKOTALIVE.COM MENTENG — Masjid Jami Matraman merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia.
Masjid ini pertama kali berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1837 Masehi.
Masjid ini menyimpan jejak sejarah yang panjang.
Masjid Jami Matraman terletak di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.
Kala itu, fungsinya tidak hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga markas pasukan Mataram Islam berbentuk gubuk atau musala untuk memantau pergerakan pasukan Belanda.
Ditemui Wartakotalive.com Minggu (2/3/2025), Pengurus Remaja Masjid Jami Matraman Abizar Muslim Faqih mengatakan cerita diawali pada saat itu kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang akrab dipanggil Syekh Kuro.
“Dahulu ketika penjajahan Belanda atau VOC ada Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung (Hanyokrokusumo). Beliau mengutus muridnya untuk singgah di Batavia untuk melawan penjajah,” jelas Abizar saat ditemui di Masjid Jami Matraman, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (2/3/2025).
“Dulu dibentuknya seperti musala atau langgar untuk para prajurit Sultan Agung ibadah dan juga bukan hanya ibadah tapi juga tempat menyusun strategi,” imbuhnya.
Abizar juga mengatakan, karena posisinya Masjid Jami Matraman strategis yang berada di dekat sungai Ciliwung. Jadi, ketika akan ada musuh yang datang langsung dihajar.
Singkat cerita, bertahun-tahun berlalu, kemudian Masjid Jami Matraman direnovasi hingga menjadi tempat ibadah yang luas dari sebelumnya. Pengaruhnya pasukan Mataram ke Batavia membuat Masjid ini akhirnya dikenal sebagai Masjid Matraman.
Pria yang mengenakan baju koko hijau dan peci putih ini menjelaskan, penamaan Matraman pun terdapat dua versi. Keduanya karena pelafalan yang keliru yang kerap sulit diucapkan baik dari penduduk lokal maupun orang Belanda yang dulu pernah bermukim di Batavia.
"Bule-bule yang dulu di sini kan kangen kemari, mereka ingin ke sini masjid yang pinggir kali, jadi rata-rata mereka ngomongya 'Matraman' artinya orang-orang Mataram. Ada orang Betawi tidak bisa ngomong Mataram jadi Matraman," ucap dia.
Abizar mengatakan, ornamen-ornamen yang masih dipertahankan hingga sekarang ini adalah jendela kuning. Jendela tersebut bergaya Hindia Belanda.
“Sebenarnya masjid pada umumnya saja, namun di sini yang masih dipertahankan ya jendelanya,” ucap dia.
Berbagi Berkah, Le Minerale Buka Bersama Warga di 108 Masjid Sepanjang Ramadan 2025 |
![]() |
---|
Ratusan Aparat Gabungan Siaga di Bundaran HI, Jaga Warga yang Takbir Keliling |
![]() |
---|
Berkah Ramadan, PT Pelindo Solusi Logistik Berbagi Ribuan Sembako dan Santunan kepada Masyarakat |
![]() |
---|
Berdayakan UMKM, Pelindo Solusi Logistik Bagikan Makanan untuk Buka Puasa |
![]() |
---|
Gandeng OVO dan Grab, Yayasan Inklusi Pelita Bangsa Hadirkan MBG di Sekolah Khusus Tangerang Raya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.