Bencana Alam
Tak Kunjung Surut, Begini Potret Pemukiman Warga di Cengkareng Barat Jakbar yang Terendam Banjir
Tak Kunjung Surut, Begini Potret Pemukiman Warga di Cengkareng Barat Jakbar yang 2 Hari Terendam Banjir
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dwi Rizki
Diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap fenomena hujan deras yang terjadi di Jakarta hingga berdampak banjir pada Rabu (29/1/2025) dan Kamis (30/1/2025).
Banjir yang melanda wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat ini membuat 2.993 warga yang tinggal di wilayah setempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan, hujan lebat di Jakarta dalam beberapa hari terakhir dipengaruhi oleh interaksi berbagai fenomena atmosfer global, regional, dan lokal.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Dua Kapal Nelayan Karam Terhempas Badai di Laut Karawang, Satu Orang Tewas
Beberapa faktor utama yang berkontribusi meliputi fenomena global dan regional yaitu aktivitas gelombang Rossby Equatorial yang sedang aktif meningkatkan pembentukan awan konvektif di wilayah Indonesia.
Kemudian Nilai Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang negatif, menunjukkan adanya daerah dengan aktivitas konveksi kuat, Monsun Asia yang membawa massa udara lembap dari belahan bumi utara, memperkuat potensi hujan lebat.
“Seruakan dingin (Cold Surge) dari Siberia memperkuat Monsun Asia dan meningkatkan kelembapan udara di Indonesia, terutama di wilayah Jabodetabek. Kemudian Cross-Equatorial Northerly Surge (CENS) yang signifikan pada tanggal 27 Januari 2025, mendukung transportasi uap air dari Samudra Pasifik barat menuju Indonesia,” kata Andri saat dikonfirmasi Warta Kota, Kamis (30/1/2025).
Baca juga: Hadapi Cuaca Ekstrem, BPBD DKI Jakarta Terbangkan Pesawat Canggih untuk Modifikasi Cuaca
Sementara untuk faktor lokal, lanjut dia, adanya kelembapan udara yang tinggi sekitar 80–90 persen di lapisan atmosfer 925–500 milibar (mb) mendukung pertumbuhan awan hujan.
Indeks labilitas atmosfer yang tinggi, menunjukkan kondisi atmosfer yang mendukung pembentukan awan konvektif secara intensif.
“Efek konvergensi angin di sekitar Jakarta yang meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan. nKombinasi faktor-faktor tersebut menciptakan kondisi atmosfer yang sangat mendukung hujan lebat dalam beberapa hari terakhir, sehingga meningkatkan risiko genangan dan banjir di Jakarta,” jelas Andri.
Hingga tanggal 31 Januari 2025, ungkap dia, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih dapat terjadi di wilayah Jabodetabek, khususnya Jakarta.
Tren model atmosfer menunjukkan bahwa potensi hujan akan tetap tinggi, terutama pada sore hingga malam hari.
“Namun setelah tanggal 1 Februari 2025, intensitas hujan diperkirakan mulai berkurang secara bertahap seiring dengan melemahnya faktor-faktor pemicu hujan lebat,” imbuhnya.
Kata dia, terdapat sejumlah dampak hujan lebat yang dialami warga, yaitu genangan dan banjir di beberapa wilayah, terutama di daerah rawan yang memiliki sistem drainase kurang optimal.
Berikutnya kemacetan lalu lintas akibat genangan dan hujan yang berkepanjangan.
“Adanya potensi tanah longsor di daerah perbukitan sekitar Jakarta seperti di Bogor dan Depok, gangguan terhadap aktivitas masyarakat, termasuk keterlambatan transportasi umum dan penerbangan. BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti informasi cuaca terkini,” jelasnya.
8 Rumah di Kampung Tembong Dilaporkan Rusak Berat Imbas Bencana Pergerakan Tanah, Ini Pemicunya |
![]() |
---|
Ringankan Beban, PDBN Salurkan Ratusan Paket Sembako untuk Warga Terdampak Banjir Demak |
![]() |
---|
Atap Rumahnya Ambruk Dihantam Angin Kencang, Sopian: Alhamdulillah Enggak Ada Korban |
![]() |
---|
Cerita Irfan Saksikan Detik-detik Rumahnya di Sawangan Longsor, Anak Istrinya Hampir Jadi Korban |
![]() |
---|
Kisah Jusuf Hamka Selamatkan Diri Saat Gempa Dahsyat di Bangkok, Sempat Terpisah dengan Istri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.