Berita Tangerang

Menteri Kelautan Sebut 3800 an Nelayan Dirugikan Adanya Pagar Laut 30 Km di Tangerang

Menteri Kelautan dan Perikanan menyebut 3.888 nelayan yang terdampak pagar laut misterius di perairan Tangerang, Banten.

istimewa
Pagar bambu di laut perairan Tangerang masih misterius siapa pemiliknya. Pastinya merugikan para nelayan 

WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Dibangunnya pagar bambu sepanjang 30 kilometer (km) di perairan Kabupaten Tangerang dipastika merugikan nelayan.  

Hal ini diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, terdapat 3.888 nelayan yang terdampak pagar laut misterius di perairan Tangerang, Banten.

Selain nelayan, sekitar 500-an penangkap kerang juga ikut terdampak pagar laut tak berizin tersebut.

Seperti diketahui, pagar laut sepanjang 30 kilometer (km) tersebut terbentang di enam kecamatan.

 "Nelayan yang terdampak itu ada 3.888," kata Trenggono dalam Kompas Petang, Kompas TV, Jumat (10/1/2025).

Baca juga: Fakta Seputar Pagar Bambu di Pesisir Kabupaten Tangerang, Kini Disegel Kementerian KKP

Trenggono pun menegaskan, pihaknya kini masih mendalami terkait persoalan itu, termasuk mencari tahu pemilik dan pemasang pagar laut tersebut.

Pagar laut itu diketahui telah disegel pada Kamis (9/1/2025), sejak pertama kali ditemukan pada 14 Agustus 2024.

Pasalnya, pembangunannya tak memiliki izin Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL).

Mengingat, sesuai Undang-Undang Cipta Kerja, seluruh kegiatan pembangunan di ruang laut wajib mendapatkan izin dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

 "Karena jika ada, izinnya dipasang di situ bahwa dia mendapatkan izin KKPRL. (karena tidak ada izin) langsung dilakukan penyegelan," tegasnya.

"Selanjutnya tentu kita akan melakukan penelusuran, siapa yang memasang, pemiliknya siapa, tujuannya apa, dan seterusnya," imbuhnya.

Adapun, pemilik pagar laut yang sampai saat ini masih misterius itu, oleh KKP, diberi waktu hingga 20 hari untuk membongkar pagar laut tersebut secara mandiri.

Baca juga: Polemik Pagar Laut 30 Km di Perairan Tangerang, Menteri Kelautan: Belum Tahu Siapa yang Punya

"Kami beri waktu 20 hari untuk melakukan pembongkaran secara mandiri," kata Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP, Pung Nugroho Saksono atau Ipunk, dalam keterangan resmi, Kamis, dilansir Kompas.com.

Jika pemilik pagar tidak segera membongkarnya dalam kurun waktu 20 hari, maka petugas yang akan melakukan pembongkaran.

"Kalau tidak dibongkar, kami dari KKP yang akan melakukan pembongkaran," ucap dia.

Nelayan Bongkar Awal Mula Pembangunan

Protes pembangunan pagar di tengah laut itu disampaikan warga yang berprofesi sebagai nelayan, yakni Heru. 

Heru mengatakan nelayan yang menggunakan kapal kecil pasti mencari ikan di sekitar tempat pagar itu dipasang. 

Karena hanya kapal-kapal besar yang mampu mencari ikan hingga ke tengah laut yang lebih jauh.

Apalagi, area dibangunnya pagar-pagar tersebut terkenal sebagai salah satu spot terbaik untuk mencari berbagai jenis ikan, seperti ikan kakap, ikan barakuda, dan ikan kerapu. 

Namun, karena keberadaan pagar tersebut, aktivitas mencari ikan yang dilakukan para nelayan menjadi terganggu. 

"Beberapa alat pancing saya, khusus untuk ikan, ada yang enggak bisa terpakai karena pasti nyangkut di bambu-bambu itu karena terbawa ombak," ungkap Heru, saat ditemui Tribun. 

Karena hal tersebut, kata Heru, yang masih memungkinkan dilakukannya adalah mencari kerang hijau lantaran menggunakan alat pancing yang berbeda. 

Heru menjelaskan awal dia menyadari adanya pembangunan pagar di tengah laut Kabupaten Tangerang itu. 

Menurutnya, sekitar 2 hingga 3 bulan yang lalu, ada sekira lima truk berukuran besar membawa bambu-bambu untuk diletakkan di pesisir Pulau Cangkir, Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten.

Selain itu, ada juga beberapa pekerja yang bertugas menurunkan bambu-bambu tersebut dari truk-truk.

Kemudian, membawanya ke tengah laut menggunakan perahu hingga memasangnya membentuk pagar. 

"Saya sempat tanya ke pekerja-pekerja itu, 'ini untuk apa?'. Kata mereka untuk buat pagar di tengah laut," jelasnya.

Mendengar hal tersebut, Heru mengaku aneh membayangkan pagar akan dipasang di tengah laut, karena kawasan tersebut milik rakyat.

(Tribunnews.com/Rifqah/Dewi Agustina) (Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Baca Wartakotalive.com berita lainnya di Google News

Dapatkan informasi lain dari WartaKotaLive.Com lewat WhatsApp : di sini


 


 

  
 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved