Hari Guru Nasional

19 Tahun Jadi Guru di SLB, Ani Tak Pernah Menangis Meski Hadapi Kesulitan

Ani meceritakan, dirinya menjadi guru SLB berawal dari saudaranya yang memiliki kebutuhan khusus.

|
Wartakotalive/Miftahul Munir
Ani guru SLB 05 Slipi, sudah 19 tahun mengajar siswa berkebutuhan khusus 

WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH - Ani Rahmawati, sudah 19 tahun mengajar siswa SLB 05 Slipi, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

Suka duka Ani jalani demi memberikan pendidikan formal kepada para siswa berkebutuhan khusus di Jakarta.

Setiap kelas di SLB 05 Slipi memiliki lima sampai enam siswa dan Ani sering mendapatkan kesulitan ketika menghadapi karakter peserta didik.

Namun, ia mengaku sudah terbiasa mengajar siswa SLB sehingga kesulitan itu bisa diatasi dengan baik.

Ani meceritakan, dirinya menjadi guru SLB berawal dari saudaranya yang memiliki kebutuhan khusus.

Baca juga: Profesor Luthfiralda Dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap FMIPA UI Bidang Biologi

Saat itu ia memutuskan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

"Jadi saya memang lulusan pendidikan luar biasa di UNJ, tahun 2005 kan kalau gaji masih honor ya, sekarang sudah PNS sejak 2012," tuturnya, Rabu (20/11/2024).

"Kebetulan juga saya punya sepupu yang berkebutuhan khusus, tapi sudah meninggal," tambahnya.

Menurutnya, ketika itu banyak anak muda yang ingin menjadi guru tapi sedikit yang ingin mengajar di sekolah luar biasa.

Oleh karena itu, ia ingin mengabdikan dirinya untuk anak-anak berkebutuhan khusus agar mereka bisa tetap sekolah formal.

"Waktu saya kuliah itu masih sedikit (peminat guru luar biasa), ditambah saya punya sepupu yang berkebutuhan khusus jadi saya ingin tahu seperti apa sih pendidikan luar biasa," terangnya.

Baca juga: Raut Wajah Bahagia Siswa-siswi SLB Dapat Tas Sekolah dari Wapres Gibran

Ani tidak pernah menangis saat mengajar siswa SLB karena menikmati pekerjaannya sebagai pendidik anak-anak berkebutuhan khusus.

Baginya, setiap pekerjaan harus dijalani dengan suka agar anak-anak didiknya bisa mendapatkan pelajaran seperti siswa normal lainnya.

Ia mengaku, jangankan siswa berkebutuhan khusus, peserta didik normal saja memiliki karakter yang berbeda.

Wanita yang saat ditemui memakai hijab abu tua itu tidak bisa memberikan nilai siswa berkebutuhan khusus pintat atau tidak.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved