Berita Jakarta

Bermula dari Swadaya, Urban Farming di Kembangan Utara Kini Juarai Lomba hingga Dapat Banyak CSR

Urban Farming di Kembangan Utara Bermula dari Swadaya Masyarakat, Kini Juarai Lomba hingga Dapat Banyak CSR

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
Suasana urban farming di GSG 07 Kembangan Utara, Jakarta Barat. 

WARTAKOTALIVE.COM, KEMBANGAN - Keberadaan urban farming (pertanian perkotaan) di tengah pemukiman padat penduduk di Kp. Salo, RW 07 Kembangan Utara, Jakarta Barat, rupanya bermula dari swadaya masyarakat yang peduli akan lingkungan.

Disampaikan salah seorang pegiat pertanian perkotaan bernama Kasmin, para warga yang bermukim di RW 07 adalah orang-orang yang guyub nan bermasyarakat.

Sejak 2019 lalu, mereka mau berjibaku dan menyulap lahan yang semula tak terurus menjadi area pertanian perkotaan yang sedikitnya membantu menekan masalah polusi di Jakarta.

"Kalau dari dulu, di sini kan sistem-nya swadaya. Ini terbentuknya begini, itu swadaya masyarakat, murni 100 persen," kata Kasmin kepada Warta Kota, Minggu (14/7/2024).

"Kan sekarang ada CSR (corporate social responsibility), ada yang bantu, tapi itu kan ketika udah jadi, pas awal mah enggak," imbuh dia.

Suasana urban farming di GSG 07 Kembangan Utara, Jakarta Barat.
Suasana urban farming di GSG 07 Kembangan Utara, Jakarta Barat. (Warta Kota)

Kasmin bercerita, dahulu lahan tidur milik swasta itu penuh dengan ilalang, rumput liar, hingga tanah yang tak beraturan.

Kemudian, berkat kegigihan warga yang tanpa putus asa mulai melakukan pembabatan rumput, meratakan tanah hingga membuat area subur, lahan tidur itupun lambat laun mulai terlukis kerangkanya. 

"Buka ini aja (lahan) luar biasa. Buka ini enggak cukup sebulan, bisa 4 bulan. Enggak segampang itu, membalikkan itu enggak segampang itu," ungkap Kasmin.

"Kan dulu sini kan alang-alang semua ya kan, pohon pisang, apa segala macam, jadi enggak gampang," imbuhnya.

Suasana urban farming di GSG 07 Kembangan Utara, Jakarta Barat.
Suasana urban farming di GSG 07 Kembangan Utara, Jakarta Barat. (Warta Kota)

Menurut Kasmin, hanya orang yang memiliki jiwa sosial tinggi saja lah yang akan bertahan mengurusi lahan ini.

Pasalnya, para warga sampai harus patungan untuk menyuntik dana dalam keperluan membangun urban farming.

"Itu kami pengurus wilayah terutama RT-nya itu patungan. Walaupun itu sebulan Rp 500.000 per-RT, apa Rp 1 juta, itu terus," jelas dia.
Lama-lama, lahan yang jadi impian para warga gang hijau pun menjadi kenyataan.

Mereka bisa melakukan penanaman berbagai tanaman, hingga ternak ikan dan hewan-hewan lainnya.

Hingga kini sudah nampak cantik dan menghasilkan panen yang melimpah, Kasmin mengaku ada banyak instansi hingga pemerintah yang memberikan CSR untuk urban farming GSG 07 itu.

Mereka juga kerap memberi pembinaan serta hal lain yang menyokong kemajuan urban farming tersebut.
 
"Udah mulai masuk PLN (Perusahaan Listrik Negara), alhamdulillah. Lagi dimulai dari depan, lagi bikin gapura. Kebetulan gapura kami rusak," kata Kasmin.

Suasana urban farming di GSG 07 Kembangan Utara, Jakarta Barat.
Suasana urban farming di GSG 07 Kembangan Utara, Jakarta Barat. (Warta Kota)
Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved