Kuliner Bekasi

Sekoteng Gerobakan Daswan, Kuliner Legendaris Jajanan Malam di Bekasi Sejak 1982-an

Bagi penggemar kuliner malam, sekoteng menjadi salah satu menu favorit untuk menghangatkan tubuh. Sekoteng cukup terkenal bagi masyarakat Indonesia.

Warta Kota/Yolanda Putri Dewanti
Daswan (62), salah satu penjual sekoteng gerobakan yang masih bertahan hingga kini. Ia biasa berjualan di kawasan Bojong Menteng, Rawalumbu, Bekasi. 

WARTAKOTALIVE.COM JAKARTA - Bagi penggemar kuliner malam, sekoteng menjadi salah satu menu favorit untuk menghangatkan tubuh. 

Sekoteng cukup terkenal bagi masyarakat Indonesia seperti Jawa, Betawi, Banjar, Medan dan berbagai daerah lain. 

Hampir tiap daerah memiliki ciri khusus untuk sajian sekotengnya, yang disesuaikan dengan selera masyarakat.

Keluar masuk gang, penjual sekoteng biasa menemui pembeli tidak mengenal cuaca atau keliling dari satu kampung ke kampung lainnya.

Untuk satu mangkuk sekoteng harganya pun tidak akan menguras kantong, hanya 10 ribu saja.

Baca juga: Film Kang Mak From Pee Mak Siap Tayang, Tora Sudiro: Komedi Dihitung Indra Jegel dan Rigen Rakelna

Bila menyeruput minuman tradisional ini dipercaya dapat menghalau dingin dan menghangatkan tubuh saat nongkrong di Balai Warga bersama rekan-rekan atau tempat lainnya.

Daswan (62) seorang penjual sekoteng keliling di kawasan Bekasi yang sudah hampir 42 tahun berdagang menggunakan gerobak dorong.

“Ya dari 1982 sudah jualan, pokoknya keliling sekitaran Bojong Menteng Rawalumbu ini saja,” ungkap Daswan saat ditemui Wartakotalive.com.

“Sekoteng ini, bahan utamanya jahe emprit yang dicampur gula dan susu, ditambah butiran kacang tanah, potongan roti tawar, kacang hijau dan pacar cina,” imbuhnya.

Daswan mengatakan telah mempersiapkan jualannya sejak pagi hari, ketika sore hari beranjak ke malam mulai lah dia mengeluarkan gerobaknya sembari ditemani kepulan asap dari panci berisi air jahe yang baru matang.

“Ada yang dibuat sendiri, ada yang langsung jadi. Saya dari pagi mempersiapkannya, jadi pas sore sudah beres langsung berangkat jualan,” jelas dia.

Satu sisi gerobak Daswan untuk tempat panci air jahe beserta dengan kompornya dan satu sisi yang lain adalah tempat untuk bahan campuran serta tempat untuk mempersiapkan sekoteng.

Daswan mengatakan, pertama kali berjualan ia menjajakan dagangannya Rp 5 perak saja. Awalnya, pria yang mengenakan topi hitam ini berjualan dengan cara dipikul, namun mengingat usianya semakin bertambah Daswan tak kuat lagi menahan beban berat.

Alhasil, dia memutuskan menggunakan gerobakan saja meski ukurannya tak terlalu besar. Adapun Daswan mulai berjualan pukul 19.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB.(m27)

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved