Kesehatan

Tiga Alasan Mengapa Kentang yang Bertunas Tidak Layak Dikonsumsi

Salah satu sayuran paling populer di dunia, mudah didapat, terjangkau, dan serba guna adalah kentang. Apakah kentang bertunas layak dikonsumsi?

Penulis: LilisSetyaningsih | Editor: Irwan Wahyu Kintoko
Pixabay
Salah satu sayuran paling populer di dunia, mudah didapat, terjangkau, dan serba guna adalah kentang. 

Namun, jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, seperti kentang yang bertunas, senyawa tersebut dapat berdampak negatif terhadap kesehatan Anda.

Pakar kesehatan Dr Varalakshmi Yanamandra melalui akun Instagram menyatakan, "Makan kentang yang bertunas dapat menimbulkan risiko kesehatan karena adanya senyawa beracun glikoalkaloid."

"Meskipun glikoalkaloid terdapat di seluruh tanaman, kadar racun ini sangat tinggi di bagian hijau, tunas dan mata kentang."

Berikut ini beberapa efek saat mengonsumsi kentang bertunas:

1. Ternyata beracun 

Glikoalkaloid beracun bagi manusia dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan neurologis. 

Gejala keracunan glikoalkaloid mungkin termasuk mual, muntah, diare, kram perut, sakit kepala. 

Dalam kasus yang lebih parah, bahkan koma dan kematian. Meskipun reaksi ekstrem seperti itu jarang terjadi.

2. Rasanya menjadi pahit

Peningkatan kadar glikoalkaloid dapat memberi rasa pahit pada kentang, sehingga tidak enak untuk dimakan.

3. Mengurangi nilai gizi

Proses munculnya tunas menggunakan nutrisi yang disimpan dalam kentang, sehingga berpotensi mengurangi nilai gizinya. 

Biasanya, glikoalkaloid terkonsentrasi di daun, mata, dan tunas kentang

Membuang bagian-bagian tersebut dan mengupas kulitnya dapat membantu mengurangi risiko keracunan. 

Namun, Dr Varalakshmi menyatakan bahwa dia secara pribadi tidak akan menyarankan hal ini.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved