Banyak Terjadi Miskonsepsi, Sudah Pernah Terjangkit DBD Bukan Berarti Tak Kena Lagi

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), DBD (Demam Berdarah Dengue)  adalah salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat

Penulis: LilisSetyaningsih | Editor: Junianto Hamonangan
Pixabay
Masih banyak terjadi miskonsepsi tentang DBD dimana orang berpikir bahwa apabila sudah pernah terkena, maka mereka aman dan menjadi kebal. 

"Di mana apabila seseorang telah terjangkit satu serotipe, mereka masih bisa terjangkit serotipe yang lain, dan infeksi yang kedua dan seterusnya berpotensi lebih parah. Bahkan bisa menyebabkan kematian," imbuhnya.

Baca juga: Jakarta Jadi Kota Kedua Transaksi Judi Online Paling Tinggi, Pj Gubernur Kumpulkan Lurah dan Camat

Lebih lanjut Prof. Sri menjelaskan, untuk itu, tindakan pencegahan yang terintegrasi sangat diperlukan untuk melawan DBD, seperti melalui pengendalian vektor.

Selain itu, kita juga perlu untuk mencegah infeksi dan melakukan upaya untuk mengurangi keparahan penyakit apabila sampai terjangkit. 

Salah satu inovasi yang saat ini direkomendasikan oleh beberapa organisasi profesi di Indonesia, baik oleh IDAI, PAPDI, maupun PERDOKI adalah melalui program vaksinasi.

Dalam tatalaksana DBD yang diterbitkan UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI tahun 2023 juga disebutkan bahwa pasien setelah terinfeksi dan rawat inap akibat dengue dapat diberikan vaksinasi 1-3 bulan kemudian. 

"Dengan meningkatkan kekebalan masyarakat, akan sangat membantu menurunkan tingkat keparahan serta risiko kematian akibat DBD," ucap Prof Sri. 

Dia menambahkan bahwa baru-baru ini WHO telah mengeluarkan rekomendasi untuk mengenalkan inovasi vaksinasi dengue bagi negara atau wilayah dengan intensitas penyebaran DBD yang tinggi ke dalam program imunisasi nasional.

Kalimantan Timur

Berkaitan dengan hal tersebut, dr. William S. Tjeng, Sp.A(K), Ketua Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kalimantan Timur, membagikan informasi seputar program vaksinasi DBD yang saat ini sedang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. 

Menurutnya, sejauh ini program imunisasi berjalan dengan baik. 

“Kalimantan Timur merupakan daerah endemik DBD dengan angka kejadian (Incidence Rate/IR) yang selalu berada di atas target nasional, yaitu 10/100.000 penduduk. Oleh karena itu, Dinkes Provinsi Kalimantan Timur berinisiatif melaksanakan pilot program imunisasi DBD di kota Balikpapan dengan target 9.800 anak-anak SD usia 6-14 tahun," paparnya.

Sampai dengan bulan Februari 2024, tercatat hampir 99 persen peserta telah mendapatkan dosis pertama, dan vaksin dapat ditoleransi dengan baik.

“Melihat perjalanan program sampai saat ini, serta kasus DBD yang masih terus fluktuatif di Indonesia, ke depannya Dinkes Kalimantan Timur akan meneruskan program imunisasi ke kota Samarinda dengan target 2.750 anak-anak rentang usia yang sama,” tutur dr. William.

Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengungkapkan sangat bersemangat dengan diadakannya Indonesia Dengue Summit, kerja sama antara PT Takeda Innovative Medicines dengan IDAI JAYA. 

“Ini merupakan yang pertama di Indonesia, dan kami berharap acara ini dapat menjadi sebuah wadah untuk peningkatan kapasitas yang berkelanjutan bagi para profesional kesehatan kita di Indonesia dalam penanganan DBD, serta memberikan informasi tepercaya seputar DBD kepada masyarakat," katanya. 

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved