Traveling
Kisah Ajik Krisna, Karyawan Konveksi Lulusan SMP yang Kini Jadi Bos Krisna Oleh-oleh Nusantara
Gusti Ngurah Anom atau yang karib disapa Ajik Krisna, menceritakan perjalanan hidupnya yang hanya lulusan SMP hingga bisa menjadi bos oleh-oleh Krisna
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Junianto Hamonangan
WARTAKOTALIVE.COM, YOGYAKARTA — Siapa tak kenal dengan toko oleh-oleh Krisna yang santer menjadi pilihan wisatawan baik lokal maupun macanegara di Pulau Dewata Bali?
Toko oleh-oleh terbesar itu nampaknya layak dijadikan pilihan utama bagi wisatawan yang mencari buah tangan selepas berlibur dari Bali.
Terlebih, saat ini toko tersebut tidak hanya berpusat di Bali, tetapi juga mulai mengepakkan sayapnya ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan pemasaran produk yang lebih bervariasi.
Pasalnya, tidak hanya produk-produk khas Bali saja yang dijajakan, melainkan juga produk lokal Yogyakarta dan sejumlah daerah lain di Nusantara.
Namun taukah anda, siapa pemilik Krisna Oleh-oleh tersebut?
Dia adalah Gusti Ngurah Anom atau yang karib disapa Ajik Krisna, pria yang lahir pada 5 Maret 1971 dari pasangan Gusti Putu Raka dan Made Taman, di Desa Tungguwisia, Seririt, Buleleng, Bali.
Jangan membayangkan bahwa Ajik Krisna lahir dengan garis keturunan konglomerat.
Pasalnya, kehidupan Ajik dahulu sangatlah serba terbatas dalam segi ekonomi. Dia yang merupakan anak petani itu bahkan harus tinggal di rumah sederhana yang lantainya terbuat dari bata mentah, sementara atapnya berupa anyaman daun kelapa kering.
Rumah itupun merupakan pemberian dari mertua Putu Raka. Sehingga, dindingnya ada yang terkoyak dan tak lagi kokoh.
Tak ayal kondisi yang sulit tersebut membuatnya tak lagi melanjutkan pendidikan usai lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Baca juga: Toko Oleh-Oleh Krisna Nusantara di Yogyakarta Diresmikan, Jual Camilan hingga Lukisan
Baca juga: Bantu UMKM di Yogyakarta, Ajik Krisna Janji Sebagian Keuntungan Toko Oleh-oleh untuk Sosial
Meskipun demikian, di usianya yang masih belia itu, Ajik Krisna tak tinggal diam. Dia berupaya mengubah nasibnya hingga tak lagi terbelakang.
Dia pun bertekad untuk melakoni pekerjaan apapun, termasuk menjadi pekerja serabutan, buruh cuci, hingga karyawan konfeksi.
Hingga akhirnya ia bertemu dengan sang istri, Ketut Mastrining.
Bersama dengan istri tercinta itu, pada usianya yang masih 18 tahun, Ajik mulai merintis bisnisnya dengan bermodalkan uang tabungan hasil menjadi buruh konfeksi.
Menurut Ajik, proses tersebut tidaklah mudah. Memerlukan proses yang panjang sampai eksis seperti sekarang ini.
Cerita Gotong Royong Digital, Kisah Hey Bali Kembalikan Barang Turis Tertinggal Tanpa Pungutan Biaya |
![]() |
---|
Intip Ruang Tahanan Bawah Tanah Kota Tua Jakarta, 2 Pahlawan Ini Merasakan Kedapnya Penjara Belanda |
![]() |
---|
Gandeng UMKM dan Kesenian Lokal, Suadesa Festival 2025 Digelar PGN untuk Mendorong Kemandirian Desa |
![]() |
---|
Cheria Holiday Kenalkan Mosafa, Ajak Wisata Ramah Muslim ke Australia |
![]() |
---|
Penuhi Target, Taman Mini Indonesia Indah Didatangi 120 Ribu Pengunjung Selama Libur Lebaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.