Kecelakaan Maut

Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana Bikin Trauma, Orangtua Ingin Study Tour Dalam Kota Saja

Kecelakaan maut yang menewaskan 11 orang saat study tour SMK Lingga Kencana, bikin trauma orangtua. Mereka berharap tak ada kegiatan itu lagi.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Valentino Verry
tribun jabar
Pelajar SMK Lingga Kencana Depok mengalami kecelakaan maut saat study tour ke Ciater, Subang, Jawa Barat. Bus Putera Fajar yang mereka tumpangi mengalami rem blong. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Momen study tour kerap kali menjadi salah satu kegiatan yang penuh dengan suka cita.

Apalagi, bagi para pelajar yang baru saja lulus setelah menyelami berbagai ujian di sekolahnya.

Baca juga: Agar Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana Tak Terulang, Ini Instruksi Ketua DPRD Kabupaten Bogor

Akan tetapi, insiden kecelakaan maut yang dialami oleh sekelompok pelajar SMK Lingga Kencana Depok saat pulang study tour ke Sari Ater, Subang, Jawa Barat, mengores luka mendalam bagi semua kalangan, terutama para orangtua.

Bagaimana tidak, 11 orang dinyatakan tewas seketika dan puluhan lainnya luka-luka karena bus yang mengangkut mereka mengalami rem blong.

Ke-11 orang itu, termasuk di antaranya siswa dan satu orang guru senior.

Tak ayal jika saat ini pro kontra terkait study tour itu, ramai dibicarakan masyarakat.

Meski momen tersebut bak 'tradisi', namun kini banyak orang tua dan siswa berpikir dua kali ketika mengizinkan putra putrinya pergi berwisata di luar sekolahnya.

Baca juga: Soroti Tragedi SMK Lingga Kencana, DPRD Kabupaten Bekasi Minta Study Tour Hasilkan Karya Ilmiah

Salah satu orang tua siswa kelas 12 di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwakarta bernama Murwati (49) menyebut jika dirinya tak setuju dengan kegiatan study tour sebagai ceremony perpisahan.

Selain mengeluarkan banyak biaya, menurutnya kegiatan study tour juga membuat siswa jauh dari pengawasan orang tua, meskipun kadang kala didampingi oleh guru-guru mereka.

"Kalau mau perpisahan ya perpisahannya di sekolah aja," kata Murwati kepada Warta Kota, Sabtu (18/5/2024).

"Selain banyak mengeluarkan biaya, kan duitnya bisa buat sekolah lain atau buat adik-adiknya sekolah misalkan, daripada buat study tour," imbuh dia.

Baca juga: Trauma Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Wali Kota Depok Terbitkan SE Perketat Aturan Study Tour

Sebenarnya, Murwati tidak mengecam kehadiran study tour sebagai sarana belajar siswa.

Hanya saja, kegiatan itu tidak perlu dilakukan dalam jarak yang jauh.

Terlebih usai insiden maut kemarin, Murwati mengaku dirinya was-was dengan kegiatan study tour untuk anak-anaknya.

"Ya kalau masih satu daerah diizinin lah, asal jangan jauh misalnya kayak luar kota Jogjakarta misalnya, atau yang jauh kayak kemarin. Kayaknya di dalam kota juga banyak (destinasinya)," kata dia.

Lebih lanjut, Murwati mengaku mulanya tidak terlalu memikirkan soal kendaraan penunjang study tour.

Namun, kejadian kemarin membuatnya sadar bahwa apabila siswa hendak diajak study tour, pihak sekolah harus menjamin kelayakan pengemudi dan busnya.

Bahkan apabila terpaksa mengizinkan, lanjut Murwati, ia mengaku lebih baik membayar mahal daripada harus menanggung risiko besar.

"Jadi alternatifnya menurut saya, udahlah kalau perpisahan ngumpul aja di sekolah atau di daerah apa yang dekat. Kan ngumpul-ngumpul juga," jelas dia.

Sementara itu, salah satu siswa kelas 12 di MAN 22 Jakarta, Muhammad Syarifudin memandang jika study tour menjadi kegiatan yang ditunggu-tunggu sebab dapat membuatnya menengok dunia luar.

"Kalau study tour kan bisa bikin kami melihat dan merasakan langsung apa yang dipelajari di kelas, dibawa ke luar kelas," kata Syarif kepada Warta Kota, di Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu.

"Misalnya, kunjungan ke museum sejarah memungkinkan siswa untuk memahami peristiwa-peristiwa sejarah dengan melihat artefak asli seperti yang sudah dipelajari, atau kunjungan ke laboratorium sains," imbuhnya.

Oleh karenanya, dia melihat jika study tour untuk perpisahan sekolah adalah upaya yang baik untuk memaksimalkan pengalaman para pelajar.

Akan tetapi, lanjut dia, menjadi tidak baik apabila study tour itu hanya diisi oleh jalan-jalan tanpa memasukkan kata 'study' (belajar).

Apalagi, kegiatan tersebut diadakan di luar sekolah yang jauh dari pengawasan orang tua.

"Jadi kalau emang awalnya sudah setuju, orang tuanya juga harus tahu dan ngizinin, apalagi di luar kota karena kan ada biayanya," kata Syarif.

Oleh karena itu, Syarif memandang jika kegiatan study tour dalam rangka menyambut perpisahan sebenarnya tidak terlalu beresensi, karena proses belajar mengajar sudah selesai.

Alih-alih melangsungkan tur berkedok wisata belajar, Syarif menyebut jika lebih baik merayakan kelulusan bersama teman angkatan dan guru-guru di sekolah masing-masing saja.

"Bisa mungkin kayak dibikin festival musik, karena kan rata-rata anak SMA memiliki minat terhadap musik, walaupun hanya sebagian tapi ini bisa jadi solusi untuk tetap bikin suasana perpisahan berkesan," pungkasnya.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved