Kecelakaan Maut

Sosok Intan Rahmawati, Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Buana: Ingin Kerja Bantu Orangtua

Sosok Intan Rahmawati, Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Buana: Ingin Kerja setelah Lulus Sekolah

Penulis: Hironimus Rama | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
Foto wisuda kelulusan Intan Rahmawati di Bandung pada Jumat (10/5/2024) malam. Hari berikutnya Intan tewas dalam kecelakaan maut di Subang pada Sabtu (11/5/2024) malam. 

WARTAKOTALIVE.COM, PANCORAN MAS - Intan Rahmawati (18), siswi SMK Lingga Kencana Depok, yang menjadi korban dalam kecelakaan maut di Subang pada Sabtu (11/5/2024) dikenal sebagai sosok pendiam dan tertutup.

Hal itu diungkapkan orangtuanya, Sahrudin dan Siti Masitoh, saat ditemui di kediaman mereka di Parungbingung, Pancoranmas, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (14/5/2024).

"Dia orangnya tertutup, sering di kamar. Kalau temannya datang, baru keluar rumah," kata Sahrudin, ayah Intan Rahmawati.

Sahrudin menambahkan Intan jarang berkomunikasi dengan dirinya atau pun istrinya, Siti Masitoh.

"Kalau tidak ada perlu, dia tidak komunikasi. Intinya dia anak pendiam," ucapnya.

Intan merupakan anak sulung pasangan Sahrudin-Siti Masitoh. Adiknya, Kamila Fitria, kini duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Pasutri Sahrudin dan Siti Masitoh menunjukkan foto wisuda Intan Rahmawati yang menjadi korban kecelakaan maut Subang saat ditemui di Parungbingung, Depok, Selasa (14/5/2024).
Pasutri Sahrudin dan Siti Masitoh menunjukkan foto wisuda Intan Rahmawati yang menjadi korban kecelakaan maut Subang saat ditemui di Parungbingung, Depok, Selasa (14/5/2024). (Warta Kota/Hironimus Rama)

"Anaknya memang pendiam, sama saya juga jarang ngomong. Dia lebih banyak cerita sama adiknya," tambah Siti Masitoh.

Siti mengungkapkan Intan jarang keluar rumah.

Dia baru mau pergi keluar kalau dijemput temannya.

"Kalau tidak dijemput sama temannya, dia tidak pergi keluar rumah," tuturnya.

Jarangnya jalinan komunikasi membuat sang ibunda tidak mengetahui informasi pribadi sari sang anak.

"Dia punya teman dekat atau pacar juga saya tidak tahu. Saya tahu malah dari adiknya," ungkap Siti.

Setelah lulus SMK Lingga Kencana, Intan diharapkan oleh orangtuanya untuk mencari kerja agar bisa membantu perekonomian keluarga.

"Saya tidak sanggup untuk kuliahkan. Saya sarankan dia cari kerja dulu. Setelah itu bisa kuliah sambil kerja," timpal Sahrudin.

Namun sebelum semua rencana itu terwujud, Intan telah lebih dahulu menemui takdirnya pulang ke pangkuan sang pencipta.

"Saya harus iklas melepaskan kepergian Neng Intan. Mungkin sudah takdirnya," tandas Sahrudin.

Intan Rahmawati Sempat Kena Prank 'Tidak Lulus' Saat Wisuda di Bandung

Diberitakan sebelumnya, kepergian Intan Rahmawati (18), siswi SMK Lingga Kencana Depok, dalam kecelakaan maut di Subang pada Sabtu (11/5/2024) malam meninggalkan duka mendalam di hati orang tuanya.

Ayahnya, Sahrudin (45), berupaya tegar dan mengiklaskan kepergian sang putri sulung.

"Meskipun berat, saya harus iklas melepaskan kepergian Neng Intan. Mungkin sudah takdirnya," kata Sahrudin di kediamannya di Parungbingung, Pancoranmas, Kota Depok pada Selasa (14/5/2024).

Sementara sang ibunda, Siti Masitoh (42), mengaku hingga kini tidak percaya anaknya pergi meninggalkan mereka selamanya.

"Saya masih tidak percaya dia meninggal. Saya tidak iklas," kata Siti dengan raut kesedihan yang mendalam.

Sahrudin mengatakan Intan sebenarnya tidak mau ikut jalan-jalan ke Bandung bersama teman-temannya.

Hal itu diutarakannya kepada orang tuanya dan teman-teman sekolahnya, termasuk Dimas yang menjadi korban tewas dalam peristiwa ini.

"Rencana awal wisuda dilakukan di DTC (Depok Trade Center) lalu jalan-jalan ke Bandung. Tetapi kemudian keputusan berubah, wisuda dilakukan di Bandung. Dia pun terpaksa ikut," ujar Sahrudin.

Pria yang berprofesi sebagai buruh harian ini mengaku tidak mendapatkan firasat atau tanda-tanda menjelang kematian anaknya.

"Tidak ada firasat atau tanda-tanda. Apalagi aku sering di luar rumah. Begitu pun istri tidak ada tanda-tanda," ungkap Sahrudin.

Namun pada Jumat (10/5/2024) malam, saat acara wisuda di salah satu hotel di Bandung, Intan sempat mengirim foto kelulusannya kepada sang ibunda.

"Ceritanya dia sempat di-prank tidak lulus oleh guru saat pengumuman kelulusan. Kami juga nonton acaranya karena disiarkan langsung," paparnya.

Rasa kaget dan penasaran membuat sang ibunda menelpon Intan untuk memastikan informasi ketidaklulusan ini.

"Emang benar kamu tidak lulus teh (teteh-Red)?" kata Sahrudin menirukan percakapan antara istrinya dan anaknya.

Intan menjawab bahwa dia lulus. Dia hanya di-prank oleh gurunya untuk seru-seruan agar acaranya tidak tegang.

"Intan bilang, aku lulus mah (mama-Red), buat apa jauh-jauh aku ke Bandung kalau tidak lulus. Lalu tak lama kemudian dia kirimin foto upacara kelulusan," tandas Sahrudin.

Komunikasi itu menjadi interaksi terakhir antara Intan dan keluarganya sebelum kecelakaan maut merengut nyawanya dalam kecelakaan di Ciater, Subang, pada Sabtu (11/5/2024) malam.

Kisah Pilu Siti Masitoh Mencari Putrinya

Raut kesedihan masih tampak dari wajah Sahrudin (45), warga Parungbingung RT 01/RW 10, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, Jawa, Barat.

Pria yang berprofesi sebagai buruh harian ini masih tampak terpukul atas kematian anak sulungnya, Intan Rahmawati (18), dalam kecelakaan maut bus Putera Fajar yang mengangkut rombongan siswa SMK Lingga Kencana di Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5/2024) malam.

Namun Sahrudin berusaha tegar menghadapi peristiwa pahit yang dialami keluarganya ini.

"Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, mungkin ini takdir dari Allah. Saya harus mengiklaskan kepergian Neng Intan," kata Sahrudin saat ditemui di Parungbingung, Selasa (14/5/2024).

Kecelakaan lalu lintas yang menimpa bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok pertama kali diketahui Sahrudin dari istrinya, Siti Masitoh (42), pada Sabtu (11/5/2024) malam.

"Istri yang tahu pertama soal kecelakaan ini, tetapi informasinya masih simpang siur," ujarnya.

Awalnya Sahrudin dan Siti mendapat kabar bahwa bus Putera Fajar yang ditumpangi anaknya terbalik di Subang.

Lalu muncul informasi lainnya bahwa bus tersebut tidak terbalik tetapi putar balik karena ada yang ketinggalan.

"Untuk mendapat kepastian soal kecelakaan ini, saya bersama keluarga berangkat ke Subang," ungkap Sahrudin.

Setibanya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subang, Sahrudin dan Siti tidak mendapatkan informasi pasti mengenai kondisi putri mereka.

"Guru dan petugas di sana tidak  memberitahukan kondisi anak saya, mungkin karena belum ada kepastian," beber Sahrudin.

Siti Masitoh menambahkan dia tidak melihat ada nama putrinya dalam daftar korban yang ditempel di RSUD Subang.

"Saya penasaran lalu tanya ke polisi. Kata polisi, memang ada jenazah yang masuk atas nama Intan. Tetapi ada 2 nama Intan yang menjadi korban yaitu Intan Rahmawati dan Intan Fauzi," ucapnya.

Perasaan tidak tenang membuat Siti menanyakan kepastian mengenai hal ini ke guru SMK Lingga Kencana yang ada di RSUD Subang. Namun hasilnya nihil.

Dia juga berupaya mencari informasi langsung ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit, tapi tidak ada data pasti.

Dengan informasi yang masih simpang siur, Siti mendapat kabar bahwa jenazah korban kecelakaan sedang dipindahkan dari salah satu rumah sakit ke RSUD Subang.

"Saya tunggu setiap ambulans yang masuk. Saya cek datanya, tetapi tidak ada nama Intan," tuturnya.

Ketika mobil ambulans terakhir tiba di RSUD Subang, Siti memberanikan diri meminta data-data nama korban ke polisi.

Polisi memberikan daftar nama korban dan ternyata benar ada nama sang anak Intan Rahmawati.

"Saya langsung nyesek (merasa sesak dada-Red) dan lemas. Saya langsung terdiam. Saya tidak percaya dan belum iklas," kata Siti.

Sahrudin dan Siti sempat ingin melihat langsung jenazah putrinya untuk mendapatkan kepastian. Namun polisi tidak mengizinkan.

"Polisi lalu tunjukkan foto korban. Saya langsung mengenalinya dari celana dan gelang yang dipakai bahwa itu Intan," tambah Sahrudin.

Setelah mendapat kepastian putrinya menjadi korban tewas, Sahrudin dan Siti merasa sangat sedih sehingga tidak bisa berkata apa-apa.

"Kami langsung duduk lemas dan diam membisu," ujar Sahrudin.

Mereka lalu menunggu jenazah Intan Rachmawati dibersihkan dan dibawa pulang ke Depok untuk dimakamkan.

"Intan sudah dimakamkan bersama enam temannya dan satu guru di TPU Parung Bingung. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mengurus jenazah Intan sejak evakuasi di Subang hingga pemakaman di Depok. Alhandulilah, semua berjalan lancar," tandas Sahrudin.

Saksikan Teman-temannya Tewas Dalam Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Devi: Dea Kini Suka Bengong

Korban selamat dalam kecelakaan maut bus Putera Fajar di Subang pada Sabtu (11/5/2024) hingga kini masih mengalami trauma.

Salah satunya dialami oleh Dea Savitri (18), siswi SMK Lingga Kencana Depok.

Devi, kakak kandung Dea Savitri, mengatakan adiknya masih merasakan trauma psikis setelah bus yang ditumpangi bersama teman-temannya mengalami kecelakaan.

"Alhamdulilah, Dea selamat. Tetapi dia masih sering bengong kalau diajak ngobrol, mungkin masih ingat teman-temannya," kata Devi saat ditemui wartawan di SMK Lingga Kencana, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (13/5/2024).

Dia menjelaskan Dea hanya mengalami luka ringan dan memar dalam kecelakaan ini.

Saat study tour pelajar SMK Lingga Kencana sempat foto bersama di depan bus Putera Fajar. Sayang acara perpisahan kelas XII itu berakhir duka dan meninggalkan trauma bagi korban selamat.
Saat study tour pelajar SMK Lingga Kencana sempat foto bersama di depan bus Putera Fajar. Sayang acara perpisahan kelas XII itu berakhir duka dan meninggalkan trauma bagi korban selamat. (tribun jabar)

"Dia sudah di rumah, tidak sempat dirawat di rumah sakit. Saat datang dari Subang, dia hanya cek fisik sebentar di Rumah Sakit Brimob Kelapa Dua, lalu pulang," ungkap Devi sambil meneteskan air mata.

Berdasarkan pengakuannya, lanjut Devi, Dea duduk dibangku ketiga dari belakang baris sebelah kiri.

Saat mobil terguling-guling, Dea panik dan mencari pegangan.

Tubuhnya pun ikut terlempar beberapa kali di dalam bus hingga dia pingsan tak sadarkan diri.

"Begitu sadar, dia sudah berada di bagian pinggir kanan di dalam bus.

Ketika temannya panggil namanya, dia langsung bangun dan keluar lewat atap yang sudah miring dan jebol," papar Devi.

Devi mengungkapkan bahwa Dea sempat telpon dengan sang ibunda di rumah sekira 30 menit sebelum kejadian itu.

"Sebelumnya dia telpon mama mengabarkan bahwa dia dalam perjalanan pulang. Sekira 30 menit kemudian, saya dapat kabar dari adik saya di Surabaya mengenai kecelakaan ini," bebernya.

Dea sempat menghubungi kakaknya di Surabaya menggunakan telpon temannya.

Lalu kakaknya meneruskan informasi kecelakaan itu ke Devi.

"Setelah dapat info, saya hubungi mama. Alhamdulilah, bersyukur banget dia selamat. Saudara-saudara dan tetangga semuanya tidak percaya Dea selamat kalau melihat kondisi bus tersebut yang hancur," tutur Devi.

Dalam kecelakaan ini, Dea kehilangan telepon genggam, KTP dan tas selempang.

Kesaksian Korban Selamat

Kecelakaan maut bus Putera Fajar yang membawa rombongan SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5/2024) malam menyisakan trauma bagi para korban selamat.

Hal itu diungkapkan oleh Ega (18), salah satu korban selamat dalam kecelakaan ini.

"Sekarang masih trauma, masih ada rasa takut membayangkan peristiwa itu," kata Ega di SMK Lingga Kencana Depok, Pancoran Mas, Senin (13/5/2024).

Dia menjelaskan bus yang mereka tumpangi mengalami rem blong dalam perjalanan dari Tangkuban Perahu ke Subang.

Kecelakaan maut bus Putera Fajar yang membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5/2024) malam, menyisakan trauma bagi para siswa yang lolos atau selamat dari peristiwa itu. Hal itu diungkapkan oleh Ega (18), salah satu korban selamat dalam kecelakaan ini. Ega berada di dalam bus yang kecelakaan dimana merenggut nyawa 11 orang.
Kecelakaan maut bus Putera Fajar yang membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5/2024) malam, menyisakan trauma bagi para siswa yang lolos atau selamat dari peristiwa itu. Hal itu diungkapkan oleh Ega (18), salah satu korban selamat dalam kecelakaan ini. Ega berada di dalam bus yang kecelakaan dimana merenggut nyawa 11 orang. (Wartakotalive.com/ Hironimus Rama)

"Pagi hari Sabtu (11/5/2024), kami datang dari Bandung ke Tangkuban Perahu. Setelah kunjungi Tangkuban Perahu, kami pulang dan singgah makan di Ciater, Subang. Lalu bus bergerak menuju pusat penjulan oleh-oleh di Ciater," ujarnya.

Dalam perjalanan ke pusat oleh-oleh Ciater, Ega merasakan suasana dalam bus begitu hening. Tak lama kemudian, laju mobil terasa makin kencang.

"Kernet mengatakan rem blong sehingga semua panik dan teriak," ucapnya.

Sesaat kemudian mobil lalu menabrak kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua lalu jatuh terguling-guling.

"Saat bus terguling, saya sudah tidak sadarkan diri. Tetapi badan saya terasa putar kemana-mana," ungkap Ega.

Ketika sadar, Ega mendapati dirinya berada di bangku bagian tengah. Padahal sebelumnya dia duduk di bangku ketiga dari belakang.

"Saya langsung bangun, cari tema duduk sebangku dan membantu dia bangun. Lalu kami keluar lewat atap yang sudah miring dan jebol," papar siswa jurusan Bisnis dan Perdagangan SMK Lingga Kencana ini.

Setelah keluar dari bus, Ega dan teman-temannya dievakuasi ke rumah sakit dan puskesmas terdekat di Subang.

"Alhamdulilah, saya selamat dan tidak ada luka. Tetapi saya masih rasakan sakit di bahu," tuturnya.

Pada Senin (13/5/2024), Ega datang ke SMK Lingga Kencana Depok untuk mengambil barang-barang yang sempat terecer saat kecelakaan.

"Alhamdulilah tidak ada yang hilang. Koper, tas dan sepatu masih utuh," tandas Ega.

Duka Mendalam Pasutri Saimun - Masdewati Ditinggalkan Anak Semata Wayang

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Pepatah ini sangat tepat untuk menggambarkan pengalaman pahit yang dirasakan oleh pasangan suami-istri (pasutri) Saimun dan Masdewati.

Betapa tidak, baru tiga minggu yang lalu istrinya, Masdewati, mengalami kecelakaan lalu lintas karena tertabrak sepeda motor.

Kini anak semata wayang mereka, Desi Yulianty, harus pergi selamanya setelah mengalami kecelakaan bersama bus rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Jawa Barat, pada Minggu (12/5/2024).

Saimun (kiri) berdoa di makam anaknya Desi Yulianty usai kegiatan pemakaman di Taman Pemakaman Pule, Rawadenok, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, pada Minggu (12/5/2024).
Saimun (kiri) berdoa di makam anaknya Desi Yulianty usai kegiatan pemakaman di Taman Pemakaman Pule, Rawadenok, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, pada Minggu (12/5/2024). (Warta Kota/Hironimus Rama)

Saimun mengaku mendapatkan informasi kecelakaan yang dialami Desi dan teman-temannya kemarin malam sekira pukul 22.00 WIB.

"Tadi malam dapat kabar soal kecelakaan rombongan SMK Lingga Kencana pukul 22.00 WIB," kata Saimun di Rawadenok, Minggu (12/5/2024).

Karena penasaran tidak melihat data Desi (Desi) sebagai korban di Puskesmas dan RSUD Subang, Saimun pun langsung berangkat ke Subang mencari anaknya.

"Saya pergi ke Subang bersama mobil keluarga. Di sana saya baru tahu Desi jadi korban meninggal," ujarnya.

Saimun mengaku melakukan komunikasi dengan Desi kemarin sore sebelum kecelakaan.

"Kemarin pukul 17.30 WIB sempat komunikasi dengan Desi. Katanya mereka lagi makan di rest area Tangkuban Perahu. Setelah itu handphone-nya tidak aktif," ungkapnya.

Pria yang bekerja sebagai buruh lepas harian ini memang sempat merasakan firasat aneh sebelum kecelakaan terjadi.

"Saya makan bersama istri sebelum pukul 17.30 WIB. Tiba-tiba kami dua merasa kenyang. Makanan kami tidak habis," beber Saimun.

Saimun merasakan kehilangan besar atas kematian Desi. Apalagi tahun ini dia tamat SMK dan sudah kerja di konter handphone.

"Saya sangat kehilangan. Saya sayang banget sama dia. Meski suka melawan saat dinasehati, tetapi saya sayang banget," ungkapnya.

Rasa kehilangan Saimun makin mendalam karena istri belum benar-benar pulih dari kecelakaan.

"Istri saya sempat dirawat lima hari di rumah sakit. Saat ini masih harus kontrol. sekali lagi," imbuhnya.

Dia berharap ada bantuan dari pemerintah Kota Depok dan Yayasan Kesejahteraan Sosial terkait kondisi yang dialaminya.

"Saya berharap ada bantuan. Sejauh ini belum ada komunikasi, baik dari Pemkot Depok maupun YKS," tandasnya.

Sebagai informasi, Desi telah dimakamkan di Taman Pemakaman Pule Rawadenok, Pancoran Mas, Kota Depok, pada Minggu (12/5/2024) siang.

Jenazah Desi tiba di rumah duka di Kampung Rawadenok RT 02/RW 12, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, Jawa Barat pada Minggu (12/5/2024) sekira pukul 12.00 WIB.

Tangis Saimun pecah saat jenazah anaknya tiba di rumah. Saat keranda jenazah Desi masuk ke dalam rumah, Saimun menangis histeris dipelukan saudara-saudaranya.

Begitu pun dengan istrinya, Masdewati, yang tak henti-hentinya mengucurkan air mata sejak jenazah Desi tiba di rumah hingga ke pemakaman.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved