Berita Jakarta

April 2024 Jadi Puncak Kasus DBD, Total Ada 1.124 Penderita di Jakarta Barat yang Terjangkit

Musim pancaroba yang terjadi akhir-akhir ini membuat kasus demam berdarah dengue (DBD) di berbagai daerah meningkat.

Istimewa
Warga di Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat mendapatkan edukasi perihal pembuatan alat fogging untuk mencegah penyebaran demam berdarah dengue (DBD). 

WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH — Musim pancaroba yang terjadi akhir-akhir ini membuat kasus demam berdarah dengue (DBD) di berbagai daerah meningkat.

Seperti di Jakarta Barat misalnya. Tercatat ada 1.124 kasus DBD hingga hari ini, Rabu (17/4/2024).

Hal itu sebagaimana disampaikan Kepala Suku Dinas (Kasudin) Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari saat dihubungi, Rabu.

"Per 17 April, total pasien DBD tahun 2024 sebanyak 1.124 kasus namun tidak ada kematian," kata dia.

Menurutnya, rata-rata penderita DBD berkisar di usia 14-44 tahun.

Mereka tersebar di berbagai kecamatan wilayah Jakarta Barat.

Baca juga: Waspadai DBD, Warga Jakarta Diminta Koordinasi dengan Jumantik Berantas Sarang Nyamuk

Kendati begitu, terdapat tiga wilayah di Jakarta Barat yang paling tinggi jumlah kasusnya. Di antaranya Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Kembangan.

"Pencegahan dengan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dua kali seminggu di 7 tatanan, larvasida, dan fogging pada lokasi yang hasil PE-nya (penyelidikan epidemilogi) positif," jelas Erizon.

Adapun terkait pencegahan DBD menggunakan penyebaran nyamuk Wolbachia, Erizon menyampaikan jika hal itu belum dilakukan.

Sementara itu, Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Tamansari, dr Ngabila Salama menyebut jika melonjaknya kasus DBD dewasa ini lantaran efek kemarau ekstrem atau el nino pada Juli - November 2023.

"Tren kasus DBD akan meningkat pasca el nino dan pola kenaikan per bulannya khas pada musim penghujan dan sama dari tahun ke tahun akan mulai meningkat Desember, puncak April, lalu kembali turun," kata Ngabila saat dihubungi, Rabu.

Dokter Ngabila Salama saat ditemui di RSUD Tamansari, Jakarta Barat, belum lama ini.
Dokter Ngabila Salama saat ditemui di RSUD Tamansari, Jakarta Barat, belum lama ini. (WartaKota/Miftahul Munir)

Menurutnya, nyamuk penyebab DBD menyebar karena terjadi peningkatan kelembaban udara atau relative humidity (RH). Sehingga nyamuk lebih mudah berkembang biak.

 "Selain itu juga kontainer berisi air bisa menjadi tempat berkembang biak jentik. Tetesan air hujan juga menjadi media perkembangan nyamuk," jelasnya.

Oleh karena itu, Ngabila menyarankan agar masyarakat mulai gencar melakukan pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Baca juga: Anak-anak Rentan Diserang, Dr Ngabila Imbau Orangtua Lakukan Hal Ini Agar Terhindar dari Nyamuk DBD

Di antaranya dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), vaksinasi, hingga program G1R1J atau gerakan 1 rumah 1 kader jumantik dengan menunjuk petugas PSN.

"Dan melakukan dengan prinsip 3 x 10 setiap Jumat pagi. Apa itu 3 x 10? Jam 10 pagi, durasi 10 menit efektif, selama minimal 10 minggu," kata Ngabila.

"Jam 10 pagi karena nyamuk DBD aktif pada pagi jari pukul 08.00 - 10.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 - 17.00 WIB," pungkasnya. (m40)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved