Pilpres 2024

Saksi Ganjar-Mahfud Ungkap Kader PDIP Diancam Ditembak Diduga Aparat saat Kunjungan Jokowi ke DIY

Endah mengungkapkan bahwa salah satu kader Pengurus Anak Cabang (PAC) PDI-P diancam ditembak oleh aparat yang ngaku pengamanan presiden saat Jokowi

Warta Kota/Rafsanjani Simanjorang
Ganjar Pranowo, Mahfud MD hadir bersama dengan kuasa hukumnya dalam sidang perdana sengketa pemilu presiden dan wakil presiden di gedung Mahkamah Konstitusi. Saksi Ganjar-Mahfud Ketua DPC PDI-P Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengungkapkan bahwa salah satu kader Pengurus Anak Cabang (PAC) PDI-P diancam ditembak oleh aparat yang mengaku bagian dari pengamanan presiden. Peristiwa itu katanya terjadi ketika Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 30 Januari 2024 lalu. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Ketua DPC PDI-P Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengungkapkan bahwa salah satu kader Pengurus Anak Cabang (PAC) PDI-P diancam ditembak oleh aparat yang mengaku bagian dari pengamanan presiden.

Peristiwa itu katanya terjadi ketika Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 30 Januari 2024 lalu.

Endah mengungkapkan hal itu saat dihadirkan sebagai saksi pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di Gedung MK, Jakarta, Selasa (2/4/2024).

Endah menceritakan, kejadian bermula  ketika kader PDI-P mendapatkan intimidasi dari dua orang aparat yang mengaku sebagai tim pengawal Presiden.

Aparat tersebut, katanya tengah mempersiapkan kabupaten Gunungkidul untuk lokasi kunjungan presiden.

Kader itu menolak menurunkan bendera PDI-P usai aparat melarang agar tidak mengibarkan bendera di area Jokowi akan melintas.

Baca juga: Tim Hukum Ganjar-Mahfud MD Seret Juga Kapolri di Sidang MK Gugatan Pilpres 2024

Karena menolak, dua aparat tersebut minta bertemu dengan penanggung jawab dari PDI-P.

Keduanya pun bertemu dengan Endah.

"Akhirnya terjadi dialog diskusi dan negosiasi yang kami dipaksa untuk menurunkan bendera. Dengan tegas kami menolak karena yang bersangkutan tidak bisa menunjukkan aturan bahwa Presiden akan datang dan melintas kami diminta menurunkan bendera," kata Endah memberikan kesaksian dalam sidang sengketa, Selasa sore.

Singkat cerita dalam perjalanannya ke Gunungkidul, ia mendapatkan telepon bahwa ada relawan yang ditangkap dan dipukuli, kemudian dianiaya karena membentangkan spanduk Ganjar-Mahfud.

Saat itu, tidak ada yang berani menolong.

Selanjutnya, Endah menelepon salah satu kader PAC Kecamatan Ponjong, Emanuel Apriyanto Purnawijaya untuk mencoba menegosiasi dengan aparat tersebut.

"Tetapi negosiasi ini gagal dilakukan Imanuel, bahkan Imanuel telepon bahwa dia diancam akan ditembak," tutur Endah.

Mendengar kabar tersebut, Endah emosi.

Simpatisan tidak boleh dipukuli dan dihakimi mengingat Indonesia adalah negara Pancasila, meski dianggap membahayakan objek oleh aparat tersebut.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved