Berita Nasional

AHY Bersyukur Dikhianati, Waketum Nasdem: Jika Cari Kursi Menteri Memang Bukan di Koalisi Perubahan

Sentil AHY, Nasdem sebut Demokrat memang tidak pantas berada di Koalisi Perubahan. Semakin nyata Demokrat hanya cari kursi menteri.

Editor: Rusna Djanur Buana
KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA A
Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali usai pertemuan dengan PKB di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2023). Ali menyebut Partai Demokrat dan AHY memang tidak layak di Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan, karena hanya berorientasi pada kursi menteri. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Partai Nasdem menilai Partai Demokrat memang tidak pantas berada di Koalisi Perubahan jika tujuannya mendapatkan jatah kursi menteri di pemerintahan.

Koalisi Perubahan akan tetap konsisten mengusung perubahan apapun yang akan terjadi.

Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Nasdem Ahmad Ali menegaskan, Koalisi Perubahan memang tidak bertujuan merebut kursi menteri.

“Jadi kalau tujuannya ikut berdemokrasi hanya sekadar cari kursi menteri ya memang bukan di Koalisi Perubahan,” kata Ali saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu (24/3/2024).

Pernyataan itu disampaikan Ali untuk merespons pernyataan AHY yang menyebut partainya bakal hancur lebur jika saja tidak keluar dari Koalisi Perubahan.

Baca juga: AHY Mengaku Bersyukur Bergabung ke Kubu Prabowo: Coba Masih di Tempat Lama, Hancur Lebur Kita

Pernyataan AHY bahwa partainya tidak hancur lebur karena keluar dari koalisi sebelumnya disampaikan dalam Silaturahmi dan Buka Bersama Partai Demokrat di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Sabtu, 23 Maret 2024.

AHY lantas mengaku bersyukur dan mendapatkan banyak hikmah setelah bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo Subianto, pemenang Pilpres 2024.

“Banyak sekali hikmahnya, sekali lagi kita bayangkan coba kita masih di tempat (koalisi) yang sama, hancur lebur,” ujar AHY, Sabtu.

Seperti diketahui Demokrot awalnya berada di kubu Koalisi Perubahan bersama Partai Nasdem dan PKS. Koalisi ini mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden.

Saat itu, AHY sebagai kandidat terkuat sebagai calon wakil presiden mendampingi Anies.

Namun di tengah perjalanan terjadi keguncangan politik. Nasdem main mata dan bermanuver dengan PKB.

Keduanya kemudian mengusung Anies dan Muhaimin Iskandar di Pilpres.

Baca juga: Prabowo-Gibran Menang Pilpres, AHY: Jangan Lupa, Ada Peran SBY yang Rajin Turun Gunung

Padahal awalnya Muhaimin sudah menjalin kerja sama dengan Partai Gerindra dan sepakat mengusung Prabowo sebagai Presiden.

Namun nama Cak Imin tak kunjung dideklarasikan sebagai pendamping Prabowo.

Hal itu yang membuat PKB akhirnya bergabung dengan koalisi perubahan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved