Pilpres 2024
Disebut Anies saat Debat Capres, Ini Kisah Ayah Harun Al-Rasyid Cari Keadilan selama Lima Tahun
Saat acaa debat Cpres, Selasa (12/12/2023), Anis Baswedan membawa keluarga Harun Al-Rasyid yang berjuang keras mencari keadilan.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Duduk di depan pigura putranya yang kini tinggal nama, Didin Wahyudin (50) menyampaikan rasa lelahnya berjuang mengemis keadilan selama lima tahun ke belakang.
Bukan tanpa sebab dirinya masih berduka. Pasalnya, putra semata wayangnya bernama Harun Al-Rasyid, meninggal dunia secara tragis dalam kerusuhan Pemilu 21-22 Mei 2019 lalu.
Baca juga: Komitmen Prabowo Basmi Korupsi demi Entaskan 25 juta Warga Indonesia yang Hidup Miskin Tuai Pujian
Diceritakan Didin, putranya kala itu masih berusia 15 tahun. Dia tewas dengan luka tembak yang menembus ke dada bagian kiri.
Namun meski meninggal dengan tragis, namun hingga kini kasus tersebut tidak kunjung menemukan titik terang terkait siapa yang melepaskan pelatuk pistol ke tubuh Harun.
Alih-alih mengantongi nama pelaku, hati Didin justru teriris lantaran putranya hingga kini dilabelkan sebagai perusuh dan pembuat onar.
"Sampai saat ini belum ada kejelasannya tentang tragedi ini. Lima tahun ke belakang saya kan berjuang mencari keadilan namun terseok-seok dan enggak ada kepastian," kata Didin saat ditemui di rumahnya, Jalan Duri Mas Barat 1, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (14/12/2023).
Baca juga: Anies Sebut Prabowo tak Kuat Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Dia Pernah? Dia cuma Rajin Kuliah
Sepengetahuannya, kala itu Harun hanya izin hendak bermain layang-layang bersama temannya pada 21 Mei 2019.
Namun entah apa yang terjadi, putranya itu justru tidak kunjung pulang ke rumah hingga semalaman penuh.
"Izinnya sih dia bikin layangan ke ibunya, minta uang Rp 5.000 buat beli kertas layangan. Memang dia lagi buat layang-layang. Mungkin dijemput temannya atau bagaimana saya enggak tahu," ungkap Didin.
Dengan penuh rasa khawatir, Didin pun berkelana dan mencari keberadaan putranya.
Saat itu, tidak ada dering telepon ataupun pesan singkat yang diterimanya dari pihak manapun.
Semakin putus asa dibuatnya, Didin memutuskan untuk mengirimkan foto sang putra ke grup-grup WhatsApp.
Baca juga: Tiba di Jambi, Warga Histeris Teriaki Anies Presiden, Anies pun Terharu
Harapannya, ada titik terang keberadaan sang putra yang sudah dua hari tak nampak batang hidungnya.
"Karena saya sudah lelah mencari anak saya ke mana-mana, ke rumah temannya, enggak ada, akhirnya saya share (bagikan) ke grup WhatsApp. Di situ saya kirimkan foto anak saya ke grup itu," kata Didin.
"Tidak lama ada kabar, mengirimkan foto almarhum sedang terbujur di rumah sakit Dharmais. Korban ditembak polisi. Cuman pas saya tanya ke sana katanya sudah tidak ada di Dharmais, dibawa ke RS Kramatjati," lanjutnya.
Seketika itu juga, dunianya seakan runtuh. Dia tak menyangka putranya yang baru duduk di bangku kelas 1 SMP itu, harus meregang nyawa dengan cara yang tragis.
Yang mana setelah ia telusuri lewat tayangan televisi, diketahui jika Harun tewas tertembak di tengah kerusuhan politik di kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Ironisnya, tubuh mungil Harun saat itu ditemukan di sebuah gorong-gorong dalam kondisi berlumuran darah.
Akan tetapi, Didin sesungguhnya sedikit heran dan bertanya-tanya bagaimana sang putra bisa berada di tengah kerumunan itu.
"Harun Al-Rasyid anak umur 15 tahun, belum ada ikut berpolitik. Masih anak-anak sekolah SMP kelas 1. Dia diajak temannya main, saya juga tidak tahu berangkatnya, setelah itu saya tidak tahu apa yang terjadi. Kembali pulang sudah jadi jenazah," ungkapnya pilu.
Apalagi, Harun dikenal sebagai sosok pria yang sholeh. Dia bahkan kerap ikut majelis taklim, pengajian, hingga hadroh.
Sehingga di matanya, tidak mungkin Harun ikut merusuh dan menantang aparat penegak hukum. Terlebih, di tengah suasana politik yang tengah berlangsung di Republik Indonesia.
"Bisa dinarasikan aja sendiri Harun perusuh atau bukan? Anak 15 tahun berhadapan dengan kepolisian yang punya senjata lengkap, tameng, pakaian juga anti peluru. Masa anak 15 tahun bisa melakukan seperti itu?" tanya Didin menohok.
Alih-alih membahas soal anaknya yang dituding sebagai perusuh, Didin justru kecewa dengan perlakuan penegak hukum yang dianggapnya tidak bertanggung jawab.
"Penyelenggara ini yang harus bertanggung jawab. Antara Jokowi dan Prabowo salah satunya di situ ada Tito Karnavian sebagai Kapolri, mereka yang harus bertanggungjawab, tapi justru menyalahkan kami bahwa Harun perusuh," ungkap Didin.
"Lah tapi kalau (pun iya), apa memang berhak anak 15 tahun dibunuh Seharusnya kalau merusuh diamankan lah atau apa, tidak ada hak untuk membunuh. Setelah membunuh apa yang terjadi? Mereka mengabaikan," imbuhnya.
Pengabaian kasus itu yang membuat Didin hingga kini berjuang untuk menegakkan keadilan untuk putranya.
"Meninggalnya anak saya ikhlas ridho, tapi untuk perlakuannya itu harus (diselesaikan), ini kan negara hukum, sampai kapanpun saya enggak ikhlas saya akan tuntut. Di dunia enggak dapat, saya kejar sampai akhirat," pungkasnya.
Untuk informasi, Harun Al-Rasyid merupakan seorang remaja berusia 15 tahun diketahui menjadi salah satu korban tewas dalam kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta beberapa waktu lalu.
Tewasnya Harun menjadi pertanyaan banyak pihak, mengingat usianya yang tergolong masih belia.
Saat debat calon presiden (capres) perdana di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (12/12/2023), Anies Baswedan kembali mengangkat nama Harun Al-Rasyid lagi lantaran menganggap kasusnya masih kabur hingga hari.
"Dan tidak kalah penting, hadir bersama saya di sini, ayahnya Harun Al Rasyid. Harun Al Rasyid adalah anak yang meninggal, pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019 yang menuntut keadilan pada saat itu. Protes hasil pemilu," ucap Anies dalam debat pilpres perdana di KPU.
"Apa yang terjadi? Dia tewas sampai dengan hari ini, tidak ada kejelasan. Apakah ini akan dibiarkan? Tidak, ini harus dibiarkan," lanjutnya.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
| Tim Sinkronisasi Prabowo-Gibran Tegaskan Pemangkasan Makan Bergizi Rp 7.500 Cuma Isu |
|
|---|
| Gibran Mundur dari Wali Kota Solo, Mardani Ali Sera Sebut Perlu Banyak Menyerap dan Siapkan Diri |
|
|---|
| Menko PMK Muhadjir Sebut Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Sudah Dibahas Dalam Rapat Kabinet |
|
|---|
| AHY Dukung Prabowo Tambah Pos Kementerian dan Tak Persoalkan Berapa Jatah Menteri untuk Demokrat |
|
|---|
| Prabowo-Gibran Ngopi Santai di Hambalang, Gerindra: Sangat Mungkin Bahas Format dan Formasi Kabinet |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.