Krisis Jalur Gaza

AS Kirim Dua Pasukan Elit Delta Force dan SEAL ke Jalur Gaza, Pernah Bunuh Osama bin Laden

Amerika Serikat mengirim dua tim elit Delta Force dan SEAL untuk membantu Israel di Jalur Gaza. Tim ini sukses membunuh Osama bin Landen

Editor: Rusna Djanur Buana
Departemen Pertahanan AS via wbtv.com
Pasukan Elit SEAL Amerika Serikat Diterjunkan ke Israel 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Pemerintah Amerika Serikat mengirim dua pasukan elit Delta Force dan Grup 6 SEAL untuk membantu tentara Israel dalam pertempuran di Jalur Gaza.

Tugas utama mereka adalah menyelamatkan warga AS yang disandera milisi Hamas.

Pada saat bersamaan ratusan pasukan cadangan IDF telah tiba di Bandara John F Kennedy menjawab seruan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Dua pejabat senior militer AS mengatakan kepada The Messenger bahwa 'tim pendobrak' telah disiagakan di negara terdekat di Eropa, siap membantu Israel jika diperlukan dalam pertempuran melawan Hamas.

Korban tewas di Israel meningkat menjadi 1.200 pada hari Selasa.

Baca juga: Jenazah Wanita yang Diarak Hamas Ternyata Artis Tato asal Jerman, AS Kirim Kapal Perang ke Israel

Sumber-sumber militer mengatakan kepada situs tersebut bahwa saat ini tidak ada indikasi pasukan khusus AS akan dikirim ke Israel, namun mereka hanya berjarak beberapa jam perjalanan dengan pesawat jika diperlukan.

Para pejabat militer tidak mau memastikan unit mana yang sedang disiapkan, namun mengatakan bahwa unit-unit tersebut berada di bawah Komando Operasi Khusus Gabungan.

Dua unit kontraterorisme utama di bawah Komando Operasi Khusus Gabungan adalah Pasukan Delta Angkatan Darat, dan Tim Enam SEAL Angkatan Laut, tim yang dikirim untuk membunuh Osama bin Laden.

Lloyd Austin, Menteri Pertahanan, mengatakan pada hari Selasa bahwa AS juga telah mengirimkan perunding sandera untuk membantu spesialis Israel.

Dua puluh orang Amerika masih hilang di Israel setelah serangan Hamas akhir pekan lalu, termasuk beberapa orang yang keluarganya mengatakan mereka telah disandera.

Austin mengatakan AS memiliki 'orang-orang di lapangan' yang akan membantu pemerintah Israel 'dengan intelijen dan perencanaan' untuk operasi potensial yang melibatkan upaya penyelamatan sandera.

Para perunding sandera AS akan bekerja bersama tim yang sudah ada, yang bekerja di Kedutaan Besar AS di Tel Aviv, The Messenger melaporkan.

Austin mengatakan Pentagon memiliki 'sel penghubung' di Israel yang bekerja dengan pasukan operasi khusus Israel.

Austin juga mengatakan AS memiliki kemampuan untuk 'dengan cepat mengerahkan sumber daya lain ke kawasan ini.'

Kirim kapal induk

Presiden Joe Biden telah mengirimkan kapal induk U.S.S. Gerald R. Ford dan lima kapal penjelajah dan kapal perusak berpeluru kendali ke tempat kejadian, dan mereka tiba pada hari Selasa.

“Kedatangan pasukan berkemampuan tinggi ini ke wilayah tersebut merupakan sinyal pencegahan yang kuat jika ada pihak yang memusuhi Israel, dan mencoba mengambil keuntungan dari situasi ini,” kata Jenderal Michael 'Erik' Kurilla, yang mengawasi Komando Pusat AS.

Pada hari Minggu, Austin mengatakan bahwa kapal perang tersebut membawa pesawat tempur Angkatan Udara AS 'untuk meningkatkan upaya pencegahan regional', sebuah upaya untuk menghalangi Iran atau Hizbullah mengambil keuntungan dari konflik tersebut dan bergabung.

Pada hari Senin, seorang pejabat senior pertahanan mengatakan kelompok penyerang sangat mungkin melakukan 'misi spektrum penuh, mulai dari pengumpulan intelijen, dominasi maritim, hingga serangan jarak jauh, akan memastikan Amerika Serikat siap untuk menanggapi segala kemungkinan dan meminimalkan risiko.

Konflik yang tersebar lebih luas yang akan mengancam stabilitas.'

Pentagon juga sedang mempertimbangkan untuk memasok lebih banyak senjata kepada Israel, dan bekerja sama dengan kontraktor pertahanan untuk meningkatkan produksinya.

“Peningkatan postur ini dimaksudkan sebagai demonstrasi nyata dalam tindakan dan tidak hanya dalam kata-kata dukungan AS terhadap pertahanan Israel dan berfungsi sebagai sinyal pencegah bagi Iran, Hizbullah Lebanon, dan proksi lainnya di kawasan, yang mungkin mempertimbangkan untuk mengeksploitasi Israel," kata pejabat itu seperti dilandir Daily Mail.

'Musuh-musuh itu harus berpikir dua kali.'

Baca juga: Hamas Janji Eksekusi Tawanan jika Israel Melakukan Serangan ke Jalus Gaza Tanpa Peringatan

Di New York City pada hari Senin, ratusan anggota pasukan cadangan IDF berkumpul untuk naik pesawat kembali ke Israel untuk bergabung dalam pertempuran.

Negara ini telah mengerahkan lebih dari 300.000 tentara cadangan untuk melakukan apa yang disebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai 'serangan besar-besaran' terhadap kelompok teror Hamas.

Sementara itu Hamas pada Selasa (10/10/2023) mengonfirmasi bahwa dua tokoh seniornya tewas dalam serangan militer Israel di Jalur Gaza.

Kedua tokoh tersebut adalah Zakaria Muammar yang memimpin bagian ekonomi, dan Jawad Abu Shamala koordinator hubungan dengan faksi-faksi lainnya sebagai kepala departemen hubungan nasional.

Hamas menggambarkan mereka sebagai pemimpin senior dan anggota biro politik kelompok tersebut.

Dikutip Kompas.com dari kantor berita AFP, militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa keduanya tewas dalam serangan udara semalam.

Militer Israel menyebut Muammar adalah orang kepercayaan Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza. Adapun Shamala dikatakan memimpin sejumlah operasi yang menargetkan warga sipil dan negara Israel.

Jumlah korban tewas dalam perang Hamas-Israel naik menjadi 1.908 orang dan 7.928 luka-luka. Sebelumnya, nyawa yang terenggut di kedua pihak kurang dari 1.500 orang.

Kementerian Kesehatan Palestina pada Selasa (10/10/2023) menyampaikan, jumlah korban di Gaza meningkat menjadi 900 orang tewas dan 4.500 terluka akibat serangan balasan Israel.

Serangan udara Israel dimulai sebagai tanggapan serangan mendadak Hamas pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Kemenkes Palestina menyampaikan, korban tewas termasuk 260 anak-anak dan 230 perempuan, mencakup 22 keluarga yang terbunuh secara keseluruhan.

"Sebanyak 15 paramedis dan 20 jurnalis juga terluka," kata Kementerian Kesehatan Palestina, dikutip dari AFP.

Terburuk dalam 75 tahun

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan, lebih dari 260.000 orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka di Jalur Gaza karena pengeboman oleh Israel.

Pertempuran sengit telah menewaskan ribuan orang di kedua belah pihak sejak Hamas melancarkan serangan mendadak pada Sabtu (7/10/2023), yang memicu kampanye pengeboman balasan Israel.

"Lebih dari 263.934 orang di Gaza diyakini telah meninggalkan rumah mereka," kata OCHA, dalam sebuah update pada Selasa (10/10/2023).

OCHA memperingatkan, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat karena gejolak perang Hamas-Israel masih berlangsung. Dikatakan, sekitar 3.000 orang telah mengungsi karena eskalasi sebelumnya, sebelum hari Sabtu.

Lebih dari 1.000 orang dilaporkan telah terbunuh di Israel dalam serangan terburuk dalam 75 tahun sejarah negara tersebut, sedangkan para pejabat Gaza melaporkan 900 orang tewas sejak serangan udara dimulai.

"Kampanye pengeboman telah menghancurkan lebih dari 1.000 unit rumah, dan 560 di antaranya rusak parah sehingga tidak dapat dihuni," kata OCHA, mengutip pihak berwenang Palestin.

Menurut catatan OCHA, di antara mereka yang mengungsi, hampir 175.500 orang mencari perlindungan di 88 sekolah yang dikelola oleh badan PBB yang membantu para pengungsi Palestina, UNRWA.

Lebih dari 14.500 orang lainnya mengungsi ke 12 sekolah pemerintah, sementara hampir 74.000 orang diperkirakan tinggal bersama kerabat dan tetangga atau mencari tempat berlindung di gereja-gereja dan fasilitas-fasilitas lainnya.

"Jumlah pengungsi di dalam Gaza merupakan jumlah pengungsi tertinggi sejak eskalasi permusuhan selama 50 hari di tahun 2014," kata laporan OCHA tersebut.

OCHA pun memperingatkan, memenuhi kebutuhan dasar menjadi semakin sulit bagi mereka yang belum mengungsi. Israel telah memberlakukan apa yang disebutnya "pengepungan total" di Jalur Gaza yang sudah diblokade, memutus pasokan makanan, air, bahan bakar, dan listrik.

Itu adalah sebuah langkah yang diperingatkan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres akan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved