Pilpres 2024

Prabowo Subianto Dapat Dukungan Santri, Kiai, dan Pemuka Agama di Jatim, Pengamat: Persepsi Publik

Pengamat Politik Salahudin akui belakangan ini Prabowo Subianto terus mendapat dukungan dari kalangan santri, kiai hingga para pemuka agama di Jatim.

Editor: PanjiBaskhara
Istimewa
Pengamat Politik Salahudin akui belakangan ini Prabowo Subianto terus mendapat dukungan dari kalangan santri, kiai hingga para pemuka agama di Jawa Timur (Jatim). Foto: Bacapres Prabowo Subianto di acara Mata Najwa 

WARTAKOTALIVE.COM - Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto terus mendapatkan dukungan jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Kali ini, Prabowo Subianto terus mendapatkan dukungan dari kalangan santri, kiai hingga para pemuka agama yang ada di Jawa Timur (Jatim).

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Malang, Salahudin sebut belakangan ini, Prabowo Subianto terus berupaya secara masif untuk mendapatkan dukungan dari para kiai di Jatim.

Salahudin mengatakan melihat persepsi publik belakangan ini mengarah kepada dukungan dari para santri dan kiai untuk Prabowo Subianto, bukan ke cawapres untuk Anies Baswedan, Abdul Muhaimin Iskandar alias Gus Imin atau Cak Imin.

Baca juga: Cegah SBY Ingin Turun Gunung di Pilpres 2024, Prabowo: Ngarang Aja, Beliau Senior

Baca juga: Pengamat Sebut Dukungan Gus Miftah Bikin Kans Prabowo Subianto Raup Suara di Jawa Timur Makin Besar

Baca juga: Prabowo Subianto Disebut Figur Capres Berdaulat, Pengamat: Memprioritas Rakyat, Bukan Parpol

"Saya melihat persepsi publik bahwa Cak Imin tidak didukung oleh para kiai, justru sebaliknya para kiai mendukung Prabowo," kata Salahudin, Rabu (20/9/2023).

Dukungan untuk Prabowo di Jatim terus mengalir deras belakangan ini. Seperti yang baru-baru ini terlaksana, Prabowo Subianto didoakan serta didukung oleh puluhan ribu santri dan kiai yang berasal dari Jawa Timur.

Adapun dukungan tersebut disuarakan kepada Prabowo dalam acara ‘Jawa Timur Bermunajat untuk H Prabowo Pemimpin Berdaulat dan Petugas Rakyat, di Pondok Pesantren (Ponpes) An Nur 2, Kabupaten Malang, Jawa Timur beberapa waktu yang lalu.

Dukungan yang diterima Prabowo itu terus membuat elektabilitasnya semakin tinggi.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Surabaya Research Syndicate (SRS) periode 3 – 12 September 2023, Prabowo masih bertengger di urutan pertama dengan total elektabilitas mencapai 43,8 persen.

Kemudian, diikuti Capres PDIP Ganjar Pranowo dengan 39,7 persen dan Capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dengan 15,2 persen.

Dukungan Gus Miftah Bikin Kans Prabowo Subianto Raup Suara di Jawa Timur Makin Besar

Capres Prabowo Subianto, diketahui memiliki kedekatan dengan Ulama kharismatik, KH Maulana Miftah Habiburrahman atau Gus Miftah.

Adanya kedekatan itu dinilai membuat kans Menteri Pertahanan tersebut untuk meraup suara di Jawa Timur semakin membesar.

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Malang, Salahudin akui, kedekatan Prabowo Subianto dengan Gus Miftah berpotensi memperbesar kans kemenangan Prabowo di Jawa Timur semakin besar.

"Apa yang dilakukan Prabowo dalam pertemuan itu bagian dari strategi Prabowo Subianto untuk membangun image bahwa Prabowo mendapatkan dukungan dari Gus Miftah," kata Salahudin, Rabu (16/9/2023).

Kedekatan Prabowo Subianto dengan Gus Miftah memang tidak perlu diragukan lagi.

Kedekatan tersebut diyakini banyak kalangan memang sudah terjalin cukup lama.

Tak hanya dekat dengan Gus Miftah, Prabowo Subianto juga dekat dengan tokoh NU lainnya yaitu Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya.

Bahkan, Prabowo Subianto dan Habib Luthfi sempat berkolaborasi di dalam rangkaian acara bertajuk Muktamar Sufi Internasional di Pekalongan, Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu.

Kedekatan Prabowo Subianto dengan tokoh-tokoh NU di Jawa Tengah dan Jawa Timur, memang berpotensi mendongkrak elektabilitas jelang Pilpres 2024.

Merujuk pada hasil survei yang dilakukan Surabaya Research Syndicate (SRS) periode 3-12 September 2023, Prabowo Subianto duduki peringkat pertama dengan total elektabilitas mencapai 43,8 persen.

Kemudian disusul Capres PDIP Ganjar Pranowo dengan 39,7 persen suara dan Capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dengan 15,2 persen suara.

Oleh karena itu, Salahudin menggaris bawahi jika saat ini Prabowo berkomitmen untuk terus menambah pundi-pundi dukungannya di Jawa Timur.

Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan terus berkomunikasi secara intensif dengan tokoh-tokoh NU di Jawa Timur.

"Dalam rangka itu, Pak Prabowo mencoba berkomunikasi dengan intensif dengan tokoh-tokoh NU yang relatif memiliki pengaruh yang cukup kuat di kalangan NU," ujar Salahudin.

Figur Capres Berdaulat

Calon Presiden (capres) Prabowo Subianto dinilai beberapa kalanan adalah sosok pemimpin pilihan rakyat.

Hal ini dikarenakan sosok Prabowo Subianto yang memiliki kedaulatan penuh dalam posisi yang saat ini diembannya sebagai menteri maupun ketum partai politik (Parpol).

Prabowo Subianto merupakan seorang Ketua Umum Partai Gerindra, sehingga berdaulat terhadap partainya.

Prabowo Subianto juga dilihat sebagai sosok yang sangat independent dan lebih memprioritaskan kepentingan rakyat.

Sikap Prabowo Subianto yang seperti itu membuatnya menjadi sosok capres harapan masyarakat Indonesia.

Maka, Prabowo Subianto dinilai sangat layak menjadi presiden Indonesia selanjutnya.

"Dia itu ketum partai ya, okeh karena itu Prabowo lebih berdaulat untuk misalnya secara independent dia memprioritaskan kepentingan rakyat bukan parpol," kata Direktur Eksekutif Survei and Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara Rabu (20/9/2023).

Igor melihat Prabowo Subianto memiliki wewenang penuh terhadap partai dan koalisinya.

Hal ini menjadikannya tidak bisa diintervensi ataupun disetir oleh pihak manapun.

"Jadi dia yang mengatur parpol, jadi dia mengatur Gerindra bukan Gerindra yang mengatur Prabowo," ujarnya.

Meski demkian, Prabowo Subianto tetap menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.

Terbukti Menteri Pertahanan tersebut selalu mengutamakan musyawarah mufakat bersama partai koalisinya dalam menentukan arah jelang Pilpres 2024 mendatang.

"Begitu juga dengan koalisi Pak Prabowo itu lebih demokratis dan misalnya untuk memutuskan siapa cawapresnya itu, dia kan melakukan proses yang lebih demokratis," pungkas Igor.

Suara Pemilih dari Kelompok Islam Politik

Partai Demokrat bakal resmi deklarasikan bergabungnya ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendukung bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto.

Partai Demokrat berpaling dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan setelah Bacapres Anies Baswedan gandeng Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Imin alias Cak Imin, sebagai bakal calon wakil presiden (Bacawapres).

Pengamat Politik, Ray Rangkuti menilai dengan bergabungnya Partai Demokrat KIM, nantinya Anies Baswedan semakin sulit kuasai basis suara tradisional, dari kelompok Islam Politik.

Menurut Ray, perpaduan Prabowo Subianto dan SBY merupakan perpaduan dua tokoh yang relatif banyak bersentuhan dengan kelompok-kelompok Islam politik.

"Situasi ini akan berdampak makin sulitnya Anies Baswedan mendapatkan basis suara tradisionilnya, yakni kelompok Islam Politik."

"Besar kemungkinan, pemilih dari Islam politik akan mengalihkan dan menjatuhkan suara ke Prabowo," ucap Ray Rangkuti, pada Rabu (20/9/2023).

Menurut Ray, kelompok Islam Politik itu juga terhalang masuk ke Anies Baswedan karena terhalang saat gabungnya Abdul Muhaimin Iskandar menjadi cawapres Anies.

"Pada saat yang sama, mereka juga punya halangan masuk ke pasangan Anies disebabkan kehadiran Cak Imin," ujarnya.

Sementara dengan suara Ganjar Pranowo, kata dia, tidak akan berdampak sama sekali, mengingat pemilih Ganjar Pranowo umumnya tidak berasal dari pemilih Anies, Prabowo, apalagi AHY.

"Sehingga tidak ada dampak signifikan atas kehadiran Demokrat di koalisi Pak Prabowo," jela dia.

Ray Rangkuti menilai mayoritas pemilih Ganjar Pranowo umumnya berada di garis tengah, nasionalis atau Islam moderat.

Bahkan, persatuan kembali Demokrat dengan Gerindra dinilai dapat mensolidkan pemilih Ganjar karena dirasa koalisi Ganjar tidak abu-abu.

Sebaliknya, kata dia, bergabungnya partai berlambang Mercy itu akan menyulitkan koalisi Prabowo, sebab jargon Demokrat adalah perubahan.

"Maka gabungnya penganut pelanjut kebijakan Pak Jokowi di satu segi, tapi juga ada jargon perubahan di segi lain, seperti menyatukan dua sisi yang berbeda. Maka kesan abu-abunya jadi kuat," jelas dia.

Prabowo Subianto Mengaku Setiap Hari Diejek Guru

Calon Presiden 2024 Prabowo Subianto sempat merefleksi diri dengan berbicara dihadapan cermin saat hadir di acara adu gagasan di Mata Najwa, Selasa (19/9/2023) malam.

Berbeda dengan Capres Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, Prabowo tidak mau berbicara dihadapan cermin.

Padahal Najwa Shihab sudah berulang kali meminta agar menghadap ke cermin besar yang telah disiapkan.

"Sebentar, saya sudah berkaca, saya ingat, saya mau cerita," kata Prabowo di UGM, Selasa (19/9/2023) malam.

Prabowo menceritakan, dirinya lahir tahun 1951 di mana kedaulatan Indonesia baru diserahkan dua tahun saat itu.

Kemudian saat usia 24 tahun ia sudah menjadi salah satu komandan TNI dan membawa anak buahnya untuk berenang di Manggarai.

Ia melihat di kolam renang itu ada dinding terbuat dari marmer ditutupi oleh lumut.

"Di dinding itu ada tulisan anjing dan pribumi dilarang masuk kolam renang, itu tahun 1975 saya baca," tegas Prabowo.

Mantan prajurit TNI menjelaskan, pada zaman dahulu rakyat Indonesia dijajah, dibantai, diperbudak, dimiskinkan dan dianggap lebih rendah dari anjing.

Ia pun membeberkan pengalamannya ketika diminta refleksi oleh Najwa Shihab di hadapan ribuan mahasiswa dan dosen UGM.

Prabowo mengaku pernah hidup di tengah-tengah orang Eropa dan ia mengingat saat itu bukan keturunan kulit putih.

"Setiap hari saya diejek sama guru saya, setiap hari saya dibilang bangsa monyet ini itu, saya sekolah di beberapa negara selalu dibilang seperti itu, rakyat pun tinggal di pohon, saya mengalami," terangnya.

Oleh karena itu, ia mengungkapkan isi hati ketika diminta refleksi diri yaitu ingin melihat Indonesia sebagai negara bermartabat, terhormat, tidak ada kemiskinan dan rakyatnya gembira sebelum ia meninggal.

Pria berkemeja putih ini tidak mau bangsa Indonesia dihina secara terus menerus oleh negara lain.

"Saya ingin bangsa saya terhormat berdiri di atas kaki sendiri, saya ingin melihat adik-adik saya semuanya pakai buatan Indonesia, itu yang saya cita-citakan," jelasnya.

(Wartakotalive.com/CC/M26)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved