Pungli Obat

Bukan Hanya Soal Susu, Chintia Keluhkan Pungli Obat di RSAB Harapan Kita, meski Ditanggung BPJS

Chintia Suciati, mengeluhkn praktik pungli obat di RSAB Harapan Kita, yang dialami pasien BPJS. Dia berharap pemerintah turun tangan.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Valentino Verry
Wartakotalive.com/ Nuri Yatul Hikmah
Nala, bayi dua bulan berjuang menghadapi fase kritisnya di NICU RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, karena suster lalai beri susu formula. Tidak itu saja, orangtua Nala juga dipungli saat membeli obat-obatan. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Ibu kandung bayi berusia dua bulan yang kritis di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Chintia Suciati (29) bercerita bahwa bukan hanya perkara salah ganti susu formula yang membuatnya naik pitam.

Melainkan, adanya pungutan liar terkait obat-obatan dan peralatan medis yang harus digunakan putrinya Lanala Ayudisa Halim, sebelum kritis dan masuk ruang Prediatic Care Unit (PICU).

Padahal, kata Chintia, obat-obatan itu seharusnya ditanggung penuh BPJS.

Baca juga: Humas RSAB Lindungi Suster yang Bikin Bayi 2 Bulan Kritis: Bukan Perawat, Kami Punya SOP!

Kisah tersebut bermula kala putri kecilnya masuk ke RSAB Harapan Kita pada 12 Juli 2023.

Kala itu, Nala ditempatkan di salah satu ruang rawat inap selama dua minggu lamanya.

Alih-alih mendapat kabar perkembangan Nala, tepat pada tiga minggu Nala dirawat, Chintia justru diminta untuk membeli peralatan medis dan obat oleh rumah sakit.

"Kami juga disuruh beli stoma bag, obat, stomasif buat penempelan pastanya, itu berat banget," kata Chintia saat ditemui di rumahnya, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (16/8/2023).

Baca juga: Bukan Susu yang Jadi Penyebab Bayi 2 Bulan Kritis, Ini Penjelasan Humas Rumah Sakit Anak dan Bunda

"Di mana kalau stoma bag di rumah sakit harganya Rp 177.000, kalau stomasif di RS itu Rp 377.000, obat segala macam kami bayar ke sana," imbuhnya.

Kemudian sampailah Chintia di titik yang benar-benar kehabisan uang.

Dia pun melepon suaminya dan berencana membawa pulang Nala.

"Karena saya ditelepon suruh beli stomasif lagi, karena kami udah enggak punya duit, biar Nala hidup dan matinya di tangan kami aja, karena kami udah enggak punya duit," katanya.

Padahal, lanjut Chintia, dirinya memakai BPJS untuk jaminan kesehatan Nala agar tak mengeluarkan uang banyak, lantaran finansialnya tak memadai.

"Kami cuma mengandalkan BPJS, makanya kami kekurangan finansial mengharapkan dari BPJS saja, tapi ternyata ada ini ada itu," keluhnya.

Tak berhenti sampai di situ, suami Chintia pun pada akhirnya mendatangi BPJS untuk memvalidasi kebenarannya.

Betapa terkejutnya Chintia, rupanya semua peralatan dan obat-obatan yang dibelinya itu seharusnya tercover (ditanggung) oleh BPJS.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved