Pilpres 2024
Siap Jadi Single Fighter, PDIP Tak Masalah Jika PPP Ingin Tinggalkan Ganjar Pranowo
PDIP siap jika PPP pergi dan bergabung ke koalisi lain. Tak masalah jadi single fighter hanya karena Sandiaga Uno gagal jadi pendamping Ganjar.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tak gentar dengan ancaman PPP yang bakal meninggalkan mereka.
Sebagai partai pemenang Pemilu 2019, PDIP berhak mencalonkan presiden dan wakil presiden tanpa berkoalisi dengan partai lain.
Pada April lalu PDIP resmi mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden dalam kontestasi Pilpres 2024 tahun depan.
Meski demikian sampai saat ini PDIP belum mengumumkan siapa bakal calon wakil presiden yang akan mendampingi Ganjar.
PPP menyodorkan nama Sandiaga Uno sebagai pendamping Ganjar Pranowo.
Sebagai catatan PPP adalah partai pertama yang melakukan kerja sama dengan PDIP di Pilpres 2024. Perindo dan Hanura menyusul kemudian.
PPP menyebut jika jagoan mereka ditolak PDIP, partai berlambang Ka'bah itu akan mengevaluasi kerja sama dengan Moncong Putih.
Baca juga: Jokowi Dukung Prabowo di Pilpres, Pengamat: Ini akan Buat Hubungan dengan PDIP Menjauh
Sandiaga merupakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP yang sebelumnya merupakan petinggi Gerindra.
Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani, mengungkapkan, ada diskusi internal yang berkembang mengenai ketidakpastian posisi Sandiaga Uno.
Arsul Sani mengatakan, isu ini muncul karena anggota internal PPP mendengar jika Sandiaga Uno mungkin tidak akan dipilih sebagai cawapres Ganjar Pranowo.
"Saat ini, dalam diskursus internal, sedang berkembang pemikiran tentang bagaimana sikap PPP jika ternyata Pak Sandi Uno tidak dipilih sebagai calon wakil presiden.
Hal ini memang tengah diperbincangkan," kata Arsul kepada para wartawan di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, pada Selasa (8/8/2023).
Arsul juga menambahkan, internal PPP telah mendengar tentang isu ketidakpilihan Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden.
Dengan demikian, munculah isu tersebut dalam diskusi internal partai.
Baca juga: PAN Golkar Merapat ke Prabowo Subianto, Ade Armando: Karma untuk Kesombongan PDIP
"Pastilah isu semacam itu akan muncul. Para anggota PPP tentu mendengar tentang kemungkinan Sandiaga tidak dipilih. Begitulah," lanjut dia.
Namun gertakan itu tak membuat PDIP gentar.
Melalui Ketua DPP Ahmad Basarah. PDIP mempersilakan jika Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mempertimbangkan ulang untuk bekerja sama politik dengan PDI-P jika Sandiaga Uno tak jadi diusung sebagai bacawapres mendampingi Ganjar Pranowo.
"Monggo (silakan), lagi-lagi kan bagi PDI Perjuangan kerja sama politik itu dasarnya harus kesukarelaan.
Harus kesukarelaan tidak boleh ada paksaan, apalagi ada ancaman, dan lain sebagainya," kata Basarah di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Basarah menilai, jika sebuah kerja sama politik dilakukan tanpa landasan kesukarelaan, maka akan sulit berjalan.
Berkaitan soal cawapres, Basarah menyebut semua nama yang masuk sebagai kandidat memiliki peluang yang sama, termasuk Sandiaga Uno.
Baca juga: Cara Loyalis Bacapres PDIP Optimalkan Potensi Pemuda Millenial dalam Meningkatkan Perekonomian
"Semua cawapres yang muncul di permukaan publik, mau Pak Sandiaga Uno, mau Pak Mahfud MD, kemudian sekarang Mbak Puan ada menyebut Mbak Yenny Wahid, ada mantan Panglima TNI (Purn) Jenderal Andika Perkasa, kemudian ada Pak Erick Thohir dan banyak lagi," ujar dia.
Oleh karena itu, ia meminta semua pihak menunggu keputusan final hingga pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Pada momen tersebut, jelas Basarah, sudah dapat diketahui siapa saja pasangan calon (paslon) yang akan maju dalam Pilpres 2024.
"Kita tunggu nanti pada akhirnya batas akhir pendaftaran capres-cawapres yang telah diatur KPU, kita lihat bagaimana formasi grouping parpolnya, dan formasi capres cawapresnya," tutur Basarah.
Peluang Ganjar Pranowo
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, bakal calon presiden (capres) PDI Perjuangan untuk Pemilu 2024, Ganjar Pranowo, belum mampu menjamin kemenangan.
Pasalnya, selain PDI-P, rencana pencapresan Ganjar hanya didukung oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
“Situasi ini cukup riskan bagi pencapresan Ganjar, karena back up mesin politik PPP masih belum bisa mengamankan dan mengoptimalkan pemenangan Ganjar,” kata Umam kepada Kompas.com, Senin (14/8/2023).
Baca juga: Istri Gus Dur Minta Ganjar Pranowo Rajin Tirakat untuk Hadapi Pilpres 2024
Pada Pemilu 2019, PPP mendapat perolehan suara paling kecil ketimbang delapan partai politik lain yang lolos ke parlemen.
Kini, oleh sejumlah lembaga survei, partai berlambang Kabah tersebut diprediksi tak lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold pada Pemilu 2024.
Prediksi ini, kata Umam, kian mengancam pencapresan Ganjar seandainya Pilpres 2024 digelar dua puraran.
“Jika PPP bisa mempertahankan eksistensinya pada Pileg 2024, maka ketika pilpres memasuki putaran kedua PDI-P masih punya teman dari partai Senayan,” ujar Umam.
“Namun, jika PPP tidak mampu mempertahankan eksistensinya, PDIP bisa menjadi the lonely fighter untuk memenangkan Ganjar, dengan dukungan partai-partai kecil di luar Senayan,” tuturnya.
Dengan dukungan PDI-P dan PPP, praktis, peta kekuatan koalisi pendukung Ganjar menjadi yang terkecil ketimbang dua poros koalisi lain.
Baca juga: Suara Ganjar Pranowo Merdu Saat Nyanyikan Lagu Kla Project, Katon Bagaskara Ajak Duet di Konsernya
Jika digabungkan, keduanya menghasilkan 25,56 persen perolehan kursi DPR RI dengan perincian 128 kursi PDI-P (22,26 persen), dan 19 kursi PPP (3,30 persen).
Memang, jumlah tersebut masih melampaui ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold yang mensyaratkan capres-cawapres diusung partai atau gabungan partai dengan minimal perolehan 20 persen dari kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional pada Pemilu 2019.
Namun, kekuatan koalisi PDI-P dan PPP jauh tertinggal dari pendukung Prabowo Subianto.
Dengan kerja sama Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN), koalisi ini menghimpun kekuatan 46,9 persen.
Sementara itu, kekuatan poros pendukung Anies Baswedan berada di posisi tengah. Dengan dukungan dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mantan Gubernur DKI Jakarta itu menghimpun kekuatan koalisi sebesar 28,35 persen.
“Peta koalisi kini berbalik 180 derajat. PDI-P yang sepuluh tahun memimpin koalisi pemerintahan, kini harus berpuas diri di posisi buncit dengan kekuatan partai pendukung Ganjar sebesar 25 persen,” ujar Umam.
Namun demikian, Umam mengatakan, koalisi menuju Pilpres 2024 belum final. Kerja sama antarpartai politik masih mungkin berubah sebelum resmi didaftarkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Oktober mendatang.
Dia juga bilang, besar kecilnya koalisi belum tentu menjamin kemenangan capres.
“Besar koalisi tidak menentukan kemenangan capres-cawapres. Tergantung capres-cawapres mana yang mampu memenangkan hati, pikiran dan suara rakyat melalui narasi dan kampanye politiknya ke depan,” tutur Dosen Universitas Paramadina itu.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PDI-P Persilakan PPP Jika Ingin Cabut Dukungan untuk Ganjar, Jika Sandiaga Tak Terpilih Cawapres"
Tim Sinkronisasi Prabowo-Gibran Tegaskan Pemangkasan Makan Bergizi Rp 7.500 Cuma Isu |
![]() |
---|
Gibran Mundur dari Wali Kota Solo, Mardani Ali Sera Sebut Perlu Banyak Menyerap dan Siapkan Diri |
![]() |
---|
Menko PMK Muhadjir Sebut Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Sudah Dibahas Dalam Rapat Kabinet |
![]() |
---|
AHY Dukung Prabowo Tambah Pos Kementerian dan Tak Persoalkan Berapa Jatah Menteri untuk Demokrat |
![]() |
---|
Prabowo-Gibran Ngopi Santai di Hambalang, Gerindra: Sangat Mungkin Bahas Format dan Formasi Kabinet |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.